Mohon tunggu...
Abd Rasyid Tunny
Abd Rasyid Tunny Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muslim Indonesia,Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Anis, Pamali dan Tanpa Ayah di Hari Pertama Sekolah

18 Juli 2016   03:04 Diperbarui: 18 Juli 2016   12:52 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Anis, Pamali dan Tanpa Ayah di Hari Pertama Sekolah

Kesekoan harinya Agung tampil gagah dengan putih merahnya namun wajahnya sedikit tak bersemangat sebab ia tak diantar sama ibunya. Tentunya sesampai disekolah ia merasa berbeda dangan yang lain, sebab hamper semua anak diantar oleh ayah mereka bahkan ibunya juga ikut. 

Jadi sebagaian besar murid disekolah itu ayah dan ibunya mengantar mereka, si Agung yang cemeberut dipanggil oleh gurunya yag juga teman dari kakaknya, kemudian guru tersebut menghibur dengan menyanyikan lagu untuk Agung setelah menyaikan lagu untuk Agung si guru pun menyuruh agung untuk memperkenalkan dirinya namun agung masih saja tak bersemangat, dengan nada lemah agung memperkenalkan dirinya “Nama beta Agung, Beta tinggal dikompleks air jebol, Beta Ayah su meninggal, Beta Ibu ada pigi rapat, Beta Kakak ada pigi kuliah”, guru tersebut spontan  menyemangati si Agung dengan menyuruh seisi kelas untuk bertepuk tangan untuk Agung.

Tak lama kemudian muncul sang kakak dari samping kelas lalu duduk dibelakang sembari melihat Agung didepan sang kakak pun tepuk tangan sendirian untuk menyemangati sang adik, maka dikuti tepuk tangan oleh yang lain, kelas hari itu tersa semua bergembira, kesan pertama yang baik untuk menumbuhkan semangat mereka. 

Sebelum pulang sang kakak berpamitan dengan gurunya Agung, karena mereka adalah seangkatan waktu sekolah tentunya mereka saling mengenal, sang kakak pun mengucapkan terimakasih kepada sang guru karena telah membantu masalah awal yang ia hadapi di hari pertama sekolah anaknya. Dan itulah intinya komunikasi antara guru dan orang tua sangat penting sebgaimana penulis kutip penjelasan Pak Anis diatas. Pesan moral dari cerita ini bukanlah persoalan relasi tetapi komunikasi, sehingga masalah anak teratasi. 

Tak ada alasan untuk tidak mengantar anak di hari pertama sekolah sebagaimana perjuangan sang kakak untuk adiknya yang memainkan peran sebagai ayah dan kakak yang baik. Didesa tersebut mengantar anak pergi disekolah memang sudah menjadi tradisi di hari pertama sekolah sang anak, bahkan akan berlangsung satu minggu lama jika sang anak belum mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah.

Penulispun sadar jika Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah bukanlah hal yang bagi punulis sebab dalam tatanan adat istiadat sudah tertanamkan, yang jadi persoalan adalah masyarakat kota yang jauh dari yang namanya hukum adat yang tak mau pusing lagi dengan kearifan lokal. Sayangnya saat ini kita memiliki sosok yang namanya Anis Baswedan, beliau memikirkan apa yang tak dipikirkan oleh orang seperti saat ini, seperti gerakan ini, seperti gerakan Indoneisa menjar.

Kelak masyarakat pada umumnya akan akan menganal konsep pamali jika hari pertama sekolah anaknya tak dianatar ala Anis Baswedan. Sejenak beberapa aktivis pergerakan tadi dia lalu berkata “Ia sih” penulispun tersenyum. Mengakhiri jawaban penulis dengan sedikit merenung bahwa  kebudayaan atau adat istiadat kita telah mengajarkan banyak hal jauh sebelum-sebelumnya namun kita buang begitu saja, sehingga ada yang datang mengingatkan kita kembali untuk memungutnya.

Lihat saja orang sosialis berteriak milku mulikmu lalau kita kembali mengingat Ale Rasa Beta Rasa. Olehnya itu lewat tulisan ini penulis ingin mengajak semua untuk meluangkan waktu untuk keluarga kita dihari pertama ia bersekolah seprti sebagaimana  himbauan Pak Anis dengan gerakan mengantar anak di hari pertama sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun