Mohon tunggu...
Abd Rahman Hamid
Abd Rahman Hamid Mohon Tunggu... Sejarawan - Penggiat Ilmu

Sejarawan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Visi Akademik Profesor Susanto Zuhdi

15 Mei 2023   14:00 Diperbarui: 15 Mei 2023   14:34 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bersama Profesor Susanto Zuhdi di Kampus UI Depok 13 Mei 2023 (Foto ARH)

Bukan faktor kebetulan apabila La Karambau berjuang selama 24 tahun untuk membebaskan negerinya (liwuno) dari "beban" sejarah. Ia tidak mau terikat, apalagi patuh, pada sejumlah perjanjian yang dibuat oleh pendahulunya dengan Belanda yang tidak menguntungkan Buton. Selama 24 tahun pula (sejak 1995 meneliti Buton), Zuhdi memperjuangkan Buton di mimbar akademik agar terbebas dari stigma pejoratif yang kerap disematkan kepadanya. Kini, orang Buton dan masyarakat Sulawesi Tenggara pada umumnya patut berbangga karena sudah memiliki pahlawan nasional. 

Setelah Buton memiliki pahlawan nasional, Zuhdi melanjutkan visinya dengan memimpin riset diaspora Buton di Indonesiaberlangsung pada 2009 dan 2018-19. Dari riset ini lahir sebuah buku tentang orang Buton dalam diaspora Nusantara dan integrasi bangsa (Zuhdi, dkk. 2019). Dua tahun terakhir, di bawah proyek pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, Zuhdi terlibat dalam riset diaspora Buton di Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan Sumatera. 

7 karya Profesor Susanto Zuhdi (Foto ARH)
7 karya Profesor Susanto Zuhdi (Foto ARH)

Catatan Akhir

Semua usaha yang dilakukan Prof. Santo mencerminkan dedikasinya yang tinggi untuk mengkaji dan mengembangkan terus perspektif baru kesejarahan Indonesia. Usaha ini mengingatkan pada pemikiran gurunya, Profesor Nugroho Notosusanto (2000: 24), bahwa "Sejarawan, pokok-karyanya memang terletak di masa lampau. Tetapi ia berdiri teguh pada masa kini, sedangkan pandangannya senantiasa menatap ke depan."

Apa yang dilakukan oleh Prof. Santo mengingatkan pada argumen Levi-Strauss bahwa "history is never only history of, it is always history for" (Southgate 1996: 48). Menurutnya, sejarah tidak hanya membicarakan mengenai (of) masa lalu, tetapi untuk (for) apa ia ditulis. Pada konteks ini, kajian sejarah tidak hanya untuk memenuhi kepentingan teori dan metodologi, tetapi hasilnya diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan kemanusiaan. 

Tim Penyunting buku
Tim Penyunting buku "Meniti Ombak Sejarah: Untaian Persembahan 70 tahun Profesor Susanto Zuhdi" (Foto ARH)

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Pak Kasijanto Sastrodinomo, M.Hum yang telah membaca dan mengedit draft tulisan ini sehingga lebih renyah dibaca. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun