Pemain seni pertunjukkan kuda kepang selain terdiri dari sejumlah penunggang kuda, tidak jarang dilengkapi dengan beberapa orang pelawak yang mengenakan topeng kayu berwajah lucu dan dikenal dengan sebutan penthul. Selain itu ada juga yang dilengkapi dengan barongan, yaitu barongsai Jawa yang juga menggambarkan binatang naga yang sakti.
Ada dua jenis seni Kuda Kepang, yang murni hanya seni tari dan yang dilengkapi dengan pertunjukan magik. Jenis yang pertama murni perunjukan seni tari yang yang memperlihatkan keindahan gerakan dan formasi-formasi prajurit dalam peperangan.
Berbeda dengan jenis pertama, seni kuda kepang yang kedua dilengkapi dengan unsur magik. Tim pertunjukan dipimpin oleh seorang yang memiliki kemampuan membuat para pemain masuk ke kondisi trans yang dalam bahasa Jawa disebut "mendem". Dalam kondisi seperti itu, pemain sudah bukan dirinya lagi tetapi digerakkan oleh kekuatan di luar dirinya sehingga mampu makan beling, makan daun keladi dan perbuatan lain yang memperlihatkan "kekuatan" supranatural. Untuk menyadarkan kembali para pemain tersebut, sang pemimpin atau "pawang" dibantu oleh asistennya memeluk pemain sambil membaca mantera, kemudian meniup telinganya serta melecutkan cemetinya ke udara sehingga mengeluarkan suara yang keras. Pemain akan menjerit, meregang, kemudian terduduk lemas, dan kembali sadar diri.
Nah, meminjam istilah Tukul Arwana dalam New Family 100, pertinyiinnyi (maksudnya pertanyaannya);" Jika Mustang dari Ranch di Bogor diadu dengan Kuda Kepang dari Solo, mana yang menang dan mengapa? Apakah sinergisitas Kuda Mustang dan Penunggangnya berhasil mengungguli Kuda Kepang yang mengandalkan kaki penunggangnya sendiri tetapi dibantu oleh para guru yang kurangsakti sakti di belakangnya? Atau sebaliknya performa individu pemain kuda kepang dengan bantuan guru sakti yang justru mampu mengalahkan Joki yang kurang sinergis dengan Mustangnya, atau kudanya hanya kuda sado yang kumat sandinya, bisa juga hanya kuda beban yang lambat dan kurang makan?. Untuk memperoleh jawabannya, silahkan pembaca menganalisa sendiri. He he.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H