[caption id="attachment_213463" align="alignright" width="300" caption="Sumber gambar: http://sasonoutomotmii.blogspot.com"][/caption] Sabtu malam kemarin, di akhir Juli, seorang rektor dari universitas swasta yang lumayan terkemuka di Jakarta mengadakan hajatan pernikahan putrinya. Hajatan itu dalam perkiraanku masuk kategori mewah, karena diselenggarakan di Sasono Utomo, Taman Mini Indonesia Indonesia. Harga sewa gedungnya dua tahun lalu sekitar Rp 28,5 jt, tapi kalau sekarang gak tahu, mungkin lebih mahal lagi. Hajatan yang dihadiri pula oleh Pak Menteri (aku tak kenal menteri yang mana) dan pejabat-pejabat pendidikan lainnya, termasuk kolega-kolega Pak Rektor yang cukup borjuis, banyak menyita perhatianku. Pak Rektor punya pergaulan luas, demikian pula putri dan menantunya. Para undangan lumayan berkelas, high class society, masyarakat kelas atas. Parkirnya pun dikategorikan, ada parkir VVIP, VIP, dan parkir undangan biasa. Pas bingung cari parkiran yang lumayan padat, aku bertanya pada seorang security parkirnya, "Pak, masih ada parkiran lagi gak?". Security parkir itu balik bertanya lagi, "Bapak VIP gak?". "Enggak", jawabku jujur. Sambil menunjuk ke arah parkiran sebelah belakang, yang ternyata cukup jauh, security parkir itu berkata, "Di sebelah belakang Pak". "Kalau tau jauh gini kenapa gak kubilang VIP aja tadi ya, kan lumayan dapat parkir di depan gedung", sungutku dalam hati. Itulah nasib warga kelas biasa, tak punya jabatan penting, pasti selalu dipersulit, dan kurang mendapat perhatian. Dan selalu dinomorduakan, kadang dinomortigakan juga kalau masih ada yang agak penting. Untungnya aku masih bisa bersyukur, paling enggak bisa menikmati hidangan yang cukup berlimpah dan enak-enak dari hajatannya Pak Rektor, terima kasih ya Pak, sudah ngundang, ntar undang lagi ya Pak, amiiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H