Bukan faktor kebetulan apabila La Karambau berjuang selama 24 tahun untuk membebaskan negerinya (liwuno) dari "beban" sejarah. Ia tidak mau terikat, apalagi patuh, pada sejumlah perjanjian yang dibuat oleh pendahulunya dengan Belanda yang tidak menguntungkan Buton. Selama 24 tahun pula (sejak 1995 meneliti Buton), Zuhdi memperjuangkan Buton di mimbar akademik agar terbebas dari stigma pejoratif yang kerap disematkan kepadanya. Kini, orang Buton dan masyarakat Sulawesi Tenggara pada umumnya patut berbangga karena sudah memiliki pahlawan nasional.Â
Setelah Buton memiliki pahlawan nasional, Zuhdi melanjutkan visinya dengan memimpin riset diaspora Buton di Indonesiaberlangsung pada 2009 dan 2018-19. Dari riset ini lahir sebuah buku tentang orang Buton dalam diaspora Nusantara dan integrasi bangsa (Zuhdi, dkk. 2019). Dua tahun terakhir, di bawah proyek pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, Zuhdi terlibat dalam riset diaspora Buton di Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan Sumatera.Â
Catatan Akhir
Semua usaha yang dilakukan Prof. Santo mencerminkan dedikasinya yang tinggi untuk mengkaji dan mengembangkan terus perspektif baru kesejarahan Indonesia. Usaha ini mengingatkan pada pemikiran gurunya, Profesor Nugroho Notosusanto (2000: 24), bahwa "Sejarawan, pokok-karyanya memang terletak di masa lampau. Tetapi ia berdiri teguh pada masa kini, sedangkan pandangannya senantiasa menatap ke depan."
Apa yang dilakukan oleh Prof. Santo mengingatkan pada argumen Levi-Strauss bahwa "history is never only history of, it is always history for" (Southgate 1996: 48). Menurutnya, sejarah tidak hanya membicarakan mengenai (of) masa lalu, tetapi untuk (for) apa ia ditulis. Pada konteks ini, kajian sejarah tidak hanya untuk memenuhi kepentingan teori dan metodologi, tetapi hasilnya diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan kemanusiaan.Â
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Pak Kasijanto Sastrodinomo, M.Hum yang telah membaca dan mengedit draft tulisan ini sehingga lebih renyah dibaca.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI