Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

K-78, Bisakah Kau Memajukan Sepak Bola Indonesia?

21 Mei 2011   14:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:23 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kongres PSSI 20 Mei 2011 kemarin akhirnya gagal total. Padahal kemarin itu Hari Kebangkitan Nasional. Tapi sepakbola kita tak bangkit-bangkit. Ini semua gara-gara adu ngotot orang-orang yang dijuluki K-78 atau kelompok 78. Mereka tetap ngotot agar calon ketua mereka tetap diajukan sebagai calon ketua PSSI. Padahal mereka tahu, calon jagoan mereka itu sudah di-black list FIFA. Mereka juga tahu, kalau calon mereka itu tetap diajukan sebagai calon ketua PSSI, FIFA akan memberikan sanksi berat pada PSSI. Mereka juga tahu kalau PSSI kena sanksi FIFA, sepakbola Indonesia bakal tenggelam dalam kancah internasional. Mereka juga tahu dampak buruk yang akan dihadapi sepakbola kita di masa depan bila kena sanksi FIFA. Tadinya saya berharap Pak Arifin dan Pak George mau mengalah untuk tak maju sebagai calon ketua PSSI di kongres kemarin. Tadinya saya juga berharap kedua Bapak yang saya hormati itu mengikuti jejak Pak Nirwan yang saya anggap berjiwa besar. Saya sangat terharu dengan keputusan Pak Nirwan untuk tak maju sebagai calon ketua PSSI. Semua itu dilakukan beliau demi kemajuan sepakbola Indonesia. Tadinya saya berharap juga Pak Arifin dan Pak George legowo dan menolak pencalonan mereka yang diajukan dan dipaksakan oleh K-78 yang merasa diri mereka kuat dan di atas segala-galanya. Maklum saja, mereka itu adalah pemilik suara yang berhak memutuskan siapa yang akan duduk sebagai ketua PSSI. Mereka memang kuat, buktinya tak ada satu pun yang mampu membubarkan kelompok tersebut. Eh ternyata, semua harapan saya itu cuma berkutat dengan kata "Tadinya", tak ada satu pun harapan saya yang "Tadinya" itu terealisasi. Masing-masing mereka itu tetap ngotot atas pilihan dan pencalonan mereka. Maksudnya mereka itu apa. Saya suka bertanya sendiri dan berpikir, tujuan mereka itu ngotot-ngototan apa? Saya yakin, mereka pasti tahu dampak sanksi FIFA terhadap sepakbola Indonesia itu apa. Apa mereka bisa memajukan sepakbola Indonesia tanpa adanya FIFA. Kalau mereka yakin bisa, lakukanlah seperti yang mereka suka. Tapi saya yakin tak bakal bisa. Apa mereka mau buat PSSI itu menjadi "Persatuan Sepakbola Suka-suka eIke". "Norak ah kalian", jerit saya (meski cuma gumaman). Okelah Bapak-Bapak sekalian yang katanya pecinta sepakbola, okelah Bapak-Bapak sekalian yang katanya kalian ingin memajukan sepakbola Indonesia, okelah Bapak-Bapak sekalian yang katanya .... (silahkan lanjut sendiri). Saya juga bosan melihat kisruh PSSI tak selesai-selesai. Saya tak mau menyalahkan dan mencari biang keroknya, apakah Pak Nurdin, apakah K-78, apakah Pak Arifin, apakah Pak George. Semua penduduk Indonesia ini bisa menjawabnya sendiri. Sekarang saya mau bertanya, "Bisakah kau memajukan sepakbola Indonesia tanpa adanya FIFA? Wahai K-78, bisakah kau memajukan sepakbola Indonesia tanpa adanya FIFA? Semoga ini bukan pertanyaan bullshit dari saya. Dan saya berharap juga kalian bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan gugatan saya itu. Kalau tidak ... hmmmm (bukan ancaman lho Pak).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun