Mohon tunggu...
Abdi Khalik
Abdi Khalik Mohon Tunggu... Auditor - --Pengamat--

Meninggalkan jejak melalui tulisan. Cek tulisan lainnya -Http://artikelbermanfaat100.blogspot.co.id-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan"Ngeyel" Kalau Masih Ragu

25 Juni 2019   12:00 Diperbarui: 7 Agustus 2019   05:01 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

mungkin kita perlu memberikan pilihan kepada orang itu jika mau menerima pernyataan kita atau tidak. Lalu diiringi dengan rasa kerendahan hati dan memohon maaf jika ternyata salah karena pengetahuan yang terbatas. Jika salah, jangan lupa mengakui kesalahan itu.

"Mba saya ingat loh pin atm ini, saya tidak pernah menggantinya, kok masih terblokir juga padahal rekeningnya sudah tidak dorman lagi" Keluhan saya pada mba CS Bank disiang hari itu

"yakin tidak salah pin?" Jawab Mba CS

"yakin mba" yakin saya kepada diri sendiri setelah 2 kali mencoba kembali ke Mba CS nya.

"OK jika kamu yakin, sekarang kamu masukkan pin kamu di mesin debit ini"

Saya mencoba memasukkan pin yang saya yakini tidak pernah diganti, toh atm dari bank lain juga punya pin yang sama. Jujur saya malas untuk buat pin yang berbeda-beda tiap atm, selain itu saya takut lupa juga.

Setelah memasukkan pin, ternyata pin yang saya masukkan itu salah. Kok bisa? Saya pikir ini bermasalah terkait rekening yang sudah dorman. Ternyata kemarin atm terblokir karena memang saya salah memasukkan pin. Baiklah dengan ekspresi terkejut saya berusaha untuk tenang dan mengakui bahwa pernyataan saya itu salah, iya "oo walah ternyata saya salah", bahkan saya lupa kapan saya menggantinya.

"Coba masnya masukkan pin yang mungkin pernah dibuat sebelumnya"

Saya berhenti menatap mba CS sambil mulai berpikir. Selain pin itu saya juga pernah buat pin lain tapi bukan untuk atm malah untuk keperluan lain. Yap selama ini ada beberapa pin saya yang saya hafal betul, tapi pin atm untuk atm ini benar-benar yang paling sering melintas di kepala. Lanjut, saya memasukkan alternatif pin kedua dan hasilnya memang benar.

Saya bisa menebak ekspresi mbanya yang mungkin sudah menahan sabar dengan tingkah laku saya itu disamping waktu jam istirahatnya memang sedikit lagi dimulai. Mungkin dalam hati mbanya bilang "mas kalau sudah tahu ragu-ragu tidak usah ngeyel".

Dari situ saya mulai kepikiran sampai di rumah, bisa-bisanya ya sampai saya lupa pernah mengganti pin yang mungkin mustahil saya lakukan. Namun, hal yang penting lainnya yaitu saya merasa sedikit kesal dengan diri sendiri karena argumen keras yang terlintas dipikiran saya waktu itu membuat saya lupa diri bahwa hakikatnya manusia itu ya manusia yang tidak sempurna, memangnya kamu menjamin bahwa semua hal yang terjadi dimasa lalu masih berada dalam benak dan genggamanmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun