Saya pun diajak ke Rumah Dinasnya sambil menunggu mobil lanjutan ke tempat tujuan datang menjemput. Sekitar 3 jam di rumah Keluarga datanglah mobil jemputan kami dan melanjutkan perjalanan kurang lebih 2 jam melewati tikungan tajam, naik turun pengunungan.
Sepanjang perjalanan seakan bernostalgia di masa SD di mana melihat Kerbau yang berbaring pada kubangan lumpur di area persawahan. Hal yang unik persawahan di sini adalah terdapat kolam di tengah sawah yang tidak ditumbuhi padi.
Lubang yang mirip kolam itu ternyata adalah kubangan Kerbau yang sengaja dibuat oleh pemilik Kerbau untuk mengembalakan ternaknya.
Yah, Kerbau di sini merupakan ternak yang istimewa karena menjadi syarat Ritual Adat-Istiadat yang dilakukan secara turun-temurun dengan memberikan persembahan kepada Keluarga yang telah meninggal yang biasa disebut Upacara Rambu Solo.
Yang paling menarik di antara Kerbau di sini adalah Kerbau Belang (Tedong Saleko) yang harganya fantastis mulai dari harga Ratusan Juta hingga 1 Milyar.
16 tahun telah berlalu, kini kembali ke daerah ini bukan lagi untuk liburan atau Study Tour, melainkan menunaikan pengabdian kepada negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H