Mohon tunggu...
Abd Rahman Hamid
Abd Rahman Hamid Mohon Tunggu... Sejarawan - Penggiat Ilmu

Sejarawan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membaca Islamisasi Kerajaan Indrapura lewat karya Dr. Sudarman, MA

21 Januari 2023   13:32 Diperbarui: 21 Januari 2023   14:43 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun demikian, kata van Leur, perniagaan dan agama (Islam) tetap perlu dipisahkan karena Islam tidak memberikan perkembangan ekonomis bagi Indonesia. Islamisasi Indonesia ditentukan secara bertahap oleh situasi dan motif politik. Islam menjadi sarana politik yang melahirkan persaingan antara Hindu-Majapahit dengan Islam dan kemudian Kristen-Portugis. Persaingan dan permusuhan antara Islam dan Kristen dibawa dari satu ujung ke ujung lain di Asia.

Schrieke menulis dua jilid buku, Indonesian Sociological Studies: selected writings (1955), yang juga sudah diterjemahkan dan diterbitkan oleh Ombak Yogyakarta (2016a, 2016b). Menurutnya, Islam hampir pasti diperkenalkan di sepanjang jalur perdagangan Nusantara oleh orang India terutama yang berasal dari Gujarat. 

Pedagang muslim mendapatkan posisi di pesisir utara Sumatera dan menjadikan Samudera Pasai sebagai tempat tinggal mereka. Islam menyebar di tengah masyarakat melalui perkawinan antara pedagang muslim dengan perempuan setempat, lalu menembus kalangan para pemimpin dan pangeran, serta secara bertahap menjadi agama umum di seluruh kalangan. 

Islamisasi Nusantara baru benar-benar terjadi pada abad XVI dan sesudahnya. Proses ini terkait dengan kompetisi antara pedagang Muslim dan Kristen. Menurutnya, ekspansi Portugal merupakan kelanjutan dari Perang Salib. Sejak menaklukan Malaka, Portugal menjadikan Nusantara sebagai medan perang melawan Islam dan pedagang Muslim. Akibatnya pedagang dan ulama hijrah dari Malaka ke Aceh. 

Mereka menjadikan kota pelabuhan yang disebut terakhir sebagai pusat kajian Islam di Nusantara. Pedagang muslim lebih cepat melangkah ke Jawa. Adipati Demak meruntuhkan kekuasaan Hindu Majapahit. Raja Demak menaklukan Jawa Barat, dan setelah itu Banten berkembang menjadi pusat Islam, seperti Aceh (Sumatera) dan Brunei (Kalimantan). Usaha Portugis di Maluku terhambat oleh para pangeran lokal yang menyebarkan Islam demi untuk memperkuat kedudukannya.    

Dua sarjana tersebut memiliki pandangan yang sama, bahwa Islam dibawa oleh pedagang muslim Gujarat India dan perkembangnya dirangsang oleh kehadiran orang-orang Portugis yang membawa semangat Perang Salib. 

Dari kajian K.N. Chaudhuri (1985) dan Anthony Reid (2015) diketahui bahwa kedamaian pelayaran niaga selama berabad-abad di Samudera Hindia terganggu sejak kehadiran kapal-kapal Portugis akhir abad XV dan puncaknya ketika menaklukan emporium Muslim Malaka pada 1511. 

Peristiwa itu membuka peluang berkembangnya emporium di pesisir utara Sumatera, melanjutkan fungsi Samudera Pasai dan Malaka, yakni Aceh. Ia berhasil tumbuh menjadi pusat jaringan perdagangan maritim dan Islamisasi di Samudera Hindia dan Selat Malaka. Puncak perkembangan Aceh pada abad XVII dengan wilayah pengaruh meliputi hampir seluruh Pulau Sumatera.

Penelitian Sudarman menemukan bahwa perkembangan agama Islam di Kerajaan Inderapura terkait dengan jaringan pelayaran dan perdagangan Samudera Hindia. 

Sistem laut yang besar ini (baca: samudera) menghubungkan Inderapura dengan pusat-pusat niaga dan politik di Anak Benua India dan Jazirah Arab, ditunjang oleh pola arus laut dan angin musim sehingga memudahkan pergerakan kapal, pelaut dan pedagang dari kawasan itu menuju pelabuhan Inderapura. 

Hubungan tersebut membentuk jaringan perdagangan global dan regional antara Inderapura dengan Benggala, Malaka, dan Cina. Jaringan ini ditopang oleh jaringan perdagangan lokal, antara Inderapura dengan pedalamannya dan Inderapura dengan pelabuhan-pelabuhan di pantai barat Sumatera (Padang, Pariaman, Tiku, Air Bangis, Natal, Tapanuli (Sibolga), Barus, dan Singkel). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun