Bagi saya menjadi penyelenggara pemilu itu mudah mudah sulit. Menjadi penyelenggara pemilu sama saja kita mengabdikan diri kita pada negara. Dalam hal ini khususnya saya sekarang menjadi bagian dari anggota Panitia Pemilihan Kecamatan, bisa juga disebut KPU tingkat kecamatan. Tentunya banyak hal yang telah saya dapati dari sekian banyak pekerjaan menjadi penyelenggara pemilu. Mulai dari rasa susah, sedih, senang dan campur menjadi satu dalam tulisan ini, yang mungkin tidak sepenuhnya tertuang dalam tulisan ini.
Sejatinya, setiap pekerjaan merupakan tanggung jawab begitu juga amanah. Susah senang harus kita lalui. Harapannya tentu tanggung jawab itu mampu terselesaikan. Yang terpenting kita meluruskan niat, berdoa dan berikhtiar. Ya selebihnya mengutip quotes Ridwan Kamil "Pekerjaan yang paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar".
Banyak orang bilang bahwa tahun 2018-2019 merupakan tahun tahun politik. Dalam artian, pada tahun tersebut pesta demokrasi, pesta rakyat terbesar akan digelar dalam rangka menentukan nasib bangsa pada pemimpinnya. Nah, pada pesta itulah penyelenggara pemilu bertugas mensukseskan pemilu secara berintegritas. Lalu bagaimana rasanya menjadi penyelenggara pemilu tersebut? dan apa yang harus dipersiapkan jika kita ingin menjadi penyelenggara pemilu? Baik ditinjau dari sisi subjektif maupun objektif.
Pertama, rasa semangat itu muncul ketika saya dinyatakan LOLOS menjadi bagian penyelenggara pemilu. Karena, bukan satu hal yang mudah untuk bisa lolos menjadi penyelenggara pemilu. Persaingan yang ketat dari beberapa pesaing yang sama sama memiliki kompetensi di bidang penyelenggaraan pemilu. Boleh dibilang pertarungan gengsi, siapa yang lolos dialah yang hebat dalam rekrutmen penyelenggara pemilu ini. Syarat utama jika kita ingin menjadi penyelenggara pemilu yakni adalah luruskan niat untuk mendapatkan ridho Allah SWT, agar setiap yang kita lakukan bernilai ibadah. Yang tak kalah penting adalah minta doa restu dari orangtua, keluarga, sahabat, serta teman teman kita. Selanjutnya, perbanyak ikhtiar dengan belajar agar nilai kompetensi kita memuaskan.
Kedua, rasa bahagia. Kenapa harus bahagia? Bagi saya dengan kebahagiaan pekerjaan seberat apapun akan terasa lebih enteng. Padahal honorariumnya tak seberapa. Nikmati sajalah. Diawal tulisan ini sudah saya sampaikan bahwa ini pekerjaan pengabdian.
Menjadi bagian penyelenggara pemilu pun harus memiliki rasa jiwa kepemimpinan, kita harus mampu bertanggungjawab dalam hal apapun, mampu mengatur waktu sebaik mungkin. Karena, penyelenggara tak kenal waktu libur. Tak kenal hari minggu, tak kenal juga tanggal merah. Justru pekerjaan seperti ini akan banyak menguras waktu di hari hari libur. Bahagia itu ketika tanggung jawab mampu kita selesaikan dengan tuntas.Â
Semakin kita cepat menyelesaikan pekerjaan, semakin banyak juga kita mendapatkan waktu luang untuk beristirahat. Yang tak kalah penting juga, sebagai penyelenggara pemilu kita harus kompak bekerja sama satu tim dengan teman penyelenggara pemilu yang lain. Dalam penyelenggara pemilu kita mempunyai tugasnya masing-masing, bidangnya masing-masing. Mulai dari ketua, bidang sosialisasi dan SDM, bidang Teknis dan Hitung Suara, bidang logistik, dan bidang daftar pemilih. Hmm, nampaknya berat. Kamu gak akan kuat. Biar aku saja. (Versi Dilan)
Saya tidak akan menyampaikan semua pekerjaan terkait pemilu, saya akan berbagi cerita pekerjaan saya lewat tulisan ini, khususnya sebagai bidang daftar pemilih, karena saya diamanahkan untuk mengurus daftar pemilih di pemilu.
Ketiga, rasa lelah. Setiap pekerjaan pasti melelahkan, bahkan memusingkan. Apalagi mengurus daftar pemilih. Kita sebagai penyelenggara akan merasa lelah dan pusing jika ada satu orang saja yang tidak masuk di daftar pemilih. Mengurus daftar pemilih tidak seperti apa yang kita bayangkan, apalagi mencabut hak pemilih yang seharusnya mempunyai hak untuk memilih. Ditambah sebagai penyelenggara harus mampu meningkatkan partisipasi pemilih. Jika ditinjau tahun ini rasanya berbeda dengan pemilu pemilu sebelumnya, meningkatkan partisipasi pemilih banyak cobaannya, terkadang pemilih "cuek" dengan adanya pesta demokrasi, enggan untuk datang ke TPS menggunakan hak pilihnya.Â
Sebagai penyelenggara pemilu harus banyak-banyak bersabar untuk hal ini, berusaha selalu mengabarkan kepada masyarakat bahwa kita sedang ada pesta demokrasi yakni pemilu. Bayangkan jika pemilukada hanya satu pasangan calon? Ditambah dengan hari pencoblosan yang lebih kurang 2 minggu setelah hari raya idul fitri. Berat untuk meningkatkan partisipasi pemilih. Penyelenggara pemilu tidak boleh pesimis, sekali pesimis akan berantakan pula pekerjaan. Meminjam semangat slogan di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tetap "Yakin Usaha Sampai!".
Terakhir saya sampaikan lewat tulisan ini, setiap pekerjaan adalah pengalaman. Dan guru yang paling berharga adalah pengalaman. Seberat apapun pekerjaan itu tetap bersyukur dan ikhlas, di dalam itu juga tersimpan pembelajaran yang berharga, jika kelak kalian ingin menjadi penyelenggara pemilu. Jadilah penyelenggara pemilu yang berintegritas, karena dengan itu kita dapat mengabdi pada bangsa dan negara. Rasa sosial kita akan selalu ada. Semoga pesta demokrasi kita menjadi pesta demokrasi yang benar-benar diharapkan oleh masyarakat. Mari sama-sama sukseskan dan jadikan pemilu yang damai dan gembira. Tulisan ini ditulis hanya sekedar berbagi pengalaman, dan saling memotivasi bagi siapapun yang hendak menjadi penyelenggara pemilu atau siapapun yang sedang menikmati pekerjaan.