Pemikiran Ibnu KhaldunÂ
       Dalam menjelaskan faktor-faktor kondisional tumbuh dan kembangnya budaya bahari Mandar, penulis menggunakan teori/pendekatan dari sejarawan Prancis, Fernand Braudel, yang menempatkan faktor geografis sebagai wadah utama yang bergerak dalam tempo sangat lama (long dure) dalam sejarah umat manusia.
       Letak pemukiman Mandar di sisi barat Pulau Sulawesi, atau bagian timur Selat Makassar, memungkinkan mereka sejak awal dapat melihat, mengenal, dan mengarungi selat. Tak heran, dalam ingatan kolektif mereka, dikenal sebutan Passala' yakni orang yang berlayar di selat atau melintasi selat. Sebutan ini menunjukkan betapa penting faktor geografis membentuk ingatan kolektif suku bangsa bahari Mandar. Â
       Dalam sesi diskusi, Prof. Merican menyitir argumen sejarawan muslim paling terkemuka, yakni Ibnu Khaldun, bahwa faktor iklim sangat besar pengaruhnya terhadap karakter dan sejarah umat manusia.
       Komentar tersebut merangsang penulis untuk membaca Muqaddimah karya Ibu Khaldun. Pada bagian ke-4 dari kitab itu, ia menulis bahwa iklim sangat besar pengaruhnya terhadap karakter manusia.
Keterbukaan orang Mandar dalam menggunakan aneka jenis perahu dari sukubangsa bahari lain, terutama Lambo (Buton) dan Letelete (Madura), tak lepas dari faktor perairan laut yang membasahi pemukiman mereka.
Pada masyarakat bahari, sejauh studi yang penulis lakukan selama ini, terdapat kecenderung lebih terbuka dibandingkan masyarakat agraris. Itu dibentuk oleh cara pandang dan akses mereka terhadap Tanah atau Air.
Orang yang bergiat di sektor petanahan, baik sebagai petani atau pekebun, cenderung tertutup, karena mereka mamandang bahwa tanah adalah sumber daya alam yang dapat dimiliki sehingga ia harus dijaga pada kondisi dan dengan cara apa pun.
Sementara, orang yang bekerja di sektor kelautan, sebagai nelayan atau pedagang maritim, memandang tidak dapat memiliki Laut, sehingga mereka paling banter dapat memanfaatkan sumber daya Air secara efektif. Pandangan ini membentuk karakter pelaut yang lebih terbuka terhadap orang lain dan pemikiran baru. Mereka mudah menyerap dan mengadaptasi teknologi bahari yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi dan kelompoknya. Â
Pemikiran Ibnu Khaldun dapat digunakan untuk memahami tingkat solidaritas pelaut Mandar. Â