Pada 4 November, ketika transit dalam penerbangan menuju Kotabaru, Kalimantan Selatan untuk riset tentang Diaspora Mandar di sana, saya menyempatkan waktu untuk menyampaikan gagasan mengenai Pameran Suku-suku Bahari terutama dari sisi sejarah. Kegiatan ini dilakukan secara daring, yang diikuti oleh tim kerja pameran Museum Bahari. Pada sesi itu, saya memaparkan dunia kehidupan suku-suku bangsa bahari di Indonesia yaitu: Bajo/orang Laut, Makassar, Bugis, Mandar, Buton, dan Madura. Ternyata, paparsan saya mendapat respon dan tindak lanjut dari tim tersebut untuk memfokuskan pada suku-suku tersebut. Maka, dilanjutkan dengan sesi diskusi teknis yang tidak dapat saya ikuti karena masih di Pulau Kerasian, di mana signal kurang bagus untuk akses zoom meeting. Saya baru ikut rapat lagi saat di Jakarta dan Serang dalam rangkaian perjalanan riset kolaboratif kelompok kedua (Tim Banten).
Pada 26 November, saya diundang ke Museum Bahari untuk pengambilan gambar dan video pameran, sekaligus memberikan masukan pada tim kerja penyusun narasi pameran. Selanjutnya, pada 3 Desember, saya diundang sebagai narasumber untuk membicarakan tentang "Teknologi Perahu Nusantara" bersama pemerhati sejarah budaya Makassar, Syamsu Salewangang Daeng Gajang, yang dipandu oleh moderator: Ibu Keke Parawansah. Saya bergabung secara daring (zoom meting) dan lainnya di lokasi acara, Museum Bahari. Â Â Â
Pameran ini berlangsung dari awal Desember 2022 sampai Maret 2023, kata Ibu Misari (Pjs Kepala Museum Bahari Jakarta). Saya sangat senang dilibatkan dalam kegiatan ini, selain bisa mengaktualisasikan pengetahuan saya soal sejarah (sukubangsa) bahari, juga mendapat pengalaman memperkaya horizon pameran bahari yang dikerjakan oleh anak-anak muda yang kreatif. Pada konteks ini, coba dipertautkan antara konsep (saya) dan praktek (mereka) dalam suatu pameran. Tentunya hal itu tidak mudah, karena perlu menyesuaikan ritme konsep dan cara kerja. Tetapi, saya senang karena bisa membangi pengalaman itu kepada mahasiswa di kampus, ihwal betapa pentingnya pemahaman dan pameran sukubangsa bahari dalam memperkuat identitas negara maritim (archipelagic state) Indonesia.
7. Publikasi Ilmiah
Tulisan/artikel saya yang dipublikasikan pada tahun ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu: (1) artikel atau esai dan reportase di harian lokal/regional, (2) jurnal ilmiah, dan (3) kata pengantar buku.
Publikasi di harian Lampung Post (2 judul), harian Fajar (3 judul), dan Radar Sulbar (1 judul). Semuanya berjumlah 7 judul yaitu: Pelayaran Makassar setelah Perjanjian Bungaya (Fajar, 20 Februari), Kontribusi Ulama Melayu, Datuk ri Bandang (Fajar 13 April), Urgensi Sejarah Piagam Jakarta (Lampung Post, 22 Juni), Sumbangan Pelaut Mandar bagi Revolusi Indonesia (Radar Sulbar, 19 Agustus), Kaum Muda Yang Tercerahkan (Lampung Post, 27 Oktober), Manifesto Politik Kaum Muda (Fajar, 29 Oktober), dan Diaspora Mandar (6 bagian) (Radar Sulbar, 21-25, 28 November).
Tulisan yang terakhir diangkat dari penelitian saya di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan pada 3 -- 12 November. Pada mulanya, saya ingin mengirimkannya ke Media Indonesia, tetapi prosedur administrasinya berliku, dimana saya harus mendapat izin/persetujuan dari Ketua ATL Lampung. padahal, saya belum pernah menjadi anggota Asosiasi Tradisi Lisan. Lalu, saya menghubungi M. Ridwan Alimuddin, yang pernah memuat tulisannya secara bersambung di Radar Sulbar. Saya disarankan untuk menyampaikan rencana itu ke seorang redaksinya. Setelah saya hubungi dan memberi tahu topik-topik yang akan saya ajukan, ternyata setelah dirapatkan oleh redaksi, rencana saya diterima. Saya diminta menyiapkan semua tulisan (6 bagian) seminggu sebelum dimuat, karena tidak boleh tulisannya putus (discontinue).
Tulisan itu nanti, kata wartawannya, dimuat pada halaman pertama setiap hari, kecuali Sabtu dan Minggu. Maka, saya pun mulai menyicil tulisan setelah tiba di Lampung sampai riset di Banten bersama tim riset BRIN kelompok kedua. Alhamdulillah, bagian ke-6 selesai di Kabupaten Serang. Kemudian, mulai Senin 21 November dimuat sampai Jumat 25 November, lalu terakhir pada Senin 28 November. Â
Topik utama tulisan saya adalah 'Diaspora Mandar" yang diramu menjadi enam bagian sesuai dengan fokusnya masing-masing yaitu: Jalur Bahari dan Migrasi (bagian 1), Gelombang Besar Migrasi (bagian 2), Membangun kembali Jaringan Maritim (bagian 3), Usaha bersama di Jalur Kopra (bagian 4), Modernisasi Pelayaran (bagian 5), dan Merawat Budaya Bahari (bagian 6).
Dua artikel saya diterbitkan pada jurnal nasional terakreditasi yaitu Jurnal Al-Turas (Sinta 2, UIN Jakarta) dan Jurnal Pangadereng (Sinta 4, BPNB Sulawesi Selatan). Tulisan saya di jurnal pertama adalah "The Role of Makassar in Promoting the Archipelago Spice Route in the XVI--XVII Centuries" pada Vol. 28 No. 2 September 2022 (pp. 155-170). Kemudian, tulisan kedua berjudul "Praktek Moderasi di Jalur Rempah Nusantara: Makassar abad XVI-XVII", pada Vol.8 No.2 Desember 2022 (pp.339-356).
Atas kerja sama antara UIN Lampung dengan Pemda Lampung Timur, maka saya pun terlibat dalam tim penelitian dan penulisan buku "Biografi Perjuangan KH Ahmad Hanafiah dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Lampung" yang diterbitkan oleh Idea Press Yogyakarta (2022). Buku ini dipersiapkan sebagai bahan pengajuan calon pahlawan nasional dari Provinsi Lampung ke Kementerian Sosial RI. Kemudian, saya menulis Kata Pengantar untuk buku (dari disertasi S3 UIN Yogyakarta) karya Dr. Sudarman, MA, berjudul "Perniagaan dan Islamisasi di Kerajaan Inderapura abad XVII-XVIII M", yang diterbitkan oleh Ombak Yogyakarta (2022). Â Â