Mohon tunggu...
Abdillah Imron Nasution
Abdillah Imron Nasution Mohon Tunggu... Dosen -

Berdomisili dan bekerja di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sekilas Demam Berdarah Dengue

26 Februari 2015   06:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:29 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak kerugian yang ditimbulkan akibat penyakit demam berdarah sangat besar. Ditinjau dari segi kesehatan, seseorang yang menderita penyakit demam berdarah mempunyai resiko kematian yang tinggi. Mengingat penyakit ini belum ada obat atau vaksin dalam menyembuhkannya, maka tindakan preventif (pencegahan) sangatlah dianjurkan. Biasanya penyakit ini didahului dengan demam mendadak yang disertai dengan gejala klinis seperti: anoreksia (kurang nafsu makan), lemah, nyeri pada punggung, tulang, sendi, dan kepala. Demam ini berlangsung sangat bervariasi, namun diketahui antara 2-7 hari dan demam akan menurun pada beberapa hari yang sering membuat kita berfikir bahwa telah sembuh atau terserang demam biasa. Namun. ancaman yang paling berbahaya dari penyakit ini adalah shock/ perdarahan yang ditimbulkan, dimana hal ini dapat menyebabkan kematian.

Penyakit yang serupa dengan demam berdarah yang disertai pendarahan, demam mendadak (akut) serta gejala ginjal adalah Virus Russian spring summer encephalitis (RSSE) yang dilaporkan terjadi di Sovyet Tengah, Eropa Timur, Negara-negara Skandinavia dan juga di India pada tahun 1957, penyakit ini pertama dilaporkan di daerah hutan Kyasanur, sehingga lebih dikenal sebagai Kyasanur Forest Disease (KFD). Jenis serangan virus demam lainnya adalah Virus Lassa yang diisolasi pertama kali pada tahun 1969 dan merupakan penyebab demam mendadak serta pendarahan yang dilaporkan di Nigeria Utara Wabah Lassa dilaporkan terjadi pada tahun 1970 di Nigeria dan Liberia  Virus Marburg dan Ebola merupakan penyebab penyakit dengan gejala pendarahan gastrointestinal mendadak dengan angka kematian yang tinggi. Pada tahun 1955 dan 1959 suatu penyakit demam berdarah terjadi dalam bentuk epidemi di Argentina dan Bolivia dengan manifestasi klinis berupa pendarahan. Gejala ini semula disangka tifus.

Upaya pencegahan dan pemberantasan yang tidak maksimal

Upaya tradisional telah dilakukan oleh masyarakat dalam pemberantasan atau pencegahan penyakit demam berdarah seperti memasang kelambu, mengasapi ruangan, mengoles ramuan-ramuan tradisional tertentu pada kulit serta sampai tingkat pembakaran tembakau sebagai pengganti obat anti nyamuk. Penyemprotan racun serangga, baik bahan tradisional atau insektisida dapat juga membasmi nyamuk, akan tetapi jika jentik-jentiknya dibiarkan hidup, maka jentik tersebut akan menetas menjadi nyamuk-nyamuk baru. Dengan demikian penyemprotan tidaklah dapat memberantas nyamuk Aedes aegypti secara tuntas, malah dapat memunculkan nyamuk yang lebih resisten/ tahan terhadap jenis insektisida tersebut.

Dalam beberapa tahun ke belakang, upaya penanganan DBD bersifat preventif melalui emergency response dan upaya-upaya kuratif. Namun, upaya ini tidak mendapatkan hasil yang baik dalam penanganan penyakit ini. Sebagai contoh, Kementrian Kesehatan Vietnam telah mengubah upaya-upaya tersebut menjadi suatu pendekatan yang lebih terintegrasi. Program ini menggunakan struktur yang menggabungkan pendekatan bottom-up pada lingkup komunitas dan top-down pada lingkup pemerintah untuk melakukan pelatihan, pemantauan dan dukungan lain untuk pengendalian vektor dengue. Komunitas ini dapat berupa perwakilan otoritas desa, sekolah dan anggota masyarakat yang memiliki elemen kunci yang diperlukan bagi pemberdayaan dan keterlibatan masyarakat yaitu informasi, pelatihan, dan memiliki peluang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan program, akuntabilitas, dan keuangan. Berhasil atau tidaknya kegiatan ini tergantung pada keikutsertaan masyarakat secara berkesinambungan.

Walau masih kurang implementasi, peran pemerintah melalui Dinas Kesehatan masih jauh dari harapan. Pengiriman  tenaga  medis atau  kader-kader  yang telah mendapat pelatihan demam berdarah ke daerah-daerah pedesaan untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada warga  pedesaan/ kelurahan setempat masih terasa kurang aktif. Inisasi dan pembentukan Kelompok kerja pemberantasan penyakit demam  berdarah Dengue  (POKJA-DBD) yang merupakan  suatu  forum koodinasi  kegiatan pencegahan dan  penanggulangan penyakit demam berdarah di tingkat kelurahan menjadi seperti penampakan tak jelas kemunculannya. Tanya Kenapa.

Peluang Pendekatan medis

Anna Durbin seorang peneliti dari Pusat Studi Johns Hopkins mengatakan bahwa mengontrol vektor nyamuk memang dapat dilakukan, tetapi pendekatan tersebut membutuhkan biaya yang sangat mahal dan sulit untuk berkelanjutan. Dalam jangka panjang, vaksinasi merupakan pendekatan yang lebih efisien dan hemat biaya. Di luar negeri, penelitian-penelitian untuk mendapatkan vaksin DBD telah lama digagas. Kabar baiknya adalah bahwa setelah lebih dari satu dekade, melalui penelitian intensif dan terintegrasi dari berbagai bidang ilmu, National Institutes of Health telah menemukan vaksin untuk mencegah infeksi oleh virus dengue yang ditularkan nyamuk dan telah mulai memasuki tahap uji klinis pada manusia. Penelitian ini  dipusatkan di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Baltimore. Vaksin baru ini dulunya direncanakan bernama tetravalen. Vaksin ini dirancang untuk melindungi empat serotipe virus dengue. Hal ini sangat penting berkaitan dengan cara sistem kekebalan kita merespon aktivitas virus ini. Singkatnya, untuk melindungi sepenuhnya dari empat bentuk virus demam berdarah, seseorang harus memiliki antibodi terhadap keempat serotipe virus tersebut. Lebih lanjut, peneliti-peneliti ini menyatakan bahwa finalisasi vaksin ini akan selesai empat tahun mendatang yang terhitung sejak tahun 2010.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun