Uraian di atas menunjukkan bahwa kata "Onrust" merujuk pada kesibukan aktivitas perbaikan dan pembuatan kapal-kapal Belanda di pulau tersebut, baik pada masa Kompeni maupun zaman Hindia Belanda. Namun, setelah pembangunan pelabuhan Tanjung Priuk di Batavia tahun 1883, peranan Onrust semakin hilang dalam dunia kemaritiman Nusantara.
Karantina HajiÂ
Onrust baru mendapat perhatian dari pemerintahan pada awal abad ke-20, ketika dibangun stasiun karantina pada 1905 di pulau itu dan pulau Cipir. Onrust menjadi tempat karantina Jemaah haji Indonesia dan awak kapalnya yang baru datang dari Tanah Suci Makkah antara tahun 1911-1933. Sebelum kapal sandar di pelabuhan Tanjung Priuk, mereka harus diperiksa dan dirawat (bagi yang punya gejala penyakit) di Onrust dan Cipir. Tujuannya adalah untuk memastikan mereka steril dari segala gejala penyakit dari luar negeri.
Pada saat itu, penyakit menular yang sering menjangkiti jemaah haji adalah pes dan kolera. Pada 1927 tercatat sekitar delapan persen jemaah haji yang terjangkit penyakit kolera. Jemaah haji yang meninggal pada masa karantina dimakamkan di Pulau Sakit (sekarang Pulau Bidadari) dan Pulau Kelor. Â
Pulau Onrut memiliki 35 barak penampungan haji. Setelah tiba dari Makkah, mereka harus tinggal di Onrust paling cepat lima hari, sebelum pulang di kampungnya. Barak karantina mirip penjara atau kamp konsentrasi. Barak karantina juga dibangun di Pulau Sipir. Selain barak karantina, di Onrust terdapat rumah dokter, rumah sakit, kantor registrasi, pos keamanan, serta sarana MCK.
Selain faktor kesehatan, ada alasan lain terkait karantina jamaah haji, bahwa mereka harus disterilkan sebelum tiba di kampungnya agar ketika mereka menjadi pemimpin setempat tidak melakukan usaha-usaha melawan pemerintah. Dengan kata lain, mereka terlebih dahulu "dijinakkan" di Onrust.
Belanda rupanya tak lupa dengan sejumlah aksi kolektif melawan Belanda di sejumlah daerah di Tanah Air pada abad ke-19 yang dimotori oleh para haji. Kajian Sartono Kartodirdjo (1984), Pemberontakan Petani Banten 1888, menemukan bahwa para haji membawa ide-ide kebangunan Islam dari Makkah. Segera setelah tiba di Indonesia, mereka mendirikan pasantren dan mengajarkan berbagai tarekat kepada penduduk setempat, serta memimpin perlawanan rakyat terhadap kuasa kolonial yang dianggap "kafir" dan menindas petani lewat kebijakan pajak yang sangat memberatkan rakyat. Â
Belajar dari pengalaman tersebut, maka setiap jemaah haji Indonesia yang baru kembali dari Makkah harus disterilkan di Pulau Onrust, baik dari segi kesehatan maupun mentalnya, guna menciptakan kedamaian di kampungnya. Â Â
Tempat KeonaranÂ