Seindah melodi yang mengalun
setenang angin di bukit nan menyejuk
bagai semesta yg mengiringiku padanya
demi memberiku jalan pada sebuah cinta
Air mengalir sinyalir penuh dentuman
sebagai sang penopang kehidupan
tak peduli apapun yang menghadang
hingga mencapai titik tujuan
Misi dengan pendirian yang kokoh
tanpa tersentak satu intuisi yang menghadang
bak tembok yang terdiam degan semua kebisingan
dengan kabut hitam yg membungkam keegoisan
Tak peduli dengan apa yang terjadi
tak tergoyahkan rasa dalam sukma
bak kertas putih bersih tanpa coretan
seyogianya juang untuk cinta dilantunkan
Sembari berkata dengan lembutnya tutur kata
ku bertahan dengan waktu nan silih berganti
meski badai menerjang sanubari bertubi-tubi
karna inginku kau tetap bersamaku
Disini menemaniku tanpa henti
tak perlu selama-lamanya
namun cukup usai umurku
itu sudah lebih sempurna
menemani hingga akhir
Medan Perintis, 13 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H