8. Webinar dan SeminarÂ
Kendati tahun ini masih dalam suasana Pandemi Covid 19, namun sebagian kegiatan telah dilakukan secara luring (langsung) dan sebagian lagi melalui daring. Saya diundang sebagai narasumber sebanyak 20 (dua puluh) kegiatan. Kali dirata-ratakan, maka setiap bulan ada satu kegiatan. Dalam prakteknya, kegiatan lebih banyak pada paruh kedua tahun ini (Juni -- Desember).
DELAPAN kegiatan luring tahun ini yaitu: (1) Seminar Nasional Jalur Rempah di Universitas Lampung pada 24 Maret, (2) Seminar Nasional "Perjuangan KH Ahmad Hanafiah Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Lampung" oleh UIN Raden Intan Lampung bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Lampung Timur pada 27 Juli, (3) Diskusi Buku "Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia" karya Wahyu Iryana di UIN Raden Intan Lampung pada 31 Agustus, (4) Seminar Nasional "Kejayaan Maritim Lampung" oleh Museum Negeri Ruwa Jurai Lampung pada 20 September, (5) Seminar dan Workshop "Sandeq dan Budaya Maritim" oleh Pemerintah Kabupaten Majene pada 26 september, (6) Workshop "Integrasi Muatan Lokal dalam Pembelajaran Sejarah" oleh MGPM Sejarah Kabupaten Lampung Tengah pada 11 Oktober, (7) International Conference "Pulau and Perahu: Encounters and Mobilities within Maritime Southeast Asia and Indigenous Australia" oleh BRIN dan Monash University di Kampus BRIN Gatotsubroto Jakarta pada 19-20 Oktober, dan (8) Kuliah Tamu "Sejarah Maritim Indonesia" di Prodi Pendidikan Sejarah, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten pada 24 November. Â Â
DUA BELAS kegiatan daring adalah: (1) "International Conference on Islamic History and Civilization" yang digelar oleh UIN Raden Mas Said Surakarta pada 8 Februari, (2) Diskusi Budaya ke-38 tentang "Jalur Rempah dan Islamisasi Nusantara" oleh Forum Diskusi Budaya BRIN pada 6 Juni. Diskusi ini diangkat dari tulisan saya di Jurnal Masyarakat dan Budaya (Vol. 23, No.3, hlm.269-282), berjudul "Islamisasi dan Jalur Rempah: Jaringan Samudera Pasai abad XIII-XVI", (3) Webinar Nasional "Sejarah dan Wawasan Kemaritiman" oleh Jurusan Pendidikan Sejarah dan IPS Universitas Negeri Makassar pada 7 Juni, (4) Budah Buku "Jaringan Maritim Mandar" oleh RDS dan Prodi Pendidikan Sejarah Unindra pada 13 Agustus, (5) Simposium Nasional "Integrasi Jalur Rempah dalam Pembelajaran Sejarah" oleh Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) pada 26 September, (6) Webinar Nasional "Urgensi Mata Pelajaran Sejara di Era Milenial dan Posisi Pendidikan Sejarah dalam RUU Sisdiknas" oleh Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Indonesia (IKAHIMSI) Wilayah VI pada 27 Oktober, (7) Diskusi Tata Pameran Temporer "Suku-suku Bahari Indonesia" oleh Museum Bahari Jakarta pada 4 November, (8) Webinar Nasional "Kepahlawanan Sultan Hasanuddin dan Arung Palakka dalam Sejarah Sulawesi Selatan" oleh HMJ Pendidikan Sejarah UNM pada 15 November, (9) Diskusi Terbuka "Teknologi Perahu Nusantara" oleh oleh Museum Bahari Jakarta pada 3 Desember, (10) Diskusi Buku "Perdagangan dan Islamisasi di Kerajaan Inderapura abad XVII-XVIII" karya Dr. Sudarman, M.Ag pada 5 Desember, (11) FGD "Eksistensi Diaspora Kolonisasi Mapili" oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat pada 5 Desember, dan (12) Diskusi Agama & Budaya Nusantara "Jalur Dagang Maritim dan Islamisasi Nusantara" oleh HMI Komisariat FKM Unhas pada 17 Desember.Â
9. Tiga HKI (Kementerian Hukum dan HAM)
Menjelang akhir tahun ini, tepatnya 24 Desember, saya membaca sebuah pesan singkat WAG Bimtek Paten dan HKI 2022, tentang nama-nama dosen yang berhasil memperoleh sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, yang diajukan oleh Rumah Jurnal UIN Raden Intan Lampung.
Pada 18 April, saya mengajukan tiga buku saya sekaligus yaitu: (1) Sejarah Maritim Indonesia (2013), (2) Orang Buton suku bangsa Bahari Indonesia (2011), dan (3) Pembelajaran Sejarah (2014). Semuanya diterbitkan oleh Ombak Yogyakarta.
Buku pertama bersumber dari bahan ajar Sejarah Maritim Indonesia, ketika saya mengajar di Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin di bawah bimbingan Dr. Edward L. Poelinggomang (alumnus Vrije Universiteit, Amsterdam). Atas saran beliau, begini "Rahman, anda tulis buku untuk mengajar ya, karena mata kuliah ini masih kurang referensinya", saya menulis buku ini. Naskahnya selesai pada 2012, lalu terbit pada tahun berikutnya. Pada tahun itu juga, buku ini direview oleh Made Andi Arsana di jurnal BKI yang diterbitkan oleh BRIL, dengan DOI: 10.1163/22134379-12340055 (hlm.542-544).Â
Pada 2014, Joko Widodo dan M. Yusuf Kalla terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI dengan visi utama "Poros Maritim Dunia". Buku ini pun menemukan momentumnya. Saya diundang menjadi narasumber di Pusdiklat Sesparlu Kementerian Luar Negeri untuk 6 (enam) angkatan, masing-masing pada 7 September 2015, 7 Maret & 5 September 2016, 6 Maret & 30 Oktober 2017, dan 19 Maret 2018. Buku ini menjadi bacaan wajib mata kuliah Sejarah Maritim di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, termasuk di Prodi SPI UIN RIL mulai tahun 2021. Buku ini paling banyak dirujuk oleh penulis lain. Sejak terbit sampai akhir tahun ini telah disitasi 88 kali.Â
Buku kedua adalah tesis (S2) Antropologi peminatan Sejarah di Universitas Hasanuddin, Makassar di bawah bimbingan Dr. Edward L. Poelinggomang dan Dr. A. Rasyid Asba, yang diujikan pada tahun 2007. Tiga tahun kemudian, ia diterbitkan oleh Penerbit Rayhan Intermedia Makassar. Lalu, seiring kebutuhan pembaca, tahun berikutnya (2011) diterbitkan kembali oleh Ombak Yogyakarta. Buku yang terakhir inilah yang saya ajukan untuk mendapatkan HKI. Jumlah sitasinya, sejak 2016, adalah 21 kali.