9. Koordinasi
10. Kelenturan
Lompat tali (Skipping) merupakan olahraga yang digemari di berbagai daerah di Indonesia. Olahraga skipping cocok untuk berbagai usia mulai dari anak-anak sampai dewasa. Lompat tali adalah olahraga yang sederhana namun dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kebugaran jasmani. Lompat tali adalah aktivitas fisik berbiaya rendah dan dampaknya terhadap kebugaran fisik sangat signifikan jika dilakukan dengan benar.
Beberapa analisis kesalahan yang sering dilakukan saat melakukan lompat tali yaitu
1. Menggunakan tali yang tidak sesuai (terlalu pendek atau terlalu panjang).
2. Lengan terlalu jauh saat mengayun sehingga akan memperpendek tali dan meningkatkan risiko untuk tersandung.
3. Waktu lompatan dengan gerakan tangan
4. Postur tubuh harus tegak untuk mengurangi risiko cedera punggung dan memperbaiki postur tubuh.
5. Lompatan terlalu tinggi sehingga akurasi dan ritme lompatan akan hilang.
Lompat tali dengan benar secara spesifik dapat meningkatkan indikator komponen kebugaran jasmani. Olahraga ini dapat meningkatkan semua komponen tersebut. salah satunya adalah meningkatkan daya tahan dan kekuatan otot dapat diukur dengan nilai vertikal jump. Olahraga lompat tali merangsang otot-otot tubuh bagian bawah seperti betis, paha, pantat, dan otot gerak tubuh bagian atas seperti bahu, pergelangan tangan, dan bicep serta otot perut. Olahraga ini memaksa otot-otot tersebut untuk selalu berkontraksi dengan cepat dan dengan gerakan yang berulang-ulang, maka secara tidak langsung dapat meningkatkan kekuatan otot.
Olahraga lompat tali merupakan salah satu bentuk latihan pliometrik, dimana latihan tersebut menggunakan gerak lompatan yang berulang-ulang untuk menguatkan jaringan dan melatih sel-sel saraf yang merangsang kontraksi otot. Olahraga ini mengembangkan kemampuan otot untuk menghasilkan kekuatan yang meningkat. Kecepatan otot berkontraksi dipengaruhi oleh aktivitas ATPase (penguraian ATP). Otot cepat (otot putih) memiliki aktivitas ATPase miosin yang lebih cepat daripada otot lambat (otot merah). Serat otot berwarna merah memanfaatkan oksigen dalam menghasilkan ATP dan memiliki diameter yang kecil sehingga menjadi serat otot yang lebih lemah dibanding otot putih.