Pemilik perahu menjalin kerja sama (joint partner) dengan Cina untuk mengangkut kopra dan barang-barang dagangan lain. Kedua belah pihak (Mandar dan Cina) biasanya sudah saling kenal saat bergiat dalam pengangkutan kopra dengan perahu layar sebelum 1970-an. Â
Pada dasarnya pengusaha kapal Mandar mampu membeli mesin untuk perahunya, tetapi mereka lebih memilih berkongsi dengan Cina. Pasalnya, selain mengurangi beban biaya produksi khususnya mesin, kerja sama ini juga mempertimbangkan kemudahan dan atau kepastian muatan bagi kapal kelak saat beroperasi, seperti masa perahu layar.
Uraian di atas menunjukan bahwa pengusaha Mandar begitu cermat dan cerdas membaca tantangan baru pelayaran dan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan usahanya. Dengan demikian, modernisasi membawa kemajuan bagi pelayaran Mandar.
Usaha tersebut tidak hanya melibatkan pelaut lokal, tetapi juga pelaut-pelaut dari Sulawesi sebagai ABK di kapal-kapal Mandar. Ini sekali lagi membuktikan bahwa pasca kekacauan di Mandar, aktivitas pelaut Mandar mampu bertahan dan bahkan mengalami kemajuan pesat di Kalimantan Selatan.Â
Tulisan ini diolah dari hasil riset kolaboratif Dosen Sejarah UIN Lampung dengan Tim Peneliti BRIN tahun 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H