Mohon tunggu...
Abd Rahman Hamid
Abd Rahman Hamid Mohon Tunggu... Sejarawan - Penggiat Ilmu

Sejarawan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jasmerah 2024: Rihlah Akademik Abd Rahman Hamid

2 Januari 2025   13:58 Diperbarui: 2 Januari 2025   15:01 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rapat koordinasi dengan Dinas Sosial Provinsi dan Tim TP2GD Provinsi Lampung (Sumber: Dok Pribadi, 2024)

"History is story of the experiences of man", kata sejarawan G.J. Renier dalam bukunya History: Its Purpose and Method (1965: 36), bahwa sejarah adalah kisah tentang pengalaman manusia dan bukan yang lain (nothing else).

Apa yang ditulis dari pengalaman itu adalah bagian-bagian yang masih diingat dan dianggap penting untuk ditulis. Karena itu, tidak semua pengalaman ditulis menjadi sebuah story.

Sebagai Rihlah Akademik (kisah perjalanan akademik), maka tulisan ini menyajikan berbagai pengalaman akademik penulis, Abd Rahman Hamid, selama tahun 2024, baik di dalam maupun di luar kampus.

Pengalaman akademik di sini terkait erat dengan tugas utama penulis sebagai dosen di UIN Raden Intan Lampung sejak akhir tahun 2020. Tugas tersebut meliputi kegiatah pendidikan/pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, atau sering disebut Tridharma Perguruan Tinggi.

Mengajar S1 dan S2 

Mengajar merupakan tugas utama saya sebagai dosen. Secara administratif, merujuk Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti), saya tercatat sebagai dosen homebase di Program Studi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab. Namun, menurut data internal kampus (dari SPI), saya tercatat sebagai dosen homebase di Program Studi Magister Filsafat Agama, tempat di mana saya menjalankan tugas tambahan sebagai Sekertaris Prodi tersebut.

Dualitas data homebase tersebut berimplikasi pada tugas mengajar saya tahun ini. Selain mengajar di jenjang Sarjana (S1), saya juga mengajar di jenjang Magister. Pada tahun sebelumnya (lihat Jasmerah 2023), saya tidak mengajar di program Magister.

Pada jenang S1, saya mengajar 8 mata kuliah. Ada empat mata kuliah di semester genap (Januari-Juni) yaitu: (1) Sejarah Islam Indonesia abad XIII-XVII (3 SKS), (2) Sejarah Islam Indonesia abad XX (3 SKS) bersama dosen lain Uswatun Hasanahm; (3) Seminar Sejarah (4 SKS) dan (4) Antropologi. Dua mata kuliah terakhir diampu bersama dengan Agus Mahfudin Setiawan.

Pada semester ganjil (Juli-Desember), saya mengajar 4 mata kuliah yaitu: (1) Pengantar Ilmu Sejarah (3 SKS); (2) Sejarah Islam Indonesia abad XVIII-XIX (3 SKS) -- bersama dosen lain Agus Mahfuddin Setiawan; (3) Sejarah Maritim Indonesia (4 SKS); dan (4) Sejarah Asia Tenggara (3 SKS) bersama dosen lain, Eswatun Hasanah.

Seperti tahun 2023, pada mata kuliah Sejarah Maritim Indonesia diadakan praktikum di Jakarta selama 4 hari (13-16 November); dua hari untuk perjalanan dan tiga hari pencarian sumber sejarah maritim. Fokus kegiatannya di Perpustakaan Nasional RI Medan Merdeka Jakarta Selatan (hari pertama), Arsip Nasional RI Jakarta Timur (hari kedua), Museum Bahari Jakarta dan Museum Sejara Jakarta/Fatahillah (hari ketiga).  

Dokumentasi kujungan di Arsip Nasional RI (Sumber: Lampung Post, 23/11/2024)
Dokumentasi kujungan di Arsip Nasional RI (Sumber: Lampung Post, 23/11/2024)

Berbeda dengan tahun 2023, kegiatan tahun ini saya tulis di Harian Lampung Post dengan tajuk "Urgensi Maritim dalam Sejarah Bandar Lampung" (24/11/2024), selain satu berita di hari yang sama bertajuk "Mahasiswa Telusuri Sumber Sejarah Lampung di ANRI dan Perpustakaan Nasional" yang disiapkan bahan beritanya oleh Agus Mahfuddin Setiawan, dosen mata kuliah Bahasa Sumber.

Pada jenjang S2, Prodi Filsafat Agama, tahun ini saya mengajar dua mata kuliah yaitu (1) Filsafat Sosial dan Kebudayaan (3 SKS) di semester genap dan (2) Filsafat Barat (3 SKS) di semester ganjil. Kalau di mata kuliah pertama, saya berdampingan dengan Dr. Damanhuri Fattah (purnabakti UIN Lampung), maka pada mata kuliah kedua dengan Dr. Ahmad Ibrahim Badry (dosen Sekolah Kajian Strategis dan Global Universitas Indonesia). Semua pertemuan dari dosen yang disebut terakhir dilakukan secara daring (zoom meeting).

Di luar kampus, seperti pada tahun lalu (2023), saya mengajar dua mata kuliah di Program S2 Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. Pada semester genap saya mengajar mata kuliah Sejarah Pelayaran dan Perdagangan di Indonesia (2 SKS) dan pada semester ganjil mata kuliah Sejarah Ekonomi Maritim (2 SKS). Dua mata kuliah tersebut diampu bersama (team reaching) dengan Dr. Nahdiah Nur, dosen tetap Departemen Sejarah FIB Unhas. Secara teknis, saya mengajar di pertemuan pertama hingga kedelapan (sampai UTS), selanjutnya oleh Dr. Nahdiah. Sesi saya semuanya dilakukan secara daring (melalui zoom meeting).   

Sekretaris Prodi S2 Filsafat Agama 

Sejak 19 September 2023, saya menjalankan tugas tambahan sebagai Sekretaris Prodi S2 Filsafat Agama di Pascasarjana bersama Ketua Prodi, Prof. Dr. Sudarman, M.Ag. Pada semester genap, mahasiswa aktif kami sebanyak 10 orang. Pada semester ganjil, ada 25 pendaftar calon mahasiswa prodi ini. Sungguh, ini merupakan satu kebanggaan. Beta tidak, tahun lalu hanya 10 pendaftar dan mahasiswa. Sekarang, dari 25 pendaftar tersebut, yang diterima 20 orang.

Limabelas dari 20 mahasiswa tersebut diterima dengan bantuan biaya studi (beasiswa) selama empat semester, dengan ketuntuan IPK paling rendah 3,5. Jika kurang dari IPK tersebut, sesuait petunjuk teknis Beasiswa Pascasarjana, maka yang bersangkutan tidak dapat dilanjutkan sebagai penerima beasiswa. Dengan demikian, lima mahasiswa lainnya dengan biaya mandiri.

Bersama mahasiswa baru S2 Filsafat Agama UIN RIL (Sumber: Dok Pribadi, 2024)
Bersama mahasiswa baru S2 Filsafat Agama UIN RIL (Sumber: Dok Pribadi, 2024)

Hingga akhir semester ganjil (Desember) terdeteksi ada dua mahasiswa non beasiswa yang tidak aktif kuliah, bahkan diperoleh kabar dari ketua kelas (Andhika Rahman) bahwa mereka akan mengundurkan diri, karena kendala biaya studi.

Salah satu daya tarik prodi ini adalah beasiswa bagi mahasiswanya, terutama mulai tahun ini. Pada tahun sebelumnya, pihak pengelola prodi (Dr. Siti Badi'ah dan Dr. Budimansyah) harus berusaha mencari calon mahasiswa sekaligus penerima beasiswa. Namun, pada tahun ini, kami justeru mendapat banyak calon mahasiswa.

Keberhasilan ini tak lepas dari sosialisasi yang kami galakkan di dalam dan luar kampus. Maka, mahasiswa kami tidak hanya alumni UIN Lampung, tetapi juga alumni dari luar kampus kami. Bahkan, ada tiga mahasiswa alumni luar negeri masing-masing 2 orang dari Mesir dan 1 orang dari Turki.

Mahasiswa semester satu memiliki semangat belajar yang sangat tinggi. Ini dapat dilihat dari proses belajar mengajar. Ambil contoh pada mata kuliah yang saya ajarkan, Filsafat Barat. Hampir pada setiap pertemuan, mereka sangat aktif berdiskusi mengenai topik perkuliah. Tak jarang waktu kuliahnya pun lewat, karena begitu antusias mereka berdiskusi.

Khusus mahasiswa semester tiga (10 orang) tahun ini, sesuai Pedoman Akademik Pascasarjana, mengadakan kegiatan Peningkatan Kompetensi Lapangan (PKL) di Yogyakarta selama tiga hari, 11-14 Desember 2024, yang didampingi oleh Ketua dan Sekertaris Prodi. Ada dua kampus yang dituju untuk sharing session dan penandatangan perjanjian kerja sama (PKS) yaitu UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Prodi S2 Aqidah dan Filsafat Islam) dan Universitas Gadjah Mada (Prodi S2 Filsafat). Semua dilakukan pada satu hari (Jumat).

Selain kunjungan ke dua kampus tersebut, kami juga menyempatkan untuk mengeksplore jejak peradaban Nusantara di Jawa Tengah yakni Candi Borobudur. Ini merupakan hasil cipta karya manusia Jawa di abad ke-8 dan 9 Masehi, yang makna mengandung filosofi yang mencoba menyatukan antara unsur spiritual (agama Buddha) dan alam semester.

Bersama mahasiswa S2 Filsafat Agama UIN RIL di Candi Borobudur (Sumber: Dok Pribadi, 2024)
Bersama mahasiswa S2 Filsafat Agama UIN RIL di Candi Borobudur (Sumber: Dok Pribadi, 2024)

Candi Borobudur lahir dari daya pikir yang luar biasa, kedisiplinan yang tinggi, kerja sama yang solid, dan komitmen yang kuat untuk menciptakan peradaban bangsa.

Jejak peradaban ini mengingatkan kita pada apa yang dikatakan oleh sejarawan Inggris yang terkemuka, Arnold Toynbee, bahwa peradaban diciptakan oleh kelompok minoritas yang kreatif dan kemudian diterima oleh kelompok mayoritas (warga dunia). Ia ditetatkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO pada 13 Desember 1991.

Managing Editor Jurnal JAWI  

Sejak dua tahun terakhir, saya diberikan amanah oleh Rumah Jurnal UIN Raden Intan Lampung di bawah nakhoda, Antomi Saregar, M.Si, untuk mengelola Jurnal JAWI yang diterbitkan oleh LP2M UIN RIL.

Pada mulanya saya tidak bersedia menjadi pengelolanya, dengan berbagai pertimbangan, antara lain ingin lebih fokus menulis artikel di jurnal dan media massa. Namun, setelah dua sampai tiga kali bertemu dengan Mas Antomi, karena pertimbangan kontrubusi saya bagi kampus, maka saya pun menerimanya.

Sebelum menerimanya, saya menyampaikan kepada Mas Antomi, bahwa agar dalam pengelolaan, kami tidak diintervensi alias diberi kebebasan untuk mengelola jurnal ini secara professional, kecuali soal anggaran yang sepenuhnya dibawah konttrol RJ. Mas Antomi setuju. Dan, saya juga meminta agar tim yang bekerja adalah orang-orang yang saya pilih sendiri agar mudah bekerja. Ia juga setuju.

Saya mengajukan tiga tim kerja, yang semuanya dosen muda dari Fakultas Adab, yaitu Agus Mahfudin Setiawan (dosen SPI), Reza Nawafella Alya Parangu (dosen IPII), dan Okta Azrina RA (dosen IPII). Kami mulai mengerjakan dan menerbitkan edisi tahun 2023.

Dalam perjalanan, Okta diterima sebagai dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada akhir tahun 2023 dan pada tahun 2024 pindah home base ke sana. Maka praktis, kini kami bertiga yang mengelola JAWI.  

Saya bersyukur karena tim ini sangat solid. Kami berbagi tugas. Hal-hal yang bersifat teknis ditangani oleh Mas Agus dan Mba Reza, sedangkan subtansi artikel menjadi tanggung jawab saya.

JAWI terbit sejak tahun 2018, namun hingga tahun 2023 belum diajukan untuk akreditasi ke Arjuna. Ini menjadi tantangan bagi kami. Salah satu syarat pengajuan akreditasi adalah dua nomor terbitan.

Kami memutuskan untuk menggunakan dua nomor terbitan hasil kerja sama, alias tidak menggunakan edisi terbitan lama. Edisi baru (mulai 2023) didesain dengan tampilan baru dengan jumlah artikel setiap nomor sebanyak tujuh artikel. Sampai akhir tahun ini, kami sudah menerbitkan dua volume (6 dan 7) dengan masing-masing dua nomor.  

Salah satu tantangan serius yang kami alami adalah status jurnal yang belum terakrediasi. Hal ini berimplikasi terhadap jumlah dan mutu artikel yang masuk.

"Sinta berapa?", demikian pertanyaan yang sering diajukan kepada kami dari calon penulis JAWI. Para penulis selalu mempertimbangkan status akrediasi, sebelum mengirimkan artikelnya ke setiap jurnal.

Di tengah kondisi ini, saya menggunakan jaringan kolega selama ini, terutama dengan mahasiswa-mahasiswa yang pernah saya bimbimbing saat menulis skripsi di Prodi Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar. Begitu pula dengan para kolega saya lainnya.

Walhasil, kami mendapatkan artikel sesuai kebutuhan setiap nomor/edisi. Namun. Tak jarang kualitas artikel yang masuk jauh dari layak, terutama dari mahasiswa bimbingan saya, sehingga saya harus membimbing mereka untuk merevisi dan menyesuaikan dengan style JAWI. Setelah itu, saya mengedit artikel mereka sampai layak terbit.

Begitu juga dengan artikel dari para kolega, sejauh menarik untuk diterbitkan, saya berupaya untuk mengeditnya sampai layak terbit. Masalah umum dari kolega ini adalah manajemen referensi yang belum digunakan, sehingga saya harus menyesuaikannya dengan style JAWI yang menggunakan Turabian full note.

Setelah dua nomor tahun 2023 terbit, kami menyiapkan dokumen akreditasi JAWI. Pada 1 Maret 2024, berkas akreditasi kami kirimkan secara online kepada ARJUNA, dan hari itu juga dinyatakan Lolos Desk. Hasil evaluasi diri diperoleh score 72,5 (setara Sinta 2).

Tim JAWI sedang bekerja (Sumber: Dok Pribadi, 2024)
Tim JAWI sedang bekerja (Sumber: Dok Pribadi, 2024)

Proses penilaian Manajemen dimulai pada bulan Juni dan Juli, sebagaimana tertera di website Arjuna. Namun, hingga akhir tahun ini belum juga ada keputusan akhirnya. Sudah barang tentu, ini menjadi tantangan serius lagi bagi proses penerbitan akan datang (tahun 2025).  

Kendati demikian, saya bersyukur bisa mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru dalam pengelolaan jurnal. Betapa tidak, hampir setiap saat, Rumah Jurnal melakukan kegiatan peningkatakan kapasitas pengelola jurnal.

Bagi saya, kegiatan itu tidak hanya berguna dalam pengelolaan jurnal, tetapi juga secara praktis telah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saya menulis artikel jurnal yang bermutu.

Pengalaman itu juga berguna dalam meningkatkan mutu pembelajaran saya di Prodi S1 SPI. Dalam mata kuliah Seminar Sejarah, yang saya ampu bersama dengan Mas Agus (tim JAWI), luarannya adalah semua mahasiswa harus mengirimkan artikelnya ke Jurnal Nasional (terakreditasi). Hal ini tidak pernah saya lakukan sebelum mengelola JAWI.

Alhamdulillah, tahun ini ada tiga mahasiswa (Nurul Hidayati, Seli Anjani, dan M. Bagas Kurniawan) yang artikelnya terbit di jurnal nasional terakreditasi (Sinta 3 dan 4) dari luaran mata kuliah Seminar Sejarah.

Yang membahagiakan saya adalah bahwa tiga artikel tersebut dapat digunakan oleh mereka sebagai karya ilmiah Tugas Akhir, sehingga mereka tidak lagi menulis skripsi. Dari hasil konfirmasi dengan Mas Aan (sekretaris Prodi SPI), mereka dijadwalkan akan ujian akhir (munaqosah) pada minggu kedua Januari 2025.

Penelitian dan Penyusunan Naskah Akademik Calon Pahlawan Daerah Lampung 

Tahun ini pertama kali saya mengajukan riset di kampus melalui LITAPDIMAS. Saya memilih kluster Penelitian Dasar Interdisipliner, bersama dengan Uswatun Hasanah (dosen SPI) dan Nurul Hidayati (mahasiswa SPI). Alhamdulillah, setelah melewati proses seleksi, proposal kami diterima untuk dibiayai oleh Kemenag RI.  

Ide awal meneliti tokoh Islam Lampung, Wan Abdurachman (1901-1969), ketika saya terlibat dalam penelitian dan penulisan naskah akademik calon Pahlawan Nasional Lampung KH Ahmad Hanafiah (1905-1947) pada 2022-2023.

Tokoh ini sering disebut di masa revolusi sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Lampung dan Wakil Ketua Dewan Pertahanan Daerah Lampung dan Palembang Selatan, serta pasca revolusi menjadi Ketua DPR Provinsi Sumatera Selatan.  

Ide tersebut menguat pula seteah berdiskusi dengan Prof. H. Wan Jamaluddin Zakaria, M.Ag., Ph.D, (Rektor UIN Raden Intan Lampung) dan Prof. Dr. Wan Abbas Zakaria, M.S. (Dosen Universitas Lampung) akhir tahun 2023 dan awal 2024.

Semula saya akan meneliti diaspora Muslim Melayu di Lampung abad ke-19, khususnya kehadiran Wan Abbas bin Yusuf dari Kesultanan Terengganu Malaysia. Namun karena keterbatasan sumber, riset ini difuskan kepada seorang keturunan kedua dari Wan Abbas, yakni Wan Abdurachman. Tokoh ini tercatat sebagai Ketua Fraksi PSII di Dewan Konstituante (1956-1959).  

Awalnya topik riset kami adalah "Stimulus Islam dalam perjuangan orang Lampung membangun bangsa Indonesia 1945-1965". Tetapi setelah mendapat masukan dari reviewer seminar proposal (7 Maret 2024) lalu difokuskan pada tokoh Wan Abdurachman.

Pencarian sumber sejarahnya di Arsip Nasional RI (ANRI) dan Perpustakaan Nasional RI (PNRI) di Jakarta. Di ANRI terdapat koleksi Arsip Konstituante (1956-1950) yang sangat lengkap dalam jumlah ribuan halaman, sedangkan di PNRI terdapat Risalah Perundingan Konstituante yang juga lengkap, ditambah kompilasi pidato anggota Konstituante "Tentang Dasar Negara dalam Konstituante" (3 jilid; 1.438 hlm). Pidato Wan Abdurachman sebagai anggota tim Perumus Dasar Negara terdapat pada jilid II.  

Selama proses riset, saya menuliskan temuan studi kami di Lampung Post. Lambat laun kisah perjuangan Wan Abdurachman diketahui banyak pembaca. Pada saat yang sama, saya mendiskusikan hasil riset kepada pihak keluarganya. Bermula dengan putri Wan Abdurachman, Tjik Chomsiah Rachman, di Jakarta pada 31 Juli 2024, kemudian Prof. Dr. Wan Abbas Zakaria, M.S. dan Prof. H. Wan Jamaluddin Zakaria, M.Ag., Ph.D.

Lalu, saya berkomunikasi dengan Dinas Sosial Provinsi Lampung untuk mendapatkan informasi status tokoh ini di antara data Pahlawan Daerah. Ternyata ia tidak ada di sana. Maka, lahirlah rencana untuk mengajukannya kepada Dinas Sosial Provinsi.

Rencana ini diperkuat oleh Prof. Dr. Yuberti, S.Pd., M.Pd (Kepala Puslit) dan disetujui oleh Prof. Dr. H. A. Kumedi Ja'far, S.Ag., M.H (Ketua LP2M).  

Pada 30 September 2024, Kepala LP2M menyampaikan surat kepada Dinas Sosial Provinsi untuk audience, dan rapat terlaksana pada 7 Oktober di Dinas Sosial Provinsi yang dihadiri oleh TP2GD Provinsi Lampung di. Rapat juga dihadiri oleh Dinas Dinas Sosial Kabupaten Lampung Utara yang akan mengusulkan Alamsjah Ratu Perwiranegara (1925-1998) dan Dinas Sosial Kabupaten Lampung Barat yang mengajukan H. Sulaiman Rasyid. Hasil pertemuan ini mengamanahkan kepada para pengusul untuk menyiapkan naskah akademik perjuangan tokoh yang diajukan.   

Rapat koordinasi dengan Dinas Sosial Provinsi dan Tim TP2GD Provinsi Lampung (Sumber: Dok Pribadi, 2024)
Rapat koordinasi dengan Dinas Sosial Provinsi dan Tim TP2GD Provinsi Lampung (Sumber: Dok Pribadi, 2024)

Setelah rapat itu, saya menyiapkan naskah akademik perjuangan Wan Abdurachman sebagai satu persyaratan pengajuan Pahlawan Daerah sesuai Peraturan Gubernur Provinsi Lampung No. 26 tahun 2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Gelar Daerah kepada Pahlawan Daerah dan Tokoh Daerah Provinsi Lampung.

Naskahnya diajukan dan diverifikasi oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Provinsi Lampung yang dipimpin ketua harian: Drs. Maskun, MH (dosen UNILA). Berikut petikan kalimat hasil penilaian tim tersebut "...TP2GD Provinsi Lampung menyatakan tokoh yang diusulkan memenuhi kriteria dan layak untuk diberi gelar kehormatan sebagai Pahlawan Daerah Provinsi Lampung".

Saya intens berkoordinasi dengan Dinas Sosial Provinsi terkait langkah berikutnya, baik dengan Kepala Dinas Sosial, Drs. Aswarodi M.Si, yang saya kenal baik sejak tahun 2022 saat pengusulan Pahlawan Nasional KH Ahmad Hanafiah, maupun dengan staf Dinas Sosial (Pak Yusuf).  

Targetnya, bila semua proses sudah dirampungkan, akan ditetapkan pada Hari Pahlawan 10 November tahun ini. Maka, saya berkoordinasi secara intens dengan Dinas Sosial, bersama Ketua LP2M dan Kapuslit UIN RIL.  

Namun, apa dikata, bulan November pun tiba. Dewan Gelar Daerah (DGD), yang beranggotakan pejabat dan tokoh Lampung yang berdomisili di dan luar Lampung, belum mengadakan rapat menuju FGD Pahlawan Daerah, karena waktunya yang terbatas.

Maka, pihak Dinas Sosial Provinsi dan TP2DG menyarankan agar penetapannya nanti tahun depan (2025) pada saat Rapat Paripurna DPRD Provinsi dalam rangka Peringatan Hari Jadi Provinsi Lampung 18 Maret 2025.

Kendatipun demikian, saya terus berkomunikasi dengan Dinas Sosial Provinsi dan TP2GD terkait rencana penetapan Pahlawan Daerah Lampung pada tahun 2025.

Saya sangat beryukur, karena hasil riset saya tahun ini dapat bermakna lebih besar bagi Provinsi Lampung, apalagi jika tokoh ini menjadi Pahlawan Daerah Lampung.

Saya juga sangat senang, karena pada seminar luaran penelitian (24 Oktober), dua reviewer (Prof. Dr. Mohammad Muhassin dan Dr. Eko Kuswanto) memberikan apresiasi tinggi, bahwa riset kami termasuk (satu dari) riset terbaik tahun ini. Alhamdulillah.  

           

Menulis 4 Artikel Jurnal

Ada dua artikel saya tahun ini yang terbit di jurnal internasional terindeks scopus. Artikel pertama, berupa book review karya Dr. Suryadi (dosen di Leiden University) yang terbit tahun 2023, terbit di Jurnal Wacana, Universitas Indonesia. Artikel kedua, ditulis bersama lima peneliti BRIN yang merupakan hasil riset kolaborasi kami pada tahun 2022, terbit di Jurnal Paramita, Universitas Negeri Semarang.    

Kemudian, dua artikel lain terbit di jurnal nasional terindeks Sinta. Artikel pertama dikembangkan dari riset Pahlawan Nasional KH Ahmad Hanafiah pada tahun 2022 dan 2023, kerjasama antara UIN RIL dan Pemda Lampung Timur. Artikel ini terbit di jurnal Sejarah dan Budaya, Universitas Negeri Malang. Artikel kedua, merupakan penelitian mandiri, diterbitkan oleh Jurnal/Bulletin Al-Turas, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.  

Tulisan pertama adalah book review; Suryadi, Baginda Dahlan Abdoellah; Konteks sejarah dan kisah hidup “hulpleraar” bahasa Melayu pertama di Universitas Leiden dan aktivis Perhimpunan Hindia, terbit di Jurnal Wacana (Scopus Q2) Vol. 25 No.1; 157-160.

Tulisan kedua “The Role of the Mandar Diaspora in Establishing the Indonesian Maritime Network”, ditulis bersama Idham, Lamijo, Nensia, Hamsiati, Muhammad Nur Ichsan Azis, terbit di jurnal Paramita (Scopus) Vol.34 No.2, 212-222.

Tulisan ketiga, Islamic Nationalism: Ahmad Hanafiah's struggels in Lampung, 1937–1947, terbit di jurnal Sejarah dan Budaya (Sinta 3) Vol. 18 No.1, 18-37.

Tulisan keempat, “The Dynamics of Lampung Pepper Trade Network in 16th - 18th Century”, yang terbit di jurnal Al-Turas (Sinta 2) Vol 30, No 2, 145-160.

 

Menulis 31 Esai di Media Massa

Kalau pada tahun lalu, saya menulis di tiga koran, maka tahun ini hanya menulis di dua harian yaitu Lampung Post (Lampung) dan Fajar (Makassar). Tahun ini saya tidak sempat menuli di harian Radar Sulbar (Mamuju).   

Kendati dari sisi jumlah target koran berkurang, namun jumlah esai yang saya tulis tahun ini jauh lebih banyak dari tahun sebelumnya, bahkan ini merupakan jumlah esai terbanyak yang pernah saya tulis dalam setahun sejak saya mulai menulis di koran (tahun 2010).

Tema tulisan terkait erat dengan lokasi koran tersebut, yakni Makassar dan Lampung, sehingga kontennya terkait Lampung dan Sulawesi Selatan, di samping tentang tema nasional.

Tema nasional yang menjadi fokus esai saya adalah mengenai mentalitas manusia Indonesia secara umum (Ironi Manusia Indonesia) dan khusus masalah akademik yang marak terjadi tahun ini (Menerabas Demi Sitasi).

Esai saya pada umumnya tentang sejarah (lokal dan nasional) dan budaya. Dari semua tulisan itu, yang paling banyak adalah tentang Lampung sebanyak 18 esai yang terbit antara bulan Juli sampai Desember.

Tampaknya, redaktur Lampung Post, Mas Aan Mustaan, dan juga tentu pembacanya, tertarik dengan topik-topik sejarah dan budaya Lampung yang saya tulis, sehingga hampir setiap minggu saya harus menyiapkan tulisan.

Selain peluang terbit lebih besar, menulis tentang Lampung membutuhkan banyak kerja keras terutama membaca sumber bahan tulisan. Saya bersyukur, karena sejak tiga tahun terakhir saya sudah mengumpulkan bahan-bahan tentang Lampung, sehingga mudah menemukan ide tulisan. 

Tulisan saya yang terbit antara bulan Februari – Juli sebanyak 8 judul yaitu: (1) Local Genius Ulun Lampung (LP, 12/02), (2) Ironi Manusia Indonesia (Fajar, 24/2), (3) Lampung Mendunia (LP, 19/3), (4) Syekh Yusuf Al-Makassari: Mufti Kesultanan Banten (Fajar, 22/3), (5) Menerabas demi Sitasi (LP, 16/4), (6) Lada Lampung Mendunia (LP, 11/7), (7) Ekosistem Jalur Rempah Nusantara (Fajar, 19/7), dan (8) Kontribusi Lampung bagi Banten (LP, 20/7).  

Tulisan di bulan Agustus adalah (9) Historiografi Lada Lampung Lampung Post (10/8), (10) Proklamasi Rahmat bagi Bangsa Indonesia        (Fajar, 15/8), (11) Tarikh Proklamasi di Tanah Lampung (LP, 17/8), (12) Gerakan Islam dan Nasionalisme di Lampung (LP, 24/8), dan (14) Diaspora Lampung di Tanoh Lado (LP, 31/8).  

Selanjutnya tulisan di bulan September adalah (15) Relasi Lampung–Palembang dalam Pergerakan Nasional (LP, 7/9), (16) Terikh Matahari di Bumi Ruwa Jurai (LP, 14/9), (17) Kampung Jawa di Tanah Lampung (LP, 21/9), (18) Bukan Warisan Arung Palakka (Fajar, 27/9), dan (19) Warisan Intelektual Ulun Lampung   (LP, 29/9).

Lalu, tulisan di bulan Oktober masing-masing: (19) ALRI Lampung dalam Arus Revolusi Indonesia (LP, 6/10), (20) ALRI Mengawal Revolusi Indonesia (Fajar, 7/10), (21) Kiprah Tokoh Lampung di Dewan Konstituante (LP, 27/10).  

Tulisan di bulan November adalah (22) Pahlawan Islam Lampung di Masa Pergerakan Nasional (LP, 3/11), (23) Pahlawan Lampung Wan Abdurachman (LP, 17/11), (24) Urgensi Maritim dalam Sejarah Bandar Lampung (LP, 24/11).  

Terakhir tulisan di bulan Desember yaitu: (25) Tarik Lampung Pepadun (LP, 1/12) dan (26) Ulun Lampung Zaman Bahari (LP, 15/12).

Selain 25 esai tersebut, tahun ini juga saya menulis 6 esai di Kompasiana.  Dari enam esai ini, ada tiga yang paling banyak dibaca yakni Jasmerah 2023, yang merupakan rihlah akademik saya tahun 2023, serta dua esai yang diangkat dari perjalanan saya pulang ke Kota Ambon selama 10 hari (19-28 Desember) untuk menjenguk ibu saya yang sedang sakit.

Saat menjenguk ibu yang sedang sakit di Tahoku, Ambon, bersama adik saya Nur Aisah Hamid (Sumber: Dok Pribadi, Desember 2024)
Saat menjenguk ibu yang sedang sakit di Tahoku, Ambon, bersama adik saya Nur Aisah Hamid (Sumber: Dok Pribadi, Desember 2024)

Catatan perjalanan itu rupanya lebih banyak diminati oleh pembaca, sehingga dalam tempo kurang dari 5 hari telah dibaca oleh ribuan orang. Tulisan terakhir, yang diposting pada 29 Desember, adalah yang terbanyak dibaca yakni 3.034 pembaca.

Tulisan pertama, Jasmerah 2023 (Rihlah Akademik Abd Rahman Hamid), terbit di Kompasiana pada 2 Januari (975 pembaca). Tulisan kedua, Kemerosotan Jung Jawa, diterbitkan pada 11 Februari (553 pembaca), Tulisan ketiga, Sai Bumi Ruwa Jurai: Local Genius Ulun Lampung, dimuat pada 13 Februari (440 pembaca).

Tulisan keempat, Baharuddin Lopa, Generasi Emas Indonesia, terbut 16 Juli (606 pembaca), Menyibak Sejarah Hoamual: Pusat Produksi Rempah di Maluku Selatan, terbit 27 Desember (1.509 pembaca). Tulisan terakhir, Setengah Abad Pelabuhan Tahoku, Simpul Ekonomi dan Lintas Budaya di Maluku, terbit 29 Desember.

Reviewer 7 jurnal  

Selain mengelola (sebagai Managing Editor) Jurnal JAWI yang diterbitkan oleh LP2M UIN Raden Intan Lampung, saya juga meluangkan waktu untuk mereview lebih 10 artikel tahun ini baik dari dua jurnal kampus kami (Jawi dan El-Tarikh) maupun dari luar kampus.

Dua jurnal dari Perguruan Tinggi Keagamaan (UIN Jakarta dan STAIN Ambon), dua jurnal dari Perguruan Tinggi Umum (Universitas Negeri Semarang dan Universitas Sriwijaya), serta 1 asosiasi (Perkumpulan Prodi Sejara se-Indonesia).

Dari 7 jurnal ini, artikel yang paling banyak saya review adalah dari Jurnal JAWI, yang saya kelola. Tulisan yang masuk di jurnal ini lebih banyak bertema sejarah dan budaya.

Tujuh jurnal dan penerbitnya adalah  (1) Paramita: Historical Studies Journal  Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Semarang, (2) Insaniyat: Journal of Islam and Humanities Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (3) (3) jurnal JAWI LP2M UIN Raden Intan Lampung, (4) El Tarikh: Journal of History, Culture and Islamic Civilization Prodi SPI UIN Raden Intan Lampung, (5) Jurnal Sejarah Indonesia Perkumpulan Prodi Sejarah se-Indonesia (PPSI), (6) Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon, dan Crikestra: Jurnal Pendidikan Sejarah  FKIP Universitas Sriwijaya Palembang.

Muhibah Budaya Jalur Rempah

Tahun ini untuk kedua kalinya saya menjadi narasumber dalam Muhibah Budaya Jalur Rempah yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) dengan rute Tanjung Uban (Kepri) -- Lampung -- Jakarta tanggal 5-15 Juli 2024.  

Kalau tahun lalu (2023) saya ikut berlayar, setelah mengikuti arahan via zoom meeting, tahun ini saya berperan sejak persiapan kegiatan di Jakarta sampai pembekalan peserta secara daring (zoom meeting) dan luring di Tanjung Uban. Dalam penyiapan ini, selain dengan Tim Direktorat PPK, saya bersama dengan seorang kurator handal, Mas Wicaksono Adi.

Saya berangkat dari Lampung ke Tanjung Uban dengan pesawat via Jakarta. Setelah tiba di sana, bersama dengan para peserta, malam harinya diadakan pembekalan. Saya mengisi sesi tentang "Jalur Rempah dan  Sejarah Bahari Nusantara", sebagai pengenalan dan pengetahuan awal kepada peserta.

Esok harinya, kami mulai berlayar dengan Kapal KRI Dewaruci dari Dermaga TNI AL Tanjung Uban, dilepas oleh Direktur Dr. Restu Gunawan. Di atas kapal, hari kedua, saya mengisi sesi diskusi tentang jalur rempah dalam peran Lampung.

Di atas kapal KRI Dewaruci dalam pelayaran Tanjung Uban ke Lampung (Sumber: Dok Pribadi, Juni 2024)
Di atas kapal KRI Dewaruci dalam pelayaran Tanjung Uban ke Lampung (Sumber: Dok Pribadi, Juni 2024)

Peserta MBJS 2024 di Kapal KRI Dewaruci (Sumber: Dok Pribadi, Juni 2024)
Peserta MBJS 2024 di Kapal KRI Dewaruci (Sumber: Dok Pribadi, Juni 2024)

Setelah tiga hari berlayar, kami tiba di Pelabuhan Panjang Lampung. Kami disambut dengan meriah oleh Pemerintah Provinsi Lampung dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah Bengkulu dan Lampung (ketuanya: Drs. Nurmatias, M.Hum).

Tiga hari peserta di Lampung dengan beragam kegiatan, antara lain kunjungan ke perkebunan lada di Sukadana Lampung Timur. Saya baru pertama melihat pohon lada, setelah sekian lama belajar dan mengajarkan tentang sejarah jalur rempah (lada).

Saya juga mengisi sesi diskusi Sejarah Lada Lampung, bersama Ketua TACB Provinsi Lampung, Pak Anshori Jausal, yang diadakan di Situs Purbakala Pugung Rahardjo. Saya pun baru pertama kali tiba di sini, setelah tiga tahun tinggal di Lampung.   

Setelah itu, Kapal KRI Dewaruci bertolak menuju Jakarta. Perjalanan tidak sampai satu hari. Kami tiba di Dermaga TNI AL (Pangkalan Barat) di Jakarta. Kali, kami disambut oleh pimpinan TNI AL dan Dirjen Kebudayaan (Hilmar Farid) serta jajarannya.

Selama satu hari kami berkeliling Jakarta ke obyek-obyek sejarah, antara lain Museum Bahari Jakarta, Museum Batik, dan Museum Keramik di kawasan Kota Tua. Pada 14 Juli, masing-masing peeserta kembali ke daerahnya.

Saya naik pesawat dari Jakarta ke Lampung. Ini adalah kenangan indah dan inpiratif, suatu rihlah akademik yang penting bagi saya selaku pengajar Sejarah Maritim Indonesia di mana Jalur Rempah merupakan satu topiknya.

Tak lupa, saya menulis satu esai di Lampung Post (11 Juli) mengenai lada dengan tajuk "Lada Lampung Mendunia". Tulisan ini banyak dirujuk oleh jurnalis dan wartawan yang ikut dalam MBJR ini.   

***

Kisah ini hanyalah bagian kecil dari masa silam saya. Keterbatasan ruang, urgensi pengalaman, dan sumber sejarahnya mempengaruhi isi dan alur kisah ini.  

Sejarawan Italia, Benedetto Croce (1866-1952), pernah berkata bahwa "semua sejarah adalah sejarah kontemporer". Maksud kontemporer di sini adalah ketika masa itu itu dibicarakan atau ditulis kembali, maka pada saat itulah sejarah itu ada atau temporer.  

Kendatipun waktu dari pengalaman ini masih dekat dengan kondisi hari ini, namun tidak semuanya dapat diingat dan ditulis semuanya. Hanya yang dianggap penting saja oleh penulis. Di sinilah sisi subyektif sejarah yang ditulis oleh pelakunya.

Namun pada akhirnya, saya ingin mengingatkan pembaca bahwa tulisan ini bukan untuk tujuan akademik, melainkan sebagai pengingat mengenai kegiatan akademik saya tahun 2024.   

Bandar Lampung, 2 Januari 2025  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun