Mohon tunggu...
Abd Rahmat
Abd Rahmat Mohon Tunggu... Freelancer - Tinggal di Kab. Jeneponto, Sulawesi Selatan. Pernah Belajar di UIN Alauddin Makassar.

Di bawah kolong langit, semua setara.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan di Pagi Buta

28 Juni 2020   11:10 Diperbarui: 28 Juni 2020   11:06 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gelap mulai diabaikan waktu. Hujan membasahi atap seng rumah panggung di perkampunganku.

Di pagi buta ini bumi dan langit berkonspirasi, menyembunyikan cahaya surya setengah dan tak penuh.

Para pekerja kebun berjalan menapaki jalan setapak. Setengah hati, mungkin karena hujan.

Dan gerombolan sapi itu baru saja keluar dari kandangnya, menyebrang melewati jalan poros menghentikan pengguna jalan roda dua-roda empat yang lalu lalang.

Sapi-sapi itu dari jenis yang sama. Ada yang besar dan kecil, gemuk dan kurus tapi semua sama bergrilya mencari rumput segar.

Para petani rumput laut bergegas menuju pantai, ada yang hendak memanen ada pula yang menanam. Yang lainnya sibuk memperbaiki perahu yang susunannya tak lagi rapi bertengger di bibir pantai.

Perahu itu seolah berisyarat semalam ia berkelahi dengan ombak yang telah mengusik waktu istirahatnya.

Burung-burung yang hinggap di ranting kayu di bawah rerimbunan dedaunan berkicau merdu menyapa semesta.

Tiba-tiba bocah kecil muncul sibuk mencari bayangannya yang tak kunjung menyentuh tanah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun