Setiap akhir dan awal tahun, kita dihadapkan dengan deretan bencana alam akibat cuaca ekstrim. Kondisi ini direspon oleh masyarakat setempat dalam berbagai corak, demi bertahan hidup, sehingga mewarnai arus sejarahnya. Â Â
Orang Mandar yang mendiami pantai barat Sulawesi punya ingatan kolektif terkait Selat Makassar. Bahkan, mereka menggunakan sa'la (selat) untuk melukiskan pelaut yang meninggalkan Mandar dengan sebutan Passa'la (Pelintas Selat). Istilah ini kelak banyak ditujukan bagi pelaut yang melintasi selat-selat menuju Tumasik (Malaka) atau Singapura.
Angin membawa perahu dan pelaut tiba di tempat tujuan dan angin pula yang bisa menyebabkan perahu mengalami kecelakaan hingga akhirnya merenggut nyawanya, sehingga isterinya di rumah menjadi janda. Oleh karena angin berhembus ke suatu arah pada bulan tertentu, maka angin yang membawa nahas kemudian disebut "angin janda".
Â
Jeqne Keqboq
"Kita bisa berlayar kapan saja ke Tawao, kecuali bulan Januari. Saat itu ombak besar, arus kuat, dan angin kencang", kata seorang nakhoda senior di Majene yang dahulu selalu lalu-lalang dengan perahu layar dari Mandar ke Tawao (Malaysia).
Ingatan tentang jeqne keqboq (angin topan) tertuang dalam Lontara Pattapingang (Yasil dkk, 1985). Di bagian akhirnya tertera uraian berbagai kejadian setiap hari selama satu tahun, yang dijasikan mengikuti kalender tahun Masehi. Jeqne keqboq sendiri hanya ditemukan pada bulan Januari dan Agustus. Â Â
Pada awal Januari, hujan sebentar, baru masuk tahun baru. Waktu itu Nabi Isa disunat. Anginnya Barat Laut selama tujuh hari. Hujan bersama angin. Kalau saat itu kita melahirkan anak, anak itu pendek umur. Di tengah bulan, bertiup jeqne keqboq yang bisa menenggelamkan perahu, hujan lebat, bangsawan paceklik, bertiup angin Barat. Â
Lalu, pada awal Agustus disebutkan, bahwa "kalau ada wabah mengkhawatirkan, juga bahaya api. Timur saja anginnya siang malam. Hujan pagi, tidak baik untuk berlayar". Di tengah bulan "mulai jeqne keqboq, Siti Maryam wafat, mega timbul, itu juga yang dinamakan tallasan". Jelang akhir bulan, "hari buruk, lebah bersarang, sepuluh hari lamanya buruk, Tenggara anginnya siang malam, tidak baik untuk berlayar, orang gampang kena malapetaka. Angin ganas dari pagi sampai tengah hari, waktu angker, harus waspada pada bahaya api". Â
Uraian di atas menunjukkan kecermerlangan orang Mandar dalam merawat ingatan (masa lalu) mereka sebagai sumber informasi dan referensi bagi generasi berikutnya dalam menghadapi realitas kehidupan. Ingatan tersebut dibentuk oleh pengalaman manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Angin Bajak LautÂ
Salah satu pemicu lahirnya "bulan janda" adalah aktivitras bajak laut di Selat Makassar. Dari kajian Waren (1981) dan Lapian (2009) ditemukan pada bulan Desember, Januari, dan Februari, perahu-perahu bajak laut Lanun, Mangindanao, dan Balangingi meninggalkan Laut Sulawesi memasuki Selat Makassar menuju Laut Jawa, Selat Sunda, dan Laut Flores. Â
Kapten kapal Inggris, Thomas Forrest, yang pernah mengunjungi Kepulauan Mangindanao pada Mei 1775 mencatat bahwa penduduk kepulauan tersebut berlayar begitu jauh sampai di pantai Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa. Mereka biasanya merebut perahu apa pun yang ditemukan dalam pelayaran. Â
Penduduk yang dilewati perahu tersebut menjadi sasaran aksi bajak laut. Barang-barang mereka dirampas. Orangnya diambil menjadi pendayung atau dijual sebagai budak di negerinya. Karena itulah, pemerintah Belanda dan Inggris selalu memberikan peringatan bagi penduduk di kota-kota pantai dan kapal-kapal kecil mengenai bahaya the pirate wind (angin bajak laut), kata Owen Rutter (1987). Â
Aktivitas bajak laut di Selat Makassar menyulitkan pelaut Mandar melintasi Selat Makassar menuju pantai timur Kalimantan, Laut Jawa, Laut Flores, dan Laut Sulawesi, seperti ingatan kolektif penduduk Kepulauan Balabalakang. Ini membuat I Tamassala dari Tubo Sendana berlayar ke Balabalakang dengan tujuan pertama ialah Pulau Saboyang. Pulau ini punya air tawar dan sekaligus pangkalan bajak laut. Setelah tiba di sana, dia bertemu bajak laut di kawasan karang dekat Saboyang. Di sana mereka bertarung. Puluhan bajak laut terbunuh, kecuali seorang yang sengaja dibiarkan pulang agar mengabarkan kepada yang lain mengenai sang penakluk. Aksi aktivitas bajak laut pun berkurang.
Lalu, I Tamassala berlayar ke pantai timur Kalimantan. Masalah bajak laut juga melanda penduduk Tanjung Aru (sekarang Kabupaten Grogot). Dia membantu penguasa setempat mengusir bajak laut. Atas jasa itulah, ia dinikahkan dengan puteri penguasa itu. Hasilnya lahir lahir seorang putra dan putri. Â
Setelah itu, I Tamassala kembali ke Saboyang bersama keluarganya. Saat tiba di sana, aksi bajak laut kembali marak. Ia bersama Pua Cambang dan Pua Labai memberantas bajak laut. Mereka bertarung di Gusung Duian. Enam bajak laut terbunuh, dan seorang dibiarkan kembali ke Pulau Derawan. Setahun kemudian, bajak laut itu kembali dengan keluarganya, tetapi untuk bertarung, melainkan menjalin persaudaraan. Sejak itu orang Bajo diberi kesempatan tinggal di Balabalakang, kecuali Saboyang. Â Â
Fenomena ini menarik La Side lalu menulis novel Badjak Laoet (1933). Tiga tokoh utamanya adalah Nakhoda Salabangka, Marudani, dan Daeng Manjarrang. Mereka merampas perahu padewakang Bintang Timur milik nakhoda Salibu dari Majene. Setelag dicat ulang, perahu itu diberi nama baru yakni Rajawali Laut. Mereka merompak perahu Lambere Penganten di Pulau Sarappo, dalam pelayaran dari Selayar ke Binuang. Muatannya dibawa ke pantai Bulungan, Kalimantan Timur. Aksinya diketahui oleh pemerintah kolonial. Semua pelaku ditangkap dan diajukan ke pengadilan. Sementara awak perahu yang sempat ditawan oleh bajak laut dibebaskan kembali ke Majene.
Kalau merujuk uraian di atas jelas bahwa sebab lahirnya bulan janda adalah (1) angin topan yang berhembus pada Januari dan Agustus dan (2) aksi bajak laut di Selat Makassar. Pendek kata, bulan janda telah mewarnai horizon sejarah Mandar berabad lamanya.
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H