Mohon tunggu...
Abdil Ibnu Rahman
Abdil Ibnu Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Pembelajar

saya seorang yang suka belajar terlebih dalam hal teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Etika Bermedia Sosial saat Pilpres 2024

18 Februari 2024   21:49 Diperbarui: 18 Februari 2024   21:51 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena Pilpres 2024 dimedia sosial mengulang dari fenomena pilpress beberapa tahun yang lalu seperti ditahun 2019 dimana ada pertarungan besar anatara pendukung masing-masing calon, dimana masing-masing calon saling memperlihatkan keunggulan capres masing-masing dan juga menyerang kelemahan capres lawannya.
Perbedaanya ditahun ini ada 3 pasangan calon yang maju, dimana sebelumnya hanya 2 calon saja sehingga suarapun terpecah menjadi 3 kubu. Ini menjadi pertarungan 5 tahun sekali dimana terdapat saling serah antar kubu,

Menganalisa pertarungan yang terjadi dikalangan bawah atau masa pendukung masing-masing capres ada beberapa hal yang perlu kita cermati yaitu bagaimana para pendukung masing-masing calon mau mendukung. Ada berbagai macam alasan dari pera pendukungnya, ada yang karena gemoy, ada yang karena visi misinya dsn berbagai macam hal lainnya, tentu gimmick-gimmick yang dibuat oleh para calon presiden ataupun tim suksenya juga menjadi cara untuk membuat rakyat mau mendukung mereka, pada akhirnya ada masyarakat yang terpengaruh adajuga yang tetap rasional melihat visi misi dan rekam jejak pasangan calon presiden di tahun 2024 ini.


Peran Media sosial sanagt berpengaruh disini, dimana kita tau sosial media banyak digunakan dikalanagan anak muda, sebagaimana kita tau bahwah pilpres tahun ini akan didominasi oleh kalangan anak muda, maka dari itu peran sosial media dalam menarik minat suara sangat penting disini terlebih saat ini banyak orang yang menghabiskan waktunya disosial media sehingga akan mudah menarik orang-orang seperti ini jika berkampanye lewat sosial media. Influncer di Sosial media jug memiliki pengaruh, mereka mampu menggerakan followersnya untuk ikut dalam pilihan mereka. Beredar isu bahwa ada Timses yang rela mengucurkan dana yang cuku besar kepada influencer ini agar dapat meminta mereka untuk medapatkan suara lebih banyak lewat soasial media.

Tantangan etika dalam sosial media menjadi suatu hall yang perlu kita cermati, dimana disosial media kita dapat menemukan orang-orang yang menggunakan bahasa-bahasa yang tidak sopan, ada yang mengatakan dikarenakan orang disosial media bisa menjadi anonim seingga mereka bisa dengan bebas mengutarakan ekspresinya walaupun bertenangan dengan etika dan moral. Hal ini diperparah dengan adanya "Buzzer" bayaran yang juga bersikap tidak beretika dalam bersosial media membuat semakin parahnya situasi di media sosial dalam kancah pemiluhan presiden 2024 ini, kita seharusnya mengharapkan pemilu yang damai yang mengedepankan etika dan moral dalam berkampanye, jangan sampai dalam pesta demokrasi 5 tahun sekali ini menjadi ajang caci maki diantara para pendukung dan capresnya, seharusnya kita saling mengupayakan untuk berkampanye bersih tanpa ada "Black Campaign", cukup dengan menutarakan visi misi dan memberi kritik kepada lawan tanpa menjatuhkan apalagi menyingung hal yang bersifat pribadi yang mana seharusnya tidak menjadi tolak ukur mampu tidaknya seorang menjadi presiden di Republik Indonesia. Marilah kita sudahi permusuhan dalam pemilu yang menjadi kontes 5 tahun sekali ini, jangan sampai yang tadinya kawan menjadi lwan hanya karena berbeda pilihan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun