Beberapa Purnama di Borneo Island
Oleh : penajuang23
Aku mengagumi beberapa kesempatan yang diperjumpakan denganku. November 2023 membawamu belajar sambil bekerja di tanah Borneo.
LAB membagi banyak cerita dan kehangatan persaudaraan didalamnya. Tak pernah kepikiran akan tiba dan menginjakkan kaki di sana.
Awalnya, hanya sekedar terbersit mengikuti periode training pekerjaan. Ini langkah awal untuk memantaskan diri menjadi lebih baik sesuai didikan dan binaan. Namun cerita yang ditawarkan membawa cerita yang lebih hangat dan lengkap.
Rahwan, Andre, Huzami ialah ketiga temanku yang ditempatkan dalam satu lingkup perseroan terbatas disana, salah satu anak perusahaan tempat kami bekerja. Rahwan dan Huzami ditempatkan di kebun yang berbeda, namun masih dalam satu nanungan bisnis. Sementara andre menjadi teman semata wayang di kebun namun dengan unit penempatan yang berbeda yaitu di bagian kantor (tata usaha). Beruntung dan berkesempatan traning di lapangan membawaku menjadi pribadi yang berinteraksi dengan banyak orang.
Training dihabiskan dalam ujung tahun 2023 ke awal tahun 2024 yang menghabiskan waktu sekitar 70 hari. Pada awalnya, cerita yang bakal tersaji masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Hari pertama kami menginjakkan kaki di sana, memandang dari puncak bukit "Udaranya sangat teduh, mengingatkanku pada kampung halamanku". Dari sana kami menjalani beberapa kegiatan yang ada di kebun. Subuh menjadi langganan untuk bangun pagi sekitar pukul 04.00 WIB sebelum akhirnya pergi bergegas ke kebun untuk mengikuti rentetan pekerjaan di sana. Hingga sang matahari berbalik ke sarangnya terkadang masih belum kelar juga mengingat proses evakusi buah yang banyak menemu kesulitan dan tantangan.
Ini akan menjadi kebiasaan yang mandarah daging untuk rentetan kegiatannya. Memilih jalan dan bidang ini sudah menjadi jawaban yang paling menjanjikan dari beberapa ragam ilmu yang tersaji.
Beberapa momen paling membekas dalam rentetan perjalanan di sana adalah diberi kesempatan untuk Acting sebagai Asisten Kebun selama 18 Hari dikarenakan asisten defenitif harus menjalani cuti Nataru + urusan keluarga. Awalnya sangat challenging dan penuh serba ketakutan bagaimana untuk menjadi leader di sana. Walaupun tanggung jawabnya tak sepenuhnya, namun bebannya cukup di rasa dan hingga per detik ini saya mengakui itu pelajaran yang sangat berharga.
Melaksanakan pekerjaan checking dan monitoring, beragam pekerjaan yang dikerjakan dalam hari kerja menjadi salah satu tugas utama. Â Berhubung semua pekerjaan yang dilakukan di divisi, menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh asisten. Hari ini ketika saya sudah menyelesaikannya, saya berbangga pada diri yang sudah mampu melakukannya dengan baik. Tunggu waktunya agar resmi menyandang kepercayaan tersebut. Dan sekarang saya masih mengupayakannya.
Kami mengenal keberagaman dalam tatanan kebersamaan. Bagaimana tidak penghuni kebunnya yang terdiri dari ragam etnis. Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua menjadi kekayaan besar di dalamnya yang sama-sama berfungsi menjalankan roda organisasi bisnis perkebunan. Mulai dari tenaga harian lepas hingga sampai pimpinan general manager plantation. Budaya kerja yang tiap hari diingatkan pimpinannya agar IKD (Integritas, Kualitas, dan Disiplin). Filosofi kerja yang sangat bagus. Kombinasi antara kejujuran (ulet), dengan kualitas kerja dan hasil yang baik, dan dibarengi dengan disiplin kerja yang taat aturan. Satu nilai yang diharapkan kita mampu menjadi leader bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain.
Di beberapa kesempatan setelah lelah dari pekerjaan, olahraga dan berkumpul bersama adalah menjadi pilihan dan kesempatan yang konstruktif. Â Selain hanya sekedar berkumpul, kita menemukan rumah yang nyaman untuk menghilangkan stress dari tekanan pekerjaan. Pada satu kesempatan kami dapat mengikuti olahraga badminton yang dilaksanakan pada malam hari sekitar pukul 19.30 WIB -- selesai. Kebersamaan bisa bermain bersama dengan staff dan pimpinan dalam bermain badminton. Suatu kenangan emas adalah bisa berpasangan dengan GM dalam mengolah dan memainkan shuttlecock. Bagaimana mampu melepaskan posisi jabatan dalam melangsungkan permainan. Bagaimana hari itu saya harus dipaksa kagum dengan kekuatan dan permainan yang tersaji. Usia tidak menjadi halangan untuk memberi penampilan yang terbaik.
Di beberapa penampilan yang tersaji, ragam catatan harus menjadi perbaikan agar semakin baik ke depannya. Di tengah permainan penghujung, hujan membasahi lapangan seakan menjadi kode untuk mengakhiri pertandingan. Bergegas balik ke rumah masing-masing dan menutup hari yang sangat berkesan. Betapa malam itu akan menjadi beberapa catatan perjalanan yang cukup berharga yang ditemukan di Borneo.
Menjajaki hari-hari selanjutnya di tanah Borneo, kesempatan untuk menikmati beberapa spot sunset terbaik di sana. Beberapa diantaranya adalah di depan kantor Divisi dengan membelakangi ratusan pohon kelapa sawit yang terbentang luas di lembah dan bukit tanah Lanang.
Tak juga kalah dengan keindahan jika dinikmati dari halaman Mess Umum yang menyajikan pesonan memanjakan mata yaitu sunset terbaik ditemani kicauan burung dan pohon kelapa sawit yang teduh bergoyang. Selanjutnya betapa rumah kediaman juga saksi keindahan matahari tenggelam di tanah Borneo.
Perjalanan takkan afdol jika tak mencicip kuliner Sandai, Kalimantan Barat. Betapa daerah ini sudah layak dikatakan kecamatan sekelas Kabupaten. Pesona caf tempat nongkrong dan santai cukup memanjakan penikmatnya dengan kuliner dan minuman yang tersaji di dalamnya. Segar menyejukkan tenggorokan dan puas menyejukkan kantong perut yang terisi. Ditemani teman-teman kerja kantor semakin menambah kehangatan yang tersaji di dalamnya. Penerimaan dan cerita yang tersaji adalah satu ingatan perjalanan yang sangat baik di Kalimantan Barat. Memesan makanan dan minuman masing-masing dan tak lupa merogoh kantong untuk maharnya.
Sisa-sisa hari terakhir masa training, kami hanya mengoptimalkan kemampuan terbaik kami, belajar memantapkan hasil serta membagi tawa dengan orang-orang yang ditemukan dalam perjalanan. Masa sebelum kami kembali ke bumi sriwijaya, kami melakukan malam perpisahan dengan semua keluarga dan staff di sana. Momen ini menarik kami untuk mengingat betapa banyak manfaat yang sudah kami rasakan di bumi borneo, mulai dari penerimaan dan sambut; pemberian fasilitas, kenyamanan tempat tinggal serta konsumi logistik keseharian hingga berakhirnya masa training ini. Ada bukde mess yang begitu sangat baik dan tulus memasakkan kami bekal dan makanan selama disana; menganggap kami sebagai anak dan adeknya, dan betapa kami tahu bahwa di hari perpisahan itu adalah hari yang paling dibenci karena mereka harus menangis sedih melepas kepergian kami. Keesokan harinya kami mantapkan hati dengan berdoa dan melanjutkan perjalanan via darat menuju Pontianak dan tiba sekitar pukul 16.00 WIB sejak keberangkatan dari Estate Bukit Subur sekitar pukul 08.30 WIB.
Sejenak kami beristirahat untuk nanti kedepan akan menjelajahi beberapa spot terbaik di kota Pontianak, garis khatulistiwa. Pergi ke Tepian sebuah lokasi pinggiran Sungai Kapuas dengan menikmati angin yang sepoi dan menutup hari menyambut malam. Kami ambil beberapa gambar sekedar kenangan pernah singgah ke sana. Setelah kurang lebih puluhan menit berjalan santai menikmati ditemani beberapa makanan ringan yang nyangkut di tangan. Setelah di rasa puas, memesan makanan dan minuman tuk duduk santai menikmati sepoinya angina ditemani rokok yang terjepit manis di tangan. Canda tawa dan haru terbungkus dalam cerita ringan itu hingga kami harus beralih ke tempat lain.
Bumi Raya Square menjadi tempat singgahan kami selanjutnya. Sekedar menikmati tempat yang tersaji, kami memilih duduk santai dengan fresh drink pesanan dan menghabiskan waktu kurang lebih sejam. Memandangi betapa suasana disini juga sangat memiliki nilai ekonomi dan tak kalah dibanding beberapa daerah lain di Indonesia. Jam yang terikat di tangan menunjukkan sudah pukul 22.00 WIB dan kami beranjak balik ke Mess Regional Office untuk beristirahat agar besok fit dalam perjalanan via udara dari Supadio Internasional Airport ke Sultan Mahmud Badaruddin II dengan transit di Soekarno Hatta International Airport. Â Jam 11.15 kami landing dari Supadio dan tiba di Soehatta Internatinal sekitar pukul 13.00 WIB. Dikarenakan landing dari Soehatta sekitar pukul 16.00 WIB maka kami memilih santai beristirahat dan menunggu di bandara tersebut. Hingga tiba waktunya kami landing menuju Palembang dengan perjalanan hanya ditempuh hanya sekitar 45 menit. Sesampainya di tanah Palembang kami harus memfokuskan kembali target untuk mampu tampil optimal dalam persiapan-persiapan ke depannya. Terimakasih tanah Borneo dan selamat bertugas kembali di tanah Sriwijaya.
Sultan Mahmud Badaruddin II, 13 Februari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H