Mohon tunggu...
Abd Rahman Hamid
Abd Rahman Hamid Mohon Tunggu... Sejarawan - Penggiat Ilmu

Sejarawan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemerosotan Jung Jawa

11 Februari 2024   13:41 Diperbarui: 11 Februari 2024   13:52 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negeri Jepara, dipimpin oleh Pate Onus, memiliki pelabuhan yang terbaik. Semua yang pergi ke Jawa dan Maluku singgah di pelabuhannya. Dulu, Jepara punya banyak JUNG. Pada tahun 1512, ia menghimpun kekuatan menyerang Malaka (Portugis) yng saat itu dipimpin Gubernur India, Alfonso de Albuquerque, dengan 100 kapal layar; kapal yang terkecilnya mengangkut beban tidak kurang dari 200 ton, dengan 40.000 prajurit (30.000 dari Jawa dan 10.000 dari Palembang). Kurang lebih 7 atau 8 kapal yang berhasil kembali. Sekitar 1.000 orang tewas terbunuh dan banyak lainnya tertangkap. Saat penyerangan itu, Pate Unus berusia 25 tahun. Kini, Jepara hanya memiliki 2 JUNG serta 2-3 PANGAJAVA.

Negeri Rembang, dipimpin oleh Pate Morob (paman dari Pate Unus), menghasilkan banyak beras dan kayu untuk pembuatan JUNG. Dahulu, penduduknya selalu membuat Jung dari kayu-kayu tua. Kini, mereka tidak lagi memiliki Jung, kecuali sekitar 2 PANGAJAVA. Ia kehilangan semua kapalny, ketika mendukung Pate Unus menyerang Malaka.

Negeri Gresik memiliki sebuah pelabuhan besar yang terbaik di seluruh Jawa dimana orang-orang Gujarat, Calicut, Bengal, Siam, Cina, dan Liu-Kiu (Lequeos) datang berlabuh dan berdagang. Kapal-kapal yang berlabuh tak perlu takut akan angin, karena cucur perahunya dapat menempel para rumah-rumah. Ia dikenal sebagai "pelabuhan para padagang". Di kalangan orang Jawa, ia dikenal sebagai pelabuhan orang-orang kaya.

Pate Cucuf (Patih Yusuf), usianya sekitar 50 tahun, adalah penguasa dari kota yang luas dengan penduduk 6.000-7.000 jiwa. Ia melakukan perdagangan dengan Maluku dan Banda dengan JUNG. Ia banyak menghabiskan waktu untuk berdagang. Di negerinya banyak pedagang lain. Dulu, ada banyak JUNG dan PANGAJAVA di pelabuhan Gresik. Raja memiliki kapal CALALUZE (kendaraan dayung cepat) dan NAVIOTE (perahu kecil). Kapal tersebut diukir dengan bermacam cara, dengam gambar ular berlapis emas, sangat dipenuhi ornamen. Kapal ini hanya dimiliki oleh para pate di Jawa. Kapal seperti ini juga pernah digunakan di negeri Portugal.

Berbagai jenis kain dalam jumlah banyak dibongkar di pelabuhan Gresik. Pate Cucuf dahulu menguasai pengiriman barang ke Maluku dan Banda. Ia dan para pedagangnya membeli banyak barang yang dijual di Gresik. Namun, sejak Malaka jatuh ke Portugis, mereka tidak lagi melakukan pelayaran dan perdagangan. Bahkan, mereka tidak lagi memiliki JUNG. Lima tahun berlalu, mereka tidak lagi menjual Jung, seperti dahulu. Gubernur India telah membakar dan menghancurkan seluruh JUNG milik musuh. Mereka ditinggalkan tanpa satu pun JUNG.

Setelah Pate Unus ditangkap, ia hanya berhasil membawa pulang 3 JUNG, seluruh Jawa dan Palembang tidak memiliki lebih dari 10 JUNG dan 10 PANGAJAVA. Jawa lebih banyak memiliki CALALUZE dan PANGAJAVA kecil daripada Jung. Pasalnya, Pegu sudah tidak lagi mengirimkan kepada mereka (Pedir, Pasai, Pahang, Jawa, dan Palembang) JUNG seperti dahulu. Kata Tome Pires, orang Jawa tidak mampu untuk membangun 10 JUNG dalam waktu sepuluh tahun.

Negeri Surabaya, dipimpin oleh Pate Bubat dengan gelar 'Jurupa Galacam Imteram' (kapten yang luar biasa) memiliki sekitar 6.000-7.000 prajurit perang. Para pedagang dari negerinya berlayar melalui pelabuhan Gresik. Ia sangat ingin menjalin pertemanab dengan Malaka. Pate ini miskin. Ia tidak punya JUNG maupun PANGAJAVA. Penduduknya hidup dari hasil panen, seperti orang-orang Jawa yang lainnya. Kadang-kadang para kaptennya pergi merampok di lautan.

Mengapa Merosot?

Demikian, proses kemerosotan JUNG JAWA yang pernah gemilang sebelum tahun 1512. Kalau mengikuti alur informasi SUMA ORIENTAL, jelas bahwa kemerosotannya sebagai akibat serangan yang gagal ke Malaka yang dipimpin Pati Unus dari Jepara. Tampaknya, setelah menghancurkan JUNG dan PANGAJAVA, kekuatan maritim Eropa (Portugis) semakin kuat menjalankan monopili pelayaran dan niaga. Apalagi setelah Malaka, yang merupakan pelabuhan utama dan jalur paling strategis di Asia Tenggara, dikuasai oleh Portugis 1511. Usaha Pati Unus menyerang Malaka adalah untuk menghancurkan monopoli Portugis, namun tidak berhasil.

Ketidakmampuan penduduk pesisir Jawa membangun JUNG, dalam pandangan saya, bukan karena mereka sesunggunya tidak mempu membuatnya, karena Jawa masih punya menghasilkan kayu berkualitas dan keterampilan para tukang untuk membuat JUNG. Hal itu lebih disebabkan oleh penggunaan JUNG yang dipandang kurang menguntungkan bagi para pedagang, karena ia tampak seperti 'citra' armada yang pernah mencoba menghancurkan kuasa maritim Portugis.

Kemerosotan JUNG Jawa, dalam masa berikutnya, tak lepas dari monopoli pelayaran dan niaga oleh Belanda (VOC) dan ekspansi politik Mataram pada abad ke-17. Untuk menghambat kemajuan Belanda di Batavia, Mataram melakukan berbagai aksi di laut untuk memblokade gerak kapal-kapal menuju Batavia, baik kapal Belanda maupun pedagang lain seperti Cina, Jepang, dan Gujarat. Penguasa Mataram melarang penduduk dan hasil pertanian (beras) ke luar wilayah kuasa Mataram. Sejumlah pelabuhan di pantai utara bagian timur dihancurkan, termasuk Surabaya yang terakhir ditaklukan dari yang lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun