Mohon tunggu...
Abd Rahman Hamid
Abd Rahman Hamid Mohon Tunggu... Sejarawan - Penggiat Ilmu

Sejarawan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dispora Mandar (5) Modernisasi Pelayaran

2 Desember 2022   10:38 Diperbarui: 2 Desember 2022   10:56 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 1970-an, dunia bahari Mandar mencapai satu fase perubahan penting dan paling menentukan gerak pelaut Mandar di lautan, yaitu modernisasi pelayaran. Kalau semula perahu digerakan oleh tenaga angin dan layar, maka sejak saat itu perahu juga digerakan oleh tenaga mesin.

Gerak perahu tidak selalu dan selamanya ditentukan oleh tiupan dan arah angin.Tenaga mesin mampu menggerakan perahu kapan dan ke arah mana pun sesuai tujuan atau kebutuhan pengguna. Frekuensi pelayaran pun semakin banyak.

Tetapi, apakah modernisasi langsung direspon baik oleh semua pelaut Mandar? Bagaimana bentuk responnnya? Apa implikasinya terhadap kehidupan orang Mandar di Kalimantan Selatan?

Mulai awal tahun 1970-an, perahu-perahu layar di Indonesia menggunakan mesin sebagai tambahan tenaga penggerak perahu. Karena mesin sebagai tenaga tambahan dan angin masih merupakan tenaga utamanya, maka armadanya pun sering disebut Perahu Layar Motor (PLM). Daya muat perahu umumnya kurang dari 100 ton. 

"Waktu berangkat dari sini, perahu hanya pakai layar. Namun setelah kembali dari Jawa, perahu sudah ada mesinnya", kata para pelaut tua kepada penulis saat wawancara di pulau Kerasian, pulau Kerayaan, pulau Kerumputan, Tanjung Seloka, Tanjung Lalak, dan Tanjung Pelayar pada November 2022.

Mesin dipasang pada perahu lete dan baqgo yang sudah lama digunakan. Tidak banyak perubahan kontruksi perahu, kecuali penyesuaian tempat pemasangan mesin di buritan perahu.  

Pada mulanya sebagian pemilik perahu agak ragu memasang mesin di perahu, khawatir guncangan mesin membuat perahu rusak. Tetapi, setelah melihat perahu lain yang memakai mesin dapat berlayar dengan baik, bahkan frekuensinya lebih banyak dari sebelumnya, maka mereka pun ikut memasang mesin di perahunya.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Di tengah derap modernisasi pelayaran, kebutuhan armada yang besar semakin meningkat. Ini menyebabkan perahu Mandar yang berdaya muat kecil tersisih dalam pengangkutan kopra di pantai barat Sulawesi Tengah. Perahu-perahu itu mengalihkan rute dan aktivitasnya pada pengangkutan keril di pantai timur Kalimantan.

Kondisi itu direspon oleh pengusaha dan tukang perahu Mandar di Kalimantan Selatan. Mereka membangun perahu dengan muatan lebih dari 100 ton dengan model kapal, atau tidak sepenuhnya mengikuti model perahu lama (lete dan baqgo). Kedalanya kemudian ialah soal pengadaan mesin.

Pemilik perahu menjalin kerja sama (joint partner) dengan Cina untuk mengangkut kopra dan barang-barang dagangan lain. Kedua belah pihak (Mandar dan Cina) biasanya sudah saling kenal saat bergiat dalam pengangkutan kopra dengan perahu layar sebelum 1970-an.  

Pada dasarnya pengusaha kapal Mandar mampu membeli mesin untuk perahunya, tetapi mereka lebih memilih berkongsi dengan Cina. Pasalnya, selain mengurangi beban biaya produksi khususnya mesin, kerja sama ini juga mempertimbangkan kemudahan dan atau kepastian muatan bagi kapal kelak saat beroperasi, seperti masa perahu layar.

Uraian di atas menunjukan bahwa pengusaha Mandar begitu cermat dan cerdas membaca tantangan baru pelayaran dan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan usahanya. Dengan demikian, modernisasi membawa kemajuan bagi pelayaran Mandar.

Usaha tersebut tidak hanya melibatkan pelaut lokal, tetapi juga pelaut-pelaut dari Sulawesi sebagai ABK di kapal-kapal Mandar. Ini sekali lagi membuktikan bahwa pasca kekacauan di Mandar, aktivitas pelaut Mandar mampu bertahan dan bahkan mengalami kemajuan pesat di Kalimantan Selatan. 

Tulisan ini diolah dari hasil riset kolaboratif Dosen Sejarah UIN Lampung dengan Tim Peneliti BRIN tahun 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun