Bismillah .... Pagi Hari (24 Desember 2012) bangun tidur langsung prepare untuk pergi camping ke Bumper Coban Rondo, Pujon Malang Jawa Timur. Kami Berangkat dengan 9 orang (para Crew Warnet D'jeru). dengan persiapan yang apa adanya dan berkal yang lumayan nipis kami berangkat sekitar jam 09.00 wib dan sampai di bumper coban rondo sekitar jam 12.30 karena bersamaan dengan hari natal dan tahun baru, di tambah lagi dengan liburan semester satu bagi anak2 sekolah jadi jalannya muacet poooollll.... sebenarnya kami ngak ada tujuan untuk berangkat camping kesana, awalnya saya sama kak hasan booking tempat itu buat adek adek pramuka, eh ternyata ngak dapat izin dari kepala sekolah,,, jadi dari pada kavlingnya kosong n mubadzir ya mending kami isi saja. sampai disana kita mendirikan tenda n sebagian memasak coz perut sah teriak teriak ....... hhehehe.. habis tu langsung lahap makannya.
setelah tenda berdiri n perut sudah terisi kami istirahat sejenak untuk mengumpulkan tenaga buat jalan menuju air terjun coban rondo. sekitar jam 15.00 kami berangkat ke air terjun coban rondo dengan jarak sekitar 1,5 km dari bumper. kami jalan dengan canda tawa melepas semua beban, merefresh pikiran hehehe... sedikit saya cerita tentang coban rondo .. Coban Rondo memiliki ketinggian sekitar 84 m dan berada di ketinggian 1.135 meter dari permukaan laut. Airnya berasal dari sumber di Cemoro Dudo, lereng Gunung Kawi dengan debit 150 liter per detik pada musim hujan dan 90 liter per detik di musim kemarau. Curah hujan rata-rata 1.721 mm/th, dengan bulan basah pada bulan Nopember sampai bulan Maret dan bulan kering pada bulan April sampai dengan Oktober dengan suhu rata-rata +/- 22°C. Air terjun ini berada dalam wilayah KPH Perum Perhutani Malang Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Pujon dan Resort Polisi Hutan Pujon Selatan Petak 89G.
Maaf ya kameranya kena percikan air, jadi kurang asik.. Legendanya alias ceritane heheheee.....
Air Terjun Coban Rondo menyimpan legenda unik, bermula dari sepasang pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan. Mempelai wanita bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi, sedangkan mempelai pria bernama Raden Baron Kusumo dari Gunung Anjasmoro. Setelah usia pernikahan mereka menginjak usia 36 hari atau disebut dengan Selapan (bahasa jawa). Dewi Anjarwati mengajak suaminya berkunjung ke Gunung Anjasmoro, yang merupakan asal dari suami. Namun orang tua Anjarwati melarang kedua mempelai pergi karena usia pernikahan mereka baru berusia 36 hari atau disebut selapan. Namun kedua mempelai tersebut bersikeras pergi dengan resiko apapun yang terjadi di perjalanan.
Ketika di tengah perjalanan keduanya dikejutkan dengan hadirnya Joko Lelono, yang tidak jelas asal-usulnya. Nampaknya Joko Lelono terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati, dan berusaha merebutnya. Akibatnya perkelahian antara Joko Lelono dengan Raden Baron Kusumo tidak terhindarkan. Kepada para pembantunya atau disebut juga puno kawan yang menyertai kedua mempelai tersebut, Raden Baron Kusumo berpesan agar Dewi Anjarwati disembunyikan di suatu tempat yang terdapat di Coban atau air terjun. Perkelahian antara Raden Baron Kusumo dengan Joko Lelono berlangsung seru dan mereka berdua gugur. Akibatnya Dewi Anjarwati menjadi seorang janda yang dalam bahasa jawa disebut Rondo. Sejak saat itulah Coban atau air terjun tempat bersembunyi Dewi Anjarwati dikenal dengan Coban Rondo. Konon di bawah air terjun terdapat gua tempat tinggal tempat persembunyian Dewi Anjarwati dan batu besar di bawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri yang merenungi nasibnya.
sekitar 15 menit kami sampai di air terjun coban rondo, dengan cuaca agak gerimis, tapi tak menyurutkan semangatku dengan temen2. waktu sudah sore kamipun kembali tenda dengan pakaian agar basah ,,,, sampai di pekemahan kami segera bersih2 diri n persiapa sholat ashar n magrib .... habis magrib persediaan rokok dah mw habis, mw beli di toko toko dekat bumper mahalnya ngak tetulungan. akhirnya sekitar jam 19.00 aku putuskan untuk beli ke perkampungan, dalam perjalanan saya dikejutkan dengan kabut tebal yang langsung turun, jalan pun ngak kelihatan lampu sepedaku nembus kurang dari 5 meter, aku pun berjalan dengan perlahan2, sesampai diperkampungan kabut hilang. anehnya waktu aku kembali ke bumper tidak ada kabut sama sekali, kata temenku "sampeyan di sopo pak de, berarti diterimo" (ah kok jadi nyambungin ke hal2 yang mistis) waktu malam kita habis bercanda ria dengan teman2 di depan api ugggun n masak malam ngak karu2an. (penting Happy)
Menjelang pagi langsung masak persiapa berangkat jalan2 menuju coban tengah dan coban manten, jam 06.30 kita sudah sarapan n nunggu teman (anak asli pujon) yang mw mengantar kecoban manten. setelah lama menunggu akhirnya datang juga. kami berangkat ke coban manten sekitar jam 08.30, tapi sangat di sayangkan setelah perjalanan sekitar 2 km dengan medan yang lumayan xtrim, perjalanan terhenti karena jalan yang akan kami lewati longsor. setelah kita rapatkan dengan teman2 akhirnya kita putuskan untuk kembali karena cuacanya yang sudah mendung, n medannya yang ngak memungkinkan kita lewati. teman saya yang dari pujon berkata " ginilah mas klo kita jalan dimusim hujan, klo pyn tetep ngengkel ya ayo tak anter tapi aku tidak mw ikut nanggung resikonya, saran saya mending kalau sudah musim panas saja kita naik n camping diatas" akhirnya kita manut ajja sama yang sudah berpengalaman .....
Cerita dari teman2 ..... Coban Manten atau dikenal juga sebagai Coban Kembar berada di ketinggian 1300 m dpl yang bisa ditempuh melalui bumi perkemahan, Dinamakan Coban Manten karena ada dua air terjun yang berdiri sejajar layaknya pasangan pengantin di pelaminan. Tinggi airnya mencapai 85 meter, namun obyek ini biasanya hanya dikunjungi
para pendaki gunung karena jalannya yang sulit, menanjak dan melewati semak belukar.
Air terjun ini merupakan rangkaian air terjun (yang paling atas) dari Coban Tengah dan Coban Rondo, air terjun ini merupakan air terjun tertinggi dari ke 2 air terjun tersebut. Dalam perjalanan menuju tempat ini, memerlukan waktu sekitar 2 jam. Air terjun ini sangat direkomendasikan kepada pecinta alam maupun para penikmat alam.
Itulah sedikit Pengalaman yang saya alami ... semoga dapat menambah wawasan bagi kita semua, n do'akan dilain waktu saya bisa menuju coban manten dan coban tengah.. biar bisa berbagi cerita lagi ... Thanks ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya