Mohon tunggu...
Abdi Parasian Simamora
Abdi Parasian Simamora Mohon Tunggu... Lainnya - STAR XIX 2023

Write for eternality (Pram)

Selanjutnya

Tutup

Roman

Cinta Mengubah Segalanya

27 April 2023   12:48 Diperbarui: 27 April 2023   12:49 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Nauli melirik jam di tangannya, menunjukkan pukul 11.30 dan biasanya jam kepulangan anak-anak fakultas Muara. Dari kejauhan Nauli berhasil menemukan sosok Muara, dan bergegas dia menyambanginya. Muaraa...sahut Nauli sambil berlari. Muara diam sambil mengingat-ingat sosok wajah tersebut. Tak lama setelah memutar otak, ternyata dia masih ingat. Hmm ada apa nauli? Ingat nggak janji kemarin, ucapnya. Yang mana? sahut Muara. Yang nomor ponsel loh terabas Nauli. Segera Nauli mmberikan ponsel agar Muara mengetikkan nomornya. Tak lama, Mereka berpisah disana, dan nauli segera menuju parkiran untuk mengambil motornya sebelum menjajaki jalanan menuju indekostnya. Tak lupa nauli singgah di warung nasi langganan sebelum akhirnya lanjut kembali ke tujuannya. Sesampainya di indekost, segera dia mengambil ponsel dan mengabari Muara bahwa dia sudah sampai di rumah. Kring, bunyi balasan Muara, aku juga sudah di rumah kok, ucapnya. Dari sana pesan demi pesan mereka sahut menyahut dalam kolom chat mereka. Tiba pada suatu waktu, Nauli memberanikan diri menelpon Muara perihal mengutarakan rencananya.


Bunyi ponsel Muara berdering, segera dia melihat Nauli menelpon dan segera mengangkatnya.
Ada apa? tanya Muara.
Nauli segera mengutarakan rencananya mengajak Muara nongki bareng di salah satu caf terbaik di sana.
Boleh ya ikut denganku? minta Nauli.
Tak langsung dijawabnya takut dia memiliki kegiatan di hari itu.


Esok aku jawab ya, sahut Muara. Tak lama telepon mereka selesai, dan saling istirahat karena besok sabtu mereka akan melanjutkan kegiatan. Esoknya, karena merasa berhutang jawaban, Muara mengonfirmasi bahwa dia bersedia untuk ikut nongki bareng dengannya. Betapa Nauli sangat senang saat itu. Kujemput nanti di rumahmu ya, jam 19.00 WIB ya sahut Nauli. Antusias mereka berdua untuk sampai di pukul 07 malam akhirnya kesampaian juga. Betapa Nauli berhasil membawa Muara untuk melintas di jalan malam bertemankan cerita ringan.


Sesampainya di Caf mereka memarkir dan mencari lokasi duduk ternyaman di kafe itu. Mereka memilih tempat duduk di lantai dua luar sehingga dapat menyambangi pemandangan langit yang teduh. Lama berbicang, hingga sampai pada inti cerita Nauli memberanikannya. Muara, aku menyayangimu; maukah kau menjadi kekasihku? minta Nauli.


Muara terdiam (tak menyangka secepat itu Nauli manaruh rasa padanya). Jangan sekarang ya jawabnya. Seketika perasaan Nauli terkejut dengan jawabannya. Jam sudah larut, mereka kembali pulang dari sana. Menyambangi parkiran dan mereka melintasi jalanan yang sudah sepi hingga tiba di rumah Muara. See you dan makasih ya ucap Nauli sebelum akhirnya pulang ke indekost. Di perjalanan dia dihubungi teman teman satu Basecampnya, agar merapat ke lokasi.


Segera Nauli membelokkan ke arah tujuannya. Di sana mereka menikmati jamuan andalan beberapa minuman beralkohol ditemani lagu-lagu lawas 90-an. Mereka minum hingga larut sekitar 24.00 lewat, sebelum akhirnya balik ke indekost. Nauli melintas dengan sangat kencang melintasi jalanan dan masih terbayang dengan jawaban Muara.


Hingga hal yang tak diinginkan terjadi sepeda motor yang ia tumpangi menabrak mobil yang tiba-tiba muncul dari arah berlawanan. Nauli terpintal jauh dan suasana menjadi ramai. Segera dia dilarikan ke rumah sakit terdekat yang setelah diketahui dia adalah pak Sahata. Selanjutnya berita kecelakaan itu terdengar sampai ke telinga Muara keesokan harinya.


Dia merasa bersalah dengan Nauli karena kejadian itu, segera dia menyambangi ke rumah sakit tersebut. Dari pintu kamar tempat Nauli dirawat, Muara menitikkan air mata melihat kondisi Nauli yang cukup parah dengan kepala dibalut oleh perban dan beberapa luka di bagian tangan dan kaki.


Dia mendekati Nauli dan membisikkan kata "aku menyayangimu juga lekas sembuh ya, ucap Muara".
Hingga Nauli berhasil sadar dan terkejut ada Muara disana. Setelah beberapa lama di sana, Muara juga mengutarakan perasaannya kepada Nauli.
Aku juga menyayangimu, namun pintaku kau harus berubah dari kebiasaan minum-minum alkoholmu, curhat Muara.


Aku boleh saja menaruh hati untukmu namun jika dengan dirimu saja kamu tidak sayang bagaimana kamu bisa menjagaku, ucap Muara. Kata-kata itu sangat membekas di hati Nauli, dan dia memutuskan untuk berhenti dari kebiasaan buruknya untuk dapat memulai hubungan yang serius dengan Muara. Betapa dia juga menunjukkan perubahan yang baik baik pola hidup, kuliah dan pergaulan. Dia sering menghabiskan waktunya dengan Muara.

Asrama Kudus Polbangtan Medan, Januari 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun