Semalam, Bryan Stevenson melakukan semacam kuliah umum di Oberlin College. Waktu telah menunjukkan lewat lima menit dari waktu yang penyelenggara janjikan. Pembukaannya sederhana, hanya dibuka dengan menampilkan sebuah pengantar singkat dari seorang mantan pelajar yang pernah mengenyam pendidikan di tempat ini. Kalau dilihat dari penuhnya ruangan ini apalagi bukan hanya diikuti oleh kaum akademisi saja, kalau di negara aku sungguh pembukaannya pasti jadi rebutan banyak orang. Minimal orang-orang dari background partai politiklah.
Siapa Bryan Stevenson? Akupun baru dengar di kelas academic writing kurang lebih 5 jam sebelum acara. Kabarnya, tulisan sang pengacara ini terkait dengan Keadilan, Hukuman Mati, dan Pengampunan begitu menyentuh dan menginspirasi Amerika. Semalam, terbukti, isu-isu terkait itu membuat Finney Chapel bergemuruh, kontradiksi fikiran Stevenson terhadap kemanusiaan, kehidupan, dan perubahan telah membuat orang-orang terkesima. Malah beberapa pendengar tampak menangis. Stevenson sungguh membiuskan.
Tak banyak yang aku mengerti apa yang dia katakan, di samping skor TOEFL yang di bawah rata-rata, perhatian dan keingintahuan aku hanya satu semalam. Organ Raksasa yang terdapat disitu. Organ ini seperti simbol keindahan chapel yang terkadang dialihfungsikan sebagai ruang ceramah umum, pertunjukan, maupun event-event lainnya. Organ ini tampak gagah, dengan setelan kayu yang berhiaskan pipa perak dalam beberapa ukuran. Katanya, pipa-pipa perak ini tidak boleh tersentuh, kalo itu terjadi, maka timbre organ jadi berubah. Organ ini memang tampak indah. keindahannya itu membiuskan aku. Aku bertanya, apakah organ ini pernah membiuskan orang-orang yang datang di sini?.
Menurut aku, organ raksasa ini adalah sebuah media. Seperti hidup yang kita jalani, seperti dunia yang kita tempati, begitu fikirku. Aku membuat persamaan dengan apa yang Stevenson katakan malam tadi. Kalau Stevenson mengatakan media perubahan itu bisa jadi apa saja, baik itu datang dari seorang narapidana, di dapat dari orang yang di tuntut hukuman mati, ataupun berasal dari atmosfir kehidupan sekolah. Aku masih bingung, orang di ruang ini bisa mengerti tidak kalau yang dikatakan Stevenson ini perlu syarat. Bagi aku media yang dikatakan Si-Stevenson ini tetap membutuhkan persyaratan. Ya, seperti organ yang terdiam Indah dalam keindahannya itu, akan membuat perubahan jika itu dimainkan dengan baik dan benar. Mensyaratkan melodi dan irama yang berkesesuaian. Kalau saja organ yang dikenal telah menghasilkan musikalitas suara yang indah ini dimainkan oleh seseorang yang awam seperti aku camana? Suaranya pasti menakutkan dan mengerikan.
Â
Oleh karena itu, seperti organ raksasa yang suaranya spektakuler ini, sangatlah tergantung pada manusianya sebagai subjek media. Siapa subyek yang melihat, Siapa subyek yang mendengar?. Mungkin organ raksasa itu kalau dimainkan oleh Pink Floyd bisa berubah aneh jadi music Slain, atau bisa jadi Gospel Heavy metal kalau dimainkan oleh Axl Rose. Nah, aku dan kaliankan belum tentu sama-sama suka Pink Floyd atau Axl Rose?
Sebagai media unutuk aku, baik Stevenson dan organ raksasa ini menyiratkan sesuatu yang dilupakan sebagai kebutuhan di kehidupan biasa: PENGETAHUAN. Mengapa? Karena, pengetahuan diHARAPKAN dapat lebih memahami nilai-nilai orang secara DINAMIS berperan, bekerja, dan belajar secara bertanggung jawab. Sehingga akan didapatkan pengetahuan untuk mendidik dan mempromosikan keberlanjutan secara efektif di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H