Mohon tunggu...
Abdkarim
Abdkarim Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peningkatan Keterampilan Petani Muda dalam Penerapan Zero Waste di Sistem Pertanian Terpadu di Desa Sumberejo Kabupaten Malang

15 November 2023   15:42 Diperbarui: 15 November 2023   15:50 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Sumberejo yang terletak di Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Desa ini memiliki enam dusun yang masing-masing dusun terdiri dari 21 RW dan 71 RT. Desa Sumberejo memiliki potensi pada demografis yaitu banyaknya pemuda yang berjumlah 3.671 orang dengan rentang umur 15-35 tahun. Mayoritas penduduk Desa Sumberejo hampir 50% berprofesi di bidang pertanian dan sisanya di luar bidang pertanian.

Limbah pertanian dan peternakan termasuk sumber daya petani yang belum termanfaatkan dengan baik, bahkan bila tidak dikelola dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan. Salah satu limbah pertanian ialah jerami, jerami merupakan tanaman padi yang telah diambil gabahnya sehingga tersisa hanya batang yang telah kering. Umumnya jerami banyak digunakan sebagai pakan ternak tetapi belum melalui proses teknologi pengolahan pakan yang ideal, sedangkan limbah ternak berupa feses digunakan sebagai pupuk tanpa melewati proses. Dengan demikian diperlukan konsep integrasi pertanian peternakan dalam rangka pelaksanaan zero waste.

Seperti yang kami lakukan pada saat kegiatan PPK ORMAWA (Program Peningkatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa) Universitas Muhammadiyah Malang 2022 yang dilaksanakan pada tanggal 07 September 2022. Sesuai dengan tema yaitu" Peningkatan Keterampilan Tani Muda Dalam Penerapan Zero Waste Di Sistem Pertanian Terpadu. Kami memilih lokasi di Desa Sumberejo Kabupaten Malang ini, dikarenakan Desa Sumberejo merupakan salah satu desa penghasil pertanian dan peternakan seperti, padi, jagung, nangka, alpukat, mangga, rambutan, pisang dan untuk penghasil peternakan yaitu sapi, ayam kampung, ayam boiler, kambing, burung puyuh, dan lain sebagainya.

Masalah yang ada di desa ini adalah banyaknya sisa hasil pertanian yang langsung dibuang tanpa diolah sehingga menjadi limbah. Selain itu, hampir semua petani memiliki pengetahuan yang rendah terhadap teknologi pertanian sehingga pertanian di desa ini masih belum menerapkan sistem pertanian konvesional. Sistem pertanian konvensional bersifat intensif yang menitikberatkan pada salah satu jenis tanaman tertentu dengan memanfaatkan inovasi teknologi dan penggunaan input luar yang tinggi untuk memperoleh output yang lebih tinggi dalam waktu yang relative singkat.

 

Untuk menyelasaikan masalah tersebut, kami merancang program sanggar tani muda dengan melaksanakan tiga pelatihan, yaitu, pelatihan pengolahan pakan ternak, pelatihan pengolahan limbah pertanian peternakan, perikanan menjadi pupuk kompos, dan pelatihan pengolahan produk. Awal kegiatan kami mulai dari  pembuatan silase atau pembuatan makan ternak, dan bahan yang digunakan untuk pakan ternak yaitu, rumput, legum dan limbah pertanian.  Proses pembuatan silase dengan akselerator. Hijauan segar dicacah menjadi kecil-kecil dengan panjang 3 sampai 5 c, lalu dilayukan selama 4 jam. Hijauan ditimbag sebanyak 17 kg ditambah dedak sebanyak 1 kg kemudian dicampur dengan molasses dan EM4 (akselator) masing-masing sebanyak 1% sampai merata. Semua bahan yang sudah bercampur kemudian dimasukkan ke dalam silo berupa kantung plastik berukuran tinggi 100 cm dengan diameter 70 cm dengan cara dipadatkan sampai tidak ada udara yang masuk agar tercipta kondisi anaerob atau kedap udara.

Sementara itu pengolahan limbah pertanian peternakan, dan perikanan menjadi pupuk kompos. Potongan sisa tanaman pertanian, dedak, serbuk gergaji, pupuk kandang (ayam/sapi/kambing/dan lain-lain) dapat langsung ditumpukkan dengan lebar 1,3 m panjang 2 m selebar 15 cm. Letakkam diatasnya pupuk kandang setebal 5-15 cm secara merata. Lalu taburkan serbuk gergaji kayu lalu ditutup dengan dedak secara tipis dan merata. Larutkan cairan pembiakan bakteri EM-4 (600ml) ke dalam air 10 liter, dan aduk. Setelah merata maka tuang pada lapisan diatas lapisan dedak tersebut. Ulangi lagi tahapan pemberian sisa tanaman, pupuk kandang, serbuk gergaji, dedak, dan cairan bakteri EM-4 hingga berlapis-lapis setinggi 1-1,5 meter.

Tutup tumpukan bahan kompos dengan terpal  rapat-rapat.

Pemanfaatan sisa hasil pertanian peternakan dan perikanan tersebut dapat diterapkan dengan mudah di rumah dan dapat dilakukan kapan saja. Dengan begitu sisa hasil pertanian dan peternakan akan menjadi lebih bermanfaat dan tidak mencemari lingkungam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun