Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Untuk Perempuan-Perempuan Hebat

22 Desember 2010   06:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:30 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini hari ibu, selamat untuk semua perempuan-perempuan hebat ini. Saya menaruh hormat untuk kalian semua. Tanpa kalian, saya tak mungkin ada di dunia. Tanpa kalian, saya tak akan pernah mendapat dan merasakan cinta yang tulus. Tanpa kalian, saya juga tak tahu arti pengorbanan itu apa. Untuk kalian laki-laki, terkutuklah kalian semua andai menyia-nyiakan perempuan-perempuan hebat itu. Menjadi seorang ibu itu hebat dan menakjubkan. Andai saya dilahirkan sebagai seorang perempuan, belum tentu saya bisa seperti mereka. Jadi seorang ibu itu berat, mulai mengurus anak-anak, suami, hingga mengurusi rumah tak bisa dikata ringan. Saya pernah merasakan betapa beratnya jadi seorang ibu. Sekitar 15 tahun yang lalu, ibu saya terkapar di tempat tidur, sakit maag akutnya buat dia tak bisa apa-apa, makan saja sulit. Setiap orang yang menjenguknya pasti beranggapan umurnya tak bakal lama. Sedih memang, tapi syukurlah anggapan itu tak benar. Saat ibu sakit, banyak perannya yang saya ambil alih, mulai ngurus rumah, nyuci, masak, nyetrika, hingga menyediakan makanan khusus buat ibu. Semua harus dilakoni sebelum berangkat kuliah. Pasti Anda bertanya, "Saudara-saudara lain mana?". Saudara-saudara saya semuanya bekerja. Sebagai anak bontot cuma saya yang masih punya waktu. Untuk bayar pembantu atau perawat tak punya cukup biaya, lagipula untuk apa bayar orang kalau masih bisa diurus sendiri. Mengambil peran ibu memang berat, padahal itu baru sebagian tugas yang saya ambil alih. Saya tak bisa bayangkan andai tak punya ibu, pasti berat. Saya termasuk orang paling beruntung karena masih punya ibu. Rasa sayang dan cintanya masih bisa saya rasakan sampai sekarang. Masa-masa kecil ketika diasuh ibu masih bisa saya rasakan. Layanan ibu pada saya di saat sakit hingga bangun pagi sebelum berangkat sekolah masih saya rasakan hingga sekarang. Saat sakit, ibu setia menemani saya, memenuhi permintaan saya, membuatkan makanan kesukaan saya, hingga menampung muntah saya di telapak tangannya. Ketika bangun pagi, sarapan sudah tersedia di meja makan. Saya tinggal menyantapnya, kalau tak suka, saya tinggal bilang. Ibu selalu punya waktu buat saya dan saudara-saudara saya, padahal dia turut bantu bapak mencari nafkah. Di waktu malam, ibu selalu menemani saya belajar, mengajarkan matematika yang selalu buat saya pusing tujuh keliling. Masa kecil saya memang bahagia, perhatian ibu demikian tercurahkan. Saya pun tahu dan sadar, menjalankan peran ibu itu pasti susah. Dan tak semua perempuan bisa seperti itu. Apalagi bisa membagi waktu di zaman yang super sibuk ini. Tak heran kalau sekarang banyak ibu yang membagi peran ke pembantu-pembantu mereka. Itu tak bisa disalahkan, zaman sudah berubah, kebutuhan meningkat dan harga kebutuhan pokok makin mahal. Para ibu pun harus berpikir keras untuk  memenuhi nafkah keluarganya. Peran mereka pun jadi dobel. Pantaslah hari ini saya ucapkan "SELAMAT HARI IBU" untuk perempuan-perempuan hebat itu. Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun