Kemenangan Setyo Novanto dan kekalahan Ade Komarudin (Akom) jika proses pemilihan Ketum Golkar berlangsung mudah diduga oleh banyak orang, apalagi di kalangan internal Golkar sendiri.
Kalaupun umpamanya pemilihan Ketum Golkar jadi diteruskan, kemungkinan besar akan timbul masalah baru dalam bentuk tuduhan kecurangan, dsb yang pada akhirnya munas hanya akan menjadi kelanjutan cekcok politik di internal Golkar.
Adanya money politik yang tidak dibantah di kalangan pentolan Golkar sendiri, manufer Aburizal Bakrie, campur tangan presiden, dan Menko-Polhukam sudah dapat diduga jika kemenangan“Papa minta saham” sudah menjadi satu kepastian.
Buat apa ikut pemilihan jika sudah pasti kalah dan kekalahannya itu bukan karena fair play ? Oleh karena itu keputusan Akom untuk mundur dari pencalonan Ketum Golkar sudah tepat dan lebih terhormat. Dan yang penting adalah dia tidak perlu menjadi caketum Golkar yang sudah sejak awal dipermasalahkan oleh pihak istana sebagai caketum yang akan merangkap jabatan jika terpilih.
Yang juga penting adalah Akom akan tetap menjadi Ketua DPR yang kedudukannnya setara dengan presiden dan bisa mengkritisi kebijakan presiden yang tampaknya sudah sejak awal sdah khawatir kalau dukungan Golkar kepada pemerintah tidak sepenuhnyal.
Kompas.com, 17-5-2016 memberitakan peristiwa ini sebagai peristiwa mengejutkan, padahal bagi pengamat politik amatiran pun peristiwa ini tidak mengejutkan.
Dari sumber berita yang sama, Akom mengatakan sbb: "Pertama, saya ucapkan terima kasih kepada DPP Golkar atas kreasi demokrasi yang luar biasa. Ini tradisi demokrasi yang harus dilanjutkan," kata Akom saat menyampaikan pernyataan di hadapan peserta Munaslub.
Lebih lanjut Akom menyampaikan pernyatan yang cukup penting untuk disimak sbb: "Saya kira saya lebih muda dari Novanto, saya lebih baik mundur. Masih ada kesempatan saya di masa yang akan datang. Saya dan rekan saya akan beri supporter kepada Novanto." ujar Ade.
Tentu saja dengan mundurnya Akom, Setyo Novanto ditetapkan sebagai ketua umum periode 2014-2019. Pimpinan sidang Nurdin Halid menutup peristiwa tsb dengan mengatakan: "Kami tetapkan Setyo Novanto sebagai Ketua Umum Golkar 2014-2019."
Pada akhirnya dengan ditetapkannya Setyo Novanto sebagai Ketum Golkar, maka karakter politik Golkar tidak berubah. Ada karakter politik Ketum lama di dalam partai tsb. Seperti dikatakan sebuah lagu pop di tahun 80 an, ada kalimat yang mengatakan: “KU MASIH SEPERTI DAHULU.”
Sumber: kompas.com (17-5-2016)
Gambar: kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H