Mohon tunggu...
Abdillah Syafei
Abdillah Syafei Mohon Tunggu... Guru - Da'i, Guru dan Peneliti

Menulis untuk belajar. Jadi saya bukan seorang Ilmuan, hanya manusia yg kepingin mengungkapkan isi hati supaya diketahui oleh orang lain untuk kemudian diperbaiki jika ada kesalahan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pelajaran Singkat dan Padat di Tempat Parkir

6 Juli 2011   08:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:53 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_120964" align="aligncenter" width="640" caption="Gambar lapangan parkir RSU AW Sjahranie yg saya ambil tahun 2010 lalu. Keluar dari area parkir inilah pengalaman saya ini terjadi."][/caption] Inikah yang namanya pingsan? Atau saya Cuma ketiduran? Sungguh pertanyaan ini terus bergayut di kepala saya.

Ini adalah pengalaman pertama kali dalam hidup saya mengalami “hilang kesadaran” tiba-tiba. Saat akan keluar dari temat parkir Rumah Sakit Umum A. Wahab Sjahranie tadi siang tiba-tiba pandangan saya perlahan semakin gelap dan selanjutnya saya tak ingat apa-apa. Hanya beberapa saat sih,  kemudian saya tersadar dalam kondisi sudah jatuh bersama motor saya. Perlahan saya bangun kembali di bantu oleh beberapa orang. Saya terbengong-bengongpersis orang yang baru saja bangun tidur.

Saya menuntun sepeda motor ke tepi jalan, memarkirnya dan duduk sejenak mengumpulkan kesadaran lebih banyak lagi. Saya rasakan dunia kembali normal, kepala tidak pusing atau sakit, badan juga tidak deman dan masih dalam kondisi segar. Saya tidak sedang loyo atau lemas.

Saat menghipnotis saya sering membuat orang lain tiba-tiba ‘tertidur’ trance dalam hitugan detik dan beberapa waktu kemudian membangunkan mereka dalam kondisi segar bugar. Saya bandingkan dengan kejadian tadi, saya jadi bertanya-tanya apakah seperti itu kira-kira pula orang yang terhipnotis. Hilang kesadaran, rileks dan bangun dengan segar? Karena meski sering menghipotis saya belum pernah dihipotis dalam kondisi trance.

Namun pikiran soal hipnotis ini tak terlalu besar di kepala saya. Ada yang lebih besar dan lebih menyentuh ke dalam hati terdalam. Labih menjadi pelajaran yang teramat berharga bagi saya. Sesuatu itu adalah KEMATIAN.

Lantaran dua hari ini kerap membahas kematian da’i sejuta umat KH. Zainuddin MZ yang tiba-tiba, ditambah suasana rumah sakit tempat ayah saya dirawat yang nggak jauh-jauh dari hawa kematian, saya kemudian terpikir soal kematian. Bahkan jujur saja beberapa detik sebelum saya benar-benar kehilangan kesadaran tadi, saat dunia perlahan menjadi gelap saya sempat terpikir; apakah saya ini sedang menuju kematian tiba-tiba seperti yang dialami KH. Zainuddin MZ?

Tapi begitu saya membuka mata ternyata saya masih berada di jalan parkiran rumah sakit…. Ha..ha…ha … Alhamdulillah Istri saya belum saatnya menjadi janda dan anak-anak saya yang masih kecil-kecil belum waktunya menjadi yatim.

Namun dihubungkan dengan kematian, pengalaman pingsan (?) yang saya alami barusan saja (dan pertama kali ini) mendatangkan banyak hikmah bagi kesadaran saya sebagai manusia mahluk Allah Subhanahu wa ta’ala.

Saya jadi berpikir lagi tentang cara kematian.

Jia saya baca hadits-hadits Nabi tentang kematiandisebutkan bahwa kematian itu peristiwa yang sangat berat dan menyakitkan. Coba saja kita simak riwayat-riwayat berikut ini:

"Tiada Tuhan Yang berhak diibadahi selain Allah. Sesungguhnya kematian itu disertai oleh rasa pedih." [Riwayat Imam Bukhari]

"Wahai Ka'ab: Ceritakan kepada kita tentang kematian!. Ka'ab pun berkata: Wahai Amirul Mukminin! Gambaran sakitnya kematian adalah bagaikan sebatang dahan yang banyak berduri tajam, tersangkut di kerongkongan anda, sehingga setiap duri menancap di setiap syarafnya. Selanjutnya dahan itu sekonyong-konyong ditarik dengan sekuat tenaga oleh seorang yang gagah perkasa. Bayangkanlah, apa yang akan turut tercabut bersama dahan itu dan apa yang akan tersisa!" [Riwayat Abu Nu'aim Al Asfahani dalam kitabnya Hilyatul Auliya']

Syaddaad bin Al Aus berkata: "Kematian adalah pengalaman yang paling menakutkan bagi seorang mukmin, baik di dunia ataupun di akhirat. Kematian itu lebih menyakitkan dibanding anda digergaji, atau dipotong dengan gunting, atau direbus dalam periuk. Andai ada seseorang yang telah mati diizinkan untuk menceritakan tentang apa yang ia rasakan pada saat menghadapi kematian, niscaya mereka tidak akan pernah bisa menikmati kehidupan dan juga tidak akan pernah tidur nyenyak."

Dan masih banyak riwayat-riwayat lain tentang sakitnya kematian saat menjemput kita.

Maka, jika boleh memilih bagaimana rasanya mati, saya kepingin mati seperti saat saya 'pingsan' tadi. Pelan-pelan lenyap, nggak merasa apa-apa…. Daan saat bangun tiba-tiba sudah berada di Sorga dengan dikelilingi oleh para bidadari yang cantik jelita…. Cihuy…!!!

Saya jadi makin menyadari bahwa saya sudah bertambah tua, dan harus makin disiplin menjalani hidup.

Ya, sejalan dengan usia yang semakin tua kondisi fisik juga semakin melemah. Bahkan mungkin penyakit sudah mulai bercokol dalam diri kita. Saya jadi bertanya, kira-kira apa ada penyakit yang belum terdeteksi di tubuh saya/ (He.. he..., gimana mau terdeteksi kalo saya nggak pernah melakukan pemeriksaan).

Meski berharap tak memiliki penyakit berat, namun melihat rata-rata teman seusia saya sudah pada bermasalah dengan kesehatannya, saya mau tidak mau harus menyiapkan mental (dan dana tentunya)  jika nantinya dokter mengeluarkan vonis yang tak mengenakkan telinga.  Jantung, tekanan darah tinggi, gula darah, asam urat dan sederet penyakit lainnya seakan menebar teror di pikiran kita.

Tapi Alhamdulilah saya berusaha selalu bertawakal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, sehingga teror-teror itu tak terlalu mempengaruhi fikiran saya.Saya tetap enjoy dengan kehidupan hari ini dan (insya Allah) yang akan datang.

Tugas saya sekarang tak lebih dari berupaya menjalani kehidupan ini sebaik mungkin, mengikuti aturan hidup dengan ikhlas. Aturan makan, aturan tidur, aturan buang air, dan lain sebainya harus ditaati. Kesehatan harus dijaga, tubuh harus disayangi dan fikiran harus dipelihara.

Selebihnya, biarlah Yang memiliki hidup ini mengatur apa yang harus terjadi pada diri kita. Biarlah Dia yang menetapkan nikmat dan musibah yang menimpa pada kehidupan dan kematian kita. Saya hanya wajib meminta… meminta…meminta dan teruuuuuuus meminta kebaikan kepada-Nya. Meminta harta yang berkecukupan, meminta kesehatan, meminta ketenangan batin, meminta kehidupan yang damai dan meminta kesejahteraan dan keselamatan di dunia dan akhirat.

Wallahu a’lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun