"Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Jasmerah)", kata Bung Karno pada 1960-an. Pada mulanya, pidato ini dibuat untuk menarik perhatian publik ketika krisis politik nasional. Ia ingin mengajak semua pihak agar tidak meninggalkan sejarah. Ini dapat terkait dengan masa lalu bangsa kita yang pernah jaya atau upaya-upaya yang ia lakukan bersama tokoh-tokoh lain saat membentuk Indonesia. Pidato ini sering dikutip banyak orang bila ingin menegaskan pentingnya sejarah bagi kehidupan kita. Â
Saya menggunakan kata Jasmerah untuk menggambarkan apa yang pernah saya alami pada tahun 2022, sehingga disebut Jasmerah 2022, sebagai dosen pada Program Studi Sejarah Peradaban Islam (Prodi SPI) Fakultas Adab (FA) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung.
Saya membagi rihlah ini menjadi beberapa bagian sesuai dengan tonggak perjalanan tahun ini. Sebagai catatan sejarah, saya berupaya untuk menulis tentang waktu, tempat, orang, dan hal-hal terkait yang masih diingat, atau remembered history kata Bernard Lewis.
Tentu saja, tidak semua pengalaman ditulis di sini, karena keterbatasan ingatan dan daya kerja untuk menghadirkan kembali, selain karena faktor urgensinya. Â Â
Sejarah, sebagai sebuah rekonstruksi, sangat bergantung pada rasa ingin tahu dan kebutuhan dari penulis. Walhasil, sejarah tak lepas dari subyektivitas. Hanya peristiwa yang obyektif. Semua kisah tentang peristiwa sudah pasti subyektif, karena penulisnya merupakan subyek yang punya kecenderungan tertentu yang bersifat personal. Apalagi, bila masa lalu yang ditulis itu adalah bagian hidupnya. Â
Dengan pandang seperti itu, maka pembaca diharapkan mampu memahami dan mengikuti alur kehidupan hidup saya, yang akan diuraian pada paragraph berikutnya. Â Â
1. Menjadi PNS (Dosen) UIN Raden Intan Lampung
Berdasarkan SK (an. Menteri Agama RI), Rektor UIN Raden Intan Lampung, Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag., Nomor B-051/Un.16/R/Kp.00.3/01/2021 (tanggal 13 Januari 2021), saya dinyatakan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) mulai terhitung pada 1 Desember 2020. Pada saat penyerahan SK CPNS, saya tidak bisa hadir karena kondisi kesehatan tidak memungkinkan terbang dengan pesawat dari Makassar ke Lampung. Awal tahun berikutnya, Januari 2021, baru saya ke Lampung yang bertepatan dengan penyambutan kami (7 dosen baru) oleh pimpinan Fakultas Adab di ruang seminar lantai 2 FA.Â
Sejak awal bekerja, kami sudah diperhadapkan dengan usaha-usaha persiapan re-akreditasi Prodi SPI, yang mulai dibuka pada 2019. Saat itu, baru ada dua angkatan yaitu 2019 dan 2020. Empat dosen baru SPI ialah Dr. Wahyu Iryana, Dr. Abd. Rahman Hamid, Aan Budianto, MA., dan Uswatun Hasanah, M.Hum.
Pada 31 Desember 2021, melalui SK an. Menteri Agama, Rektor UIN Raden Intan Lampung, Nomor B-937/Un.16/R/Kp.00.3/12/2021, diputuskan bahwa terhitung sejak tanggal 1 Januari 2022, saya diangkat dari CPNS menjadi PNS. Â
Pada 16 Maret 2022, saya dan teman-teman dosen dan tenaga kependidikan (tendik) menerima SK PNS dari Rektor UIN Lampung yang baru yakni, Prof. Wan Jamaluddin, Ph.D bertempat di Ball Room Academic and Research Centre.
Bulan berikutnya, sesuai SK Rektor Nomor 518 tahun 2022, tertanggal 11 April 2022, saya diberikan tugas tambahan sebagai Ketua Gugus Penjaminan Mutu FA, dibantu oleh Sekretaris, Muhamamd Bisri Mustofa, M.Kom.I. SK tugas tambahan ini diserahkan oleh Wakil Rektor II, Dr. Safari, di Kantor Lembaga Penjaminan Mutu (LPM).
Sejak itu, saya mendapat kesempatan mengikuti berbagai kegiatan peningkatan kompetensi SDM yang diselenggarakan LPM dan lembaga lain di UIN. Menyikapi hal itu, maka saya harus mengatur waktu dengan baik agar bisa menyelesaikan tugas mengajar dan tugas tambahan, tanpa mengabaikan pembangunan jaringan akademik dan riset secara internal dan eksternal melalui kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Â
2. Mengajar S1 (UIN Lampung) dan S2 (Universitas Hasanuddin)Â
Pada tahun ini, saya mendapat tugas mengajar di Program Studi Sarjana (S1) Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dengan mengampu 6 (enam) mata kuliah, masing-masing tiga mata kuliah setiap semester.
Pada Semester Genap (Januari -- Juni), saya mengajar mata kuliah (1) Sejarah Islam Indonesia abad XIII-XVII (3 SKS), (2) Seminar Sejarah (4 SKS), dan (3) Sejarah Perdaban Islam (2 SKS). Mata kuliah yang pertama untuk mahasiswa SPI semester 4 (empat), sedangkan Seminar Sejarah diprogramkan oleh mahasiswa SPI semester 6 (enam).Â
Khusus peserta mata kuliah terakhir berasal dari Program Studi Psikologi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama-agama, semester tiga. Beberapa bahan bacaan untuk mata kuliah pertama ialah karya Taufik Abdullah dkk, Denys Lombard, Mare C. Ricklefs. Untuk mata kuliah kedua, saya menggunakan antara lain karya Taufik Abdullah, Sartono Kartodirdjo, Susanto Zuhdi, Louis Gootschalk, dan Kuntowijoyo. Pada mata kuliah terakhir, saya menggunakan antara lain karya Ibnu Khaldun, Badri Yatim, Philip K. Hitti, Jajat Burhanuddin, dan Azyumardi Azra.Â
Bila pada semester genap saya mengajar juga di luar Prodi SPI, maka pada Semester Ganjil (Juli -- Desember) ini semua mata kuliah yang saya ampu diprogramkan oleh mahasiswa SPI. Satu mata kuliah, Pengantar Ilmu Sejarah (4 SKS), diperuntukan bagi mahasiswa baru (angkatan 2022) yaitu Pengantar Ilmu Sejarah.Â
Buku Pengantar Ilmu Sejarah, yang saya tulis bersama Muhammad Saleh Madjid (dosen saya ketika kuliah S1 Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Makassar), digunakan sebagai bacaan wajib, selain buku-buku lain yang relefan seperti karya dari Mohammad Ali, Kuntowijoyo, Sartono Kartodirdjo, Ibnu Khaldun, Edward H. Carr, A.L. Rowse, dan Peter Burke. Dua mata kuliah lain, Sejarah Islam Indonesia abad XVIII-XIX (3 SKS) dan Sejarah Maritim Indonesia (4 SKS), diambil oleh mahasisiswa semester 5 (lima) kelas A dan B. Khusus mata kuliah terakhir, dua buku saya yakni Sejarah Maritim Indonesia (diterbitkan Ombak Yogyakarta, cetakan I: 2013; cetakan IV: 2018) dan Sejarah dan Budaya Maritim Indonesia (diterbitkan Ombak Yogyakarta, 2020), selain karya-karya lain seperti Adrian B. Lapian, Edward L. Poelinggomang, Susanto Zuhdi, Singgih Tri Sulitiyono, Endang Susilowati, dan lainnya.
Selain mengajar di program sarjana, saya juga mengajar dua mata kuliah di Prodi S2 Sejarah FIB Unhas. Pada semester genap, bersama Dr. Nahdiah Nur, saya mengajar mata kuliah Sejarah Pelayaran dan Perdagangan di Indonesia (2 SKS). Karya-karya Fernand Braudel, Heather Sutherland, Anthony Reid, A.B. Lapian, Edward L. Poelinggomang, Susanto Zuhdi, Gusti Asnan, I Gede Parimatha, dan Abd. Rahman Hamid. Lalu, pada semester ganjil, juga bersama dengan Dr. Nahdiah Nur, mengajar mata kuliah Sejarah Ekonomi Maritim (2 SKS). Pembagian pokok bahasan disesuaikan bidang keahlian kami. Saya fokus di bagian Sejarah Maritim, sedangan Nur mengenai Sejarah Ekonomi. Bahan bacaannya antara lain adalah karya-karya dari J.C. van Leur, Anthony Reid, MAP Meilink-Roelofsz, dan BJO Schrieke.  Â
3. Visiting Lecturer (Universitas Lampung) Â
Bermula dari kunjungan saya ke Prodi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lampung awal tahun ini. Kemudian digagas dua kegiatan melibatkan saya, yaitu Seminar Nasional Jalur Rempah dan Kuliah Dosen Tamu (Visiting Lecturer). Pasca seminar pada 24 Maret, lewat seorang dosen muda, Ibu Ika, saya diundang memberikan kuliah Sejarah Maritim pada semester ganjil sebanyak tiga pertemuan secara daring (via zoom meting).
Materi pertemuan pertama (20 April) tentang Jaringan Maritim Indonesia Zaman Hindu-Budha (Kedatuan Sriwijaya & Kerajaan Majapahit), dengan bacaan utama adalah buku saya, "Sejarah Maritim Indonesia". Kemudian, pada pertemuan yang kedua (27 April) membahas Jaringan Maritim Indonesia Zaman Islam, dengan bacaan utama adalah artikel saya di Jurnal Masyarakat dan Budaya (LIPI, 2021), "Jalur Rempah dan Islamisasi Nusantara: Jaringan Samudera Pasai abad XIII-XVI". Pertemuan yang terakhir (10 Mei) mendiskusikan tentang Pasang Surut Kota Pelabuhan di Nusantara abad XVI-XVII, dengan bacaan dari karya Anthony Reid dan buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI) Jilid III. Â
Ini merupakan momen baik bagi saya berbagi setitik pengetahuan dan pengalaman riset Sejarah Maritim, yang saya tekuni 17 tahun terakhir (sejak 2005, ketika masih kuliah S2 Sejarah di Unhas di bawah bimbingan Dr. Edward L. Poelinggomang dan Dr. A. Rasyid Asba; keduanya wafat pada 2007 dan 2019).
4. Kuliah Tamu (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten)
Jejaring ini dibangun di sela-sela waktu riset kami di Banten (16 -- 29 November) dengan sponsor oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Waktu itu saya menghubungi Ketua Prodi S1 Pendidikan Sejarah FKIP UNILA, Pak Suparman Arif, S.Pd., M.Pd, via telpon untuk mendapatkan kontak persoan ketua prodi atau dosen pendidikan sejarah di Universitas Sultan Ageng Tirtayaya, Banten. Lalu, saya terhubung dengan Ketua Prodinya, Ibu Yuni Maryuni, M.Pd (alumnus S2 UNJ Jakarta) dan Mas Anggi (dosen muda, alumnus S2 Sejarah UGM Yogyakarta).
Setelah mendapatkan nomor kontak dari keduanya, saya pun memulai komunikasi dengan mengirimkan pesan singkat dan perkenalan kepada mereka. Seperti biasanya, bila baru akan kenal seseorang, saya mengirimkan CV singkat saya. Ternyata, pesan pertama saya ke mereka direspon cepat, lalu mereka pun menayakan soal kegiatan dan waktu luang saya di masa riset untuk diajak ke kampus memberikan kuliah tamu.
Berikut respon dari Mas Anggi via WA (pesan diterima pukul 17.34 WIB), saya mendapat respon/kabar bahwa "Bapak, kedatangan bapak di Serang sudah sy beritahukan ke Kajur. Beliau mengundang bapak untuk mengisi kuliah tamu dalam MK. Sej Maritim hari Kamis pukul 13.00. Apakah bapak bersedia? Untuk kelengkapan administrasi Insya Allah akan kami persiapkan".
Sementara, dari Ibu Yuni mengirin pesan (diterima pukul 17.47 WIB), bahwa "Pak punten, kiranya berkenan boleh masuk k MK Sejarah Maritim Pak? Seagai dosen tamu. Kebetulan pengamku MK nya saya".
Sebelum mengambil keputusan, saya harus mengecek jadwal riset kami di Serang, Banten. Setelah itu saya menerima ajakan tersebut. Kuliah akan dilaksanakan pada hari Kamis 24 November 2022, dari pukul 13.00 sampai 15.00 WIB. Pokok bahasan kuliah yang diminta tak jauh dari riset kami, dan tentunya terkait dengan Sejarah Maritim. Lalu, kami sepakat bahwa topik/tema kuliah tamu yang akan saya sampaikan adalah "Jaringan Banten dan Lampung dalam Perdagangan Rempah Nusantara".
Persiapan pun dibuat. Yang pertama, dari pihak kampus mengirimkan surat permintaan kepada saya untuk memberikan kuliah tamu. Lalu, kedua, dibuat flayer (poster) kegiatan yang mencantumkan nama pembicara dan topiknya, lalu sambutan oleh Ketua Prodi dam moderatornya adalah Putry Maharani (mahasiswa Prodi Pend. Sejarah Untirta). Terakhir, pelaksanaan kuliah di kampus Untirta Ciwaru, FKIP (Gedung CC.13).
Saya diantar oleh tim riset lain (Rismawidiawati, Wuri Handoko, dan Roni) dengan mobil menuju kampus, lalu mereka melanjutkan perjalanan menuju kampus UIN Banten. Tak lama setelah tiba di sana, saya disambut oleh Ketua Prodi. Kami bersama jalan kaki menuju ke sebuah gedung yang baru selesai dibangun. Di sana telah ada beberapa mahasiswa di kelas, lalu satu demi satu berdatangan hingga hampir memenuhi ruang kelas. Setelah separuh mahasiswa datang, kuliah pun dimulai. Diawali dengan sambutan/perkenalan oleh Bu Yuni, lalu diserahkan kepada moderator yang mempersilahkan saya memberikan kuliah.
Mahasiswa sangat antusias mengikuti kuliah. Ini tampak dari respon berupa sejumlah pertanyaan dan sanggahan dari mereka terkait materi kuliah. Saya mengawali dengan konsep Maritim (L: mere=laut) dan Bahari (A: bahri=laut), lalu fakta maritim (geografis, konseptual, hukum, historis, dan kultural), lalu soal Rempah dan Jalur Rempah, dan peran/kontribusi Banten dan Lampung dalam membangun jaringan perdagangan rempah Nusantara.
Kuliah berakhir sekitar pukul 15.00. Lalu, dari pihak Prodi menyerahkan Sertifikat (Piagam Penghargaan) kepada saya di kelas. Lalu, kami foto bersama. Pasca kuliah, saya tidak langsung pulang. Saya memanfaatkan waktu untuk berbincang-bincang lepas dari soal pengalaman kuliah sampai pengelolaan prodi. Sekitar pukul 16.20, teman kuliah saya (Dr. Rika dan Dr. Arsi) datang menjemput untuk ke Kampung Bugis di kawasan Karangantu, Serang Banten. Â
5. Penelitian Kolaboratif dengan BRIN
Pada akhir tahun ini, tepatnya bulan November, saya ke lapangan bersama dengan Tim Riset BRIN yang terdiri atas dua kelompok.
Yang pertama di bawah ketua Prof. Dr. Idham, dengan tajuk utama adalah "Beragama di Jalur Rempah: Membangun Diplomasi Sosial dalam Jaringan Diaspora untuk Memperkuat Identitas Kebangsaan". Tim ini terdiri atas enam orang (Lamijo, Ikhsan, Hamsiati, Nensi, dan Abd. Rahman Hamid) dengan lokasi riset yang berbeda yaitu: Makassar, Parepare (Sulawesi Selatan), Polewali Mandar (Sulawesi Barat), Bau-bau (Sulawesi Tenggara), Gorontalo, dan Kotabaru (Kalimantan Selatan). Masing-masing melakukan penelitian sesuai dengan fokusnya. Saya sendiri fokus pada soal Diaspora Mandar di Kalimantan Selatan dalam Proses Integrasi Bangsa. Jalur perjalanan saya dari Lampung ke Jakarta transit Makassar dan akhirnya tiba di Kotabaru. Jalur sebaliknya ditempug saat saya kembali ke Lampung. Masa riset ini mulai 3 sampai 12 November 2022.Â
Kelompok kedua dipimpin oleh Rismawidiawati, dengan tajuk "Kontribusi Budaya Lokal untuk Membangun Jaringan Kekuasaan dan Relasi Keagamaan sebagai Identitas Kebangsaan dalam Globalisasi Jalur Rempah Nusantara". Berbeda dengan kelompok pertama, pada lokasi riset kelompok kedua ini difokuskan di Provinsi Banten, terutama Serang dan Anyer. Anggota timnya tiga orang yaitu: Wuri Handoko, Roni, dan Abd. Rahman Hamid. Masa riset mulai 16 sampai 29 November 2022.
6. Tenaga Ahli (Kurator) Museum Bahari JakartaÂ
Ancangan untuk berkontribusi kepada kegiatan Museum Bahari bermula dari tahun 2021, setelah terbit buku saya, Jaringan Maritim Mandar (oleh penerbit Ombak Yogyakarta, 2021). Melalui seorang kawan di Museum Nasional Jakarta, saya mendapat kontak persoan beberapa pegawai Museum Bahari Jakarta. Seperti biasanya, saat memperkenalkan diri kepada orang baru, saya selalu menyertakan (kirim) CV singkat saya. Ibu Misari, saat itu sebagai KTU Museum Bahari, ternyata sangat merespon komunikasi saya. Sejak itu, beliau sering mengabarkan kegiatan-kegiatan yang disponsori Museum Bahari, dan sebaliknya juga saya mengabarkan kegiatan saya ke beliau terutama terkait dunia maritim/bahari. Hingga, tiba saatnya dia meminta kesediaan saya untuk menjadi narasumber kegiatan pameran yang akan dihelat pada tahun 2022.
Pada 4 November, ketika transit dalam penerbangan menuju Kotabaru, Kalimantan Selatan untuk riset tentang Diaspora Mandar di sana, saya menyempatkan waktu untuk menyampaikan gagasan mengenai Pameran Suku-suku Bahari terutama dari sisi sejarah. Kegiatan ini dilakukan secara daring, yang diikuti oleh tim kerja pameran Museum Bahari. Pada sesi itu, saya memaparkan dunia kehidupan suku-suku bangsa bahari di Indonesia yaitu: Bajo/orang Laut, Makassar, Bugis, Mandar, Buton, dan Madura. Ternyata, paparsan saya mendapat respon dan tindak lanjut dari tim tersebut untuk memfokuskan pada suku-suku tersebut. Maka, dilanjutkan dengan sesi diskusi teknis yang tidak dapat saya ikuti karena masih di Pulau Kerasian, di mana signal kurang bagus untuk akses zoom meeting. Saya baru ikut rapat lagi saat di Jakarta dan Serang dalam rangkaian perjalanan riset kolaboratif kelompok kedua (Tim Banten).
Pada 26 November, saya diundang ke Museum Bahari untuk pengambilan gambar dan video pameran, sekaligus memberikan masukan pada tim kerja penyusun narasi pameran. Selanjutnya, pada 3 Desember, saya diundang sebagai narasumber untuk membicarakan tentang "Teknologi Perahu Nusantara" bersama pemerhati sejarah budaya Makassar, Syamsu Salewangang Daeng Gajang, yang dipandu oleh moderator: Ibu Keke Parawansah. Saya bergabung secara daring (zoom meting) dan lainnya di lokasi acara, Museum Bahari. Â Â Â
Pameran ini berlangsung dari awal Desember 2022 sampai Maret 2023, kata Ibu Misari (Pjs Kepala Museum Bahari Jakarta). Saya sangat senang dilibatkan dalam kegiatan ini, selain bisa mengaktualisasikan pengetahuan saya soal sejarah (sukubangsa) bahari, juga mendapat pengalaman memperkaya horizon pameran bahari yang dikerjakan oleh anak-anak muda yang kreatif. Pada konteks ini, coba dipertautkan antara konsep (saya) dan praktek (mereka) dalam suatu pameran. Tentunya hal itu tidak mudah, karena perlu menyesuaikan ritme konsep dan cara kerja. Tetapi, saya senang karena bisa membangi pengalaman itu kepada mahasiswa di kampus, ihwal betapa pentingnya pemahaman dan pameran sukubangsa bahari dalam memperkuat identitas negara maritim (archipelagic state) Indonesia.
7. Publikasi Ilmiah
Tulisan/artikel saya yang dipublikasikan pada tahun ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu: (1) artikel atau esai dan reportase di harian lokal/regional, (2) jurnal ilmiah, dan (3) kata pengantar buku.
Publikasi di harian Lampung Post (2 judul), harian Fajar (3 judul), dan Radar Sulbar (1 judul). Semuanya berjumlah 7 judul yaitu: Pelayaran Makassar setelah Perjanjian Bungaya (Fajar, 20 Februari), Kontribusi Ulama Melayu, Datuk ri Bandang (Fajar 13 April), Urgensi Sejarah Piagam Jakarta (Lampung Post, 22 Juni), Sumbangan Pelaut Mandar bagi Revolusi Indonesia (Radar Sulbar, 19 Agustus), Kaum Muda Yang Tercerahkan (Lampung Post, 27 Oktober), Manifesto Politik Kaum Muda (Fajar, 29 Oktober), dan Diaspora Mandar (6 bagian) (Radar Sulbar, 21-25, 28 November).
Tulisan yang terakhir diangkat dari penelitian saya di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan pada 3 -- 12 November. Pada mulanya, saya ingin mengirimkannya ke Media Indonesia, tetapi prosedur administrasinya berliku, dimana saya harus mendapat izin/persetujuan dari Ketua ATL Lampung. padahal, saya belum pernah menjadi anggota Asosiasi Tradisi Lisan. Lalu, saya menghubungi M. Ridwan Alimuddin, yang pernah memuat tulisannya secara bersambung di Radar Sulbar. Saya disarankan untuk menyampaikan rencana itu ke seorang redaksinya. Setelah saya hubungi dan memberi tahu topik-topik yang akan saya ajukan, ternyata setelah dirapatkan oleh redaksi, rencana saya diterima. Saya diminta menyiapkan semua tulisan (6 bagian) seminggu sebelum dimuat, karena tidak boleh tulisannya putus (discontinue).
Tulisan itu nanti, kata wartawannya, dimuat pada halaman pertama setiap hari, kecuali Sabtu dan Minggu. Maka, saya pun mulai menyicil tulisan setelah tiba di Lampung sampai riset di Banten bersama tim riset BRIN kelompok kedua. Alhamdulillah, bagian ke-6 selesai di Kabupaten Serang. Kemudian, mulai Senin 21 November dimuat sampai Jumat 25 November, lalu terakhir pada Senin 28 November. Â
Topik utama tulisan saya adalah 'Diaspora Mandar" yang diramu menjadi enam bagian sesuai dengan fokusnya masing-masing yaitu: Jalur Bahari dan Migrasi (bagian 1), Gelombang Besar Migrasi (bagian 2), Membangun kembali Jaringan Maritim (bagian 3), Usaha bersama di Jalur Kopra (bagian 4), Modernisasi Pelayaran (bagian 5), dan Merawat Budaya Bahari (bagian 6).
Dua artikel saya diterbitkan pada jurnal nasional terakreditasi yaitu Jurnal Al-Turas (Sinta 2, UIN Jakarta) dan Jurnal Pangadereng (Sinta 4, BPNB Sulawesi Selatan). Tulisan saya di jurnal pertama adalah "The Role of Makassar in Promoting the Archipelago Spice Route in the XVI--XVII Centuries" pada Vol. 28 No. 2 September 2022 (pp. 155-170). Kemudian, tulisan kedua berjudul "Praktek Moderasi di Jalur Rempah Nusantara: Makassar abad XVI-XVII", pada Vol.8 No.2 Desember 2022 (pp.339-356).
Atas kerja sama antara UIN Lampung dengan Pemda Lampung Timur, maka saya pun terlibat dalam tim penelitian dan penulisan buku "Biografi Perjuangan KH Ahmad Hanafiah dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Lampung" yang diterbitkan oleh Idea Press Yogyakarta (2022). Buku ini dipersiapkan sebagai bahan pengajuan calon pahlawan nasional dari Provinsi Lampung ke Kementerian Sosial RI. Kemudian, saya menulis Kata Pengantar untuk buku (dari disertasi S3 UIN Yogyakarta) karya Dr. Sudarman, MA, berjudul "Perniagaan dan Islamisasi di Kerajaan Inderapura abad XVII-XVIII M", yang diterbitkan oleh Ombak Yogyakarta (2022). Â Â
8. Webinar dan SeminarÂ
Kendati tahun ini masih dalam suasana Pandemi Covid 19, namun sebagian kegiatan telah dilakukan secara luring (langsung) dan sebagian lagi melalui daring. Saya diundang sebagai narasumber sebanyak 20 (dua puluh) kegiatan. Kali dirata-ratakan, maka setiap bulan ada satu kegiatan. Dalam prakteknya, kegiatan lebih banyak pada paruh kedua tahun ini (Juni -- Desember).
DELAPAN kegiatan luring tahun ini yaitu: (1) Seminar Nasional Jalur Rempah di Universitas Lampung pada 24 Maret, (2) Seminar Nasional "Perjuangan KH Ahmad Hanafiah Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Lampung" oleh UIN Raden Intan Lampung bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Lampung Timur pada 27 Juli, (3) Diskusi Buku "Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia" karya Wahyu Iryana di UIN Raden Intan Lampung pada 31 Agustus, (4) Seminar Nasional "Kejayaan Maritim Lampung" oleh Museum Negeri Ruwa Jurai Lampung pada 20 September, (5) Seminar dan Workshop "Sandeq dan Budaya Maritim" oleh Pemerintah Kabupaten Majene pada 26 september, (6) Workshop "Integrasi Muatan Lokal dalam Pembelajaran Sejarah" oleh MGPM Sejarah Kabupaten Lampung Tengah pada 11 Oktober, (7) International Conference "Pulau and Perahu: Encounters and Mobilities within Maritime Southeast Asia and Indigenous Australia" oleh BRIN dan Monash University di Kampus BRIN Gatotsubroto Jakarta pada 19-20 Oktober, dan (8) Kuliah Tamu "Sejarah Maritim Indonesia" di Prodi Pendidikan Sejarah, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten pada 24 November. Â Â
DUA BELAS kegiatan daring adalah: (1) "International Conference on Islamic History and Civilization" yang digelar oleh UIN Raden Mas Said Surakarta pada 8 Februari, (2) Diskusi Budaya ke-38 tentang "Jalur Rempah dan Islamisasi Nusantara" oleh Forum Diskusi Budaya BRIN pada 6 Juni. Diskusi ini diangkat dari tulisan saya di Jurnal Masyarakat dan Budaya (Vol. 23, No.3, hlm.269-282), berjudul "Islamisasi dan Jalur Rempah: Jaringan Samudera Pasai abad XIII-XVI", (3) Webinar Nasional "Sejarah dan Wawasan Kemaritiman" oleh Jurusan Pendidikan Sejarah dan IPS Universitas Negeri Makassar pada 7 Juni, (4) Budah Buku "Jaringan Maritim Mandar" oleh RDS dan Prodi Pendidikan Sejarah Unindra pada 13 Agustus, (5) Simposium Nasional "Integrasi Jalur Rempah dalam Pembelajaran Sejarah" oleh Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) pada 26 September, (6) Webinar Nasional "Urgensi Mata Pelajaran Sejara di Era Milenial dan Posisi Pendidikan Sejarah dalam RUU Sisdiknas" oleh Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Indonesia (IKAHIMSI) Wilayah VI pada 27 Oktober, (7) Diskusi Tata Pameran Temporer "Suku-suku Bahari Indonesia" oleh Museum Bahari Jakarta pada 4 November, (8) Webinar Nasional "Kepahlawanan Sultan Hasanuddin dan Arung Palakka dalam Sejarah Sulawesi Selatan" oleh HMJ Pendidikan Sejarah UNM pada 15 November, (9) Diskusi Terbuka "Teknologi Perahu Nusantara" oleh oleh Museum Bahari Jakarta pada 3 Desember, (10) Diskusi Buku "Perdagangan dan Islamisasi di Kerajaan Inderapura abad XVII-XVIII" karya Dr. Sudarman, M.Ag pada 5 Desember, (11) FGD "Eksistensi Diaspora Kolonisasi Mapili" oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat pada 5 Desember, dan (12) Diskusi Agama & Budaya Nusantara "Jalur Dagang Maritim dan Islamisasi Nusantara" oleh HMI Komisariat FKM Unhas pada 17 Desember.Â
9. Tiga HKI (Kementerian Hukum dan HAM)
Menjelang akhir tahun ini, tepatnya 24 Desember, saya membaca sebuah pesan singkat WAG Bimtek Paten dan HKI 2022, tentang nama-nama dosen yang berhasil memperoleh sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, yang diajukan oleh Rumah Jurnal UIN Raden Intan Lampung.
Pada 18 April, saya mengajukan tiga buku saya sekaligus yaitu: (1) Sejarah Maritim Indonesia (2013), (2) Orang Buton suku bangsa Bahari Indonesia (2011), dan (3) Pembelajaran Sejarah (2014). Semuanya diterbitkan oleh Ombak Yogyakarta.
Buku pertama bersumber dari bahan ajar Sejarah Maritim Indonesia, ketika saya mengajar di Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin di bawah bimbingan Dr. Edward L. Poelinggomang (alumnus Vrije Universiteit, Amsterdam). Atas saran beliau, begini "Rahman, anda tulis buku untuk mengajar ya, karena mata kuliah ini masih kurang referensinya", saya menulis buku ini. Naskahnya selesai pada 2012, lalu terbit pada tahun berikutnya. Pada tahun itu juga, buku ini direview oleh Made Andi Arsana di jurnal BKI yang diterbitkan oleh BRIL, dengan DOI: 10.1163/22134379-12340055 (hlm.542-544).Â
Pada 2014, Joko Widodo dan M. Yusuf Kalla terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI dengan visi utama "Poros Maritim Dunia". Buku ini pun menemukan momentumnya. Saya diundang menjadi narasumber di Pusdiklat Sesparlu Kementerian Luar Negeri untuk 6 (enam) angkatan, masing-masing pada 7 September 2015, 7 Maret & 5 September 2016, 6 Maret & 30 Oktober 2017, dan 19 Maret 2018. Buku ini menjadi bacaan wajib mata kuliah Sejarah Maritim di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, termasuk di Prodi SPI UIN RIL mulai tahun 2021. Buku ini paling banyak dirujuk oleh penulis lain. Sejak terbit sampai akhir tahun ini telah disitasi 88 kali.Â
Buku kedua adalah tesis (S2) Antropologi peminatan Sejarah di Universitas Hasanuddin, Makassar di bawah bimbingan Dr. Edward L. Poelinggomang dan Dr. A. Rasyid Asba, yang diujikan pada tahun 2007. Tiga tahun kemudian, ia diterbitkan oleh Penerbit Rayhan Intermedia Makassar. Lalu, seiring kebutuhan pembaca, tahun berikutnya (2011) diterbitkan kembali oleh Ombak Yogyakarta. Buku yang terakhir inilah yang saya ajukan untuk mendapatkan HKI. Jumlah sitasinya, sejak 2016, adalah 21 kali.
Buku ketiga bermula dari bahan ajar yang saya sampaikan pada kuliah Strategi Pembelajaran Sejarah di Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam di UIN Alauddin Makassar. Pada kuliah itu, saya meminta mahasiswa ke sekolah-sekolah untuk mengamati dan wawancara soal pembelajaran sejarah dan bagaimana minat/motivasi siswa belajar sejarah. Hasilnya saya rangkum menjadi bab akhir buku ini dengan judul "Kesadaran Menghargai Pengalaman" (p.1980-188). Buku ini banyak digunakan oleh penulis lain. Sejak 2014 sampai akhir tahun ini tercatat 80 sitasi.
***
Sebelum mengakhiri rihlah ini, perlu dikemukakan bahwa catatan ini dibuat dengan tujuan agar apa yang telah dilakukan dan masih diingat lewat tulisan ini tak terlupakan, sebagaimana satu ungkapan paling terkenal dalam Ilmu Sejarah yakni "No document, no history". Catatan ini pun (selanjutnya) menjadi dokumen sejarah hidup saya.
 Â
Lampung, 31 Desember 2022 -- 1 Januari 2023 Â
Abd. Rahman HamidÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H