Gelap mulai diabaikan waktu. Hujan membasahi atap seng rumah panggung di perkampunganku.
Di pagi buta ini bumi dan langit berkonspirasi, menyembunyikan cahaya surya setengah dan tak penuh.
Para pekerja kebun berjalan menapaki jalan setapak. Setengah hati, mungkin karena hujan.
Dan gerombolan sapi itu baru saja keluar dari kandangnya, menyebrang melewati jalan poros menghentikan pengguna jalan roda dua-roda empat yang lalu lalang.
Sapi-sapi itu dari jenis yang sama. Ada yang besar dan kecil, gemuk dan kurus tapi semua sama bergrilya mencari rumput segar.
Para petani rumput laut bergegas menuju pantai, ada yang hendak memanen ada pula yang menanam. Yang lainnya sibuk memperbaiki perahu yang susunannya tak lagi rapi bertengger di bibir pantai.
Perahu itu seolah berisyarat semalam ia berkelahi dengan ombak yang telah mengusik waktu istirahatnya.
Burung-burung yang hinggap di ranting kayu di bawah rerimbunan dedaunan berkicau merdu menyapa semesta.
Tiba-tiba bocah kecil muncul sibuk mencari bayangannya yang tak kunjung menyentuh tanah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H