Mohon tunggu...
Abdi Dharma
Abdi Dharma Mohon Tunggu... -

Menulis di Kompasiana untuk menyalurkan hobi & berbagi info..(http://infoterpenting.blogspot.com/). Hobi lainnya adalah berenang, yoga, membaca, bersepeda, bermain (& mengajar) gitar, keyboard, biola. meditasi, dan aktifitas kreatif lainnya. Aktifitas internet saya bisa dilihat di sini http://www.youtube.com/watch?v=tBAVn3pkRkE\r\nhttp://www.youtube.com/user/meditasiplus#p/u\r\nhttp://www.youtube.com/user/thursanhakim\r\nhttp://www.youtube.com/user/lesmusiktercepat\r\n

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Anak Jenderal Arogan, Pak Jenderal Minta Maaf dengan Elegan

8 April 2016   09:16 Diperbarui: 8 April 2016   09:30 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedudukan tinggi seorang pejabat sering kali membuat keluarganya merasa powerful dan merasa punya hak untuk diistimewakan. Mudah dipahami kalau orang-orang tsb sering disebut sombong atau istilah kampungnya arrogant.

Di kalangan para siswa, sering kali anak seorang pejabat tinggi merasa lebih hebat dibandingkan dengan teman-temannya. Jika dia berkelahi dengan temannya dia akan mengatakan: “Kalo lu macem-macem, ntar gue bilangin babe gue.”

Kesalahan seperti ini sedikit banyaknya disebabkan oleh salah asuhan. Tepatnya orang tua yang memiliki jabatan tinggi itu kurang memberi pemahaman kalau jabatan tinggi itu hanyalah sebuah amanah untuk mengabdi kepada masyarakat. Jabatan tinggi tidak membuat seseorang menjadi lebih hebat dan bisa mendapat perlakuan yang lebih istimewa dari masyarakat lainnya.

[caption caption="Sumber foto: posmetro.com"][/caption]Dulu di sekitar tahun 1970 an ada seorang siswa SMA di Jl.Batu Jakarta yang ayahnya menjabat sebagai menteri penerangan.  Anak sang menteri yang kabarnya berasal dari kalangan TNI ini, ketika sekolah membawa pistol.  Apa yang terjadi kemudian ketika ia terlibat perkelahian dengan seseorang? Sang anak menembak mati lawannya dan kabarnya anak tsb tidak pernah diproses secara hukum.

Sampai sekarang penyakit powerful dari seorang anak karena merasa ada anggota keluarganya menduduki jabatan tinggi masih terjadi.  Salah satu contohnya adalah peristiwa yang baru–baru ini terjadi di Medan, pada hari Rabu,6-4-2016. Seorang siswi SMA bernama Sonya mengaku anak jenderal ketika ditertibkan polantas Medan karena melakukan konvoy seusai menjalani UN SMA.

Mengaku sebagai anak jenderal tentunya dimaksudkan agar dia diperlakukan istimewa atau tidak disamakan dengan masyarakat lainnya.  Siswi tsb tidak menyadari bahwa pada zaman sekarang ini tuntutan untuk diistimewakan justru akan mempermalukan orang tuanya sebagai pejabat tinggi yang kurang bisa mendidik anak.

Setelah diselidiki ternyata siswi tsb memang berasal dari keluarga yang salah satu anggota keluarganya adalah seorang jenderal polisi. Adalah Irjen Arman Depari, Deputi penindakan BNN yang mengakui bahwa Sonya adalah anak dari saudaranya. Arman mengaku hanya memiliki anak laki-laki dan tidak punya anak perempuan.

Arman mengomentari sikap Sonya tsb sebagai tindakan yang sok mau jadi pahlawan di antara teman-temannya. Arman mengakui tindakan Sonya yang merupakan salah satu keluarga besarnya itu sebagai tindakan yang tidak terpuji.

Selain itu Arman juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada polantas yang saat itu bertugas. Arman menilai para polantas tsb sudah bertugas secara professional dan sangat mengayomi.

Terakhir, dengan jiwa besar Arman, sang Jenderal Polisi ini menyampaikan permohonan maaf kepada Polri dan seluruh masyarakat.

Satu hal yang cukup penting untuk dijadikan pelajaran dari peristiwa tsb adalah, tindakan Sonya yang merasa powerful, sama sekali tidak layak untuk dicontoh.  Sebaliknya permintaan maaf yang tulus dari seorang pejabat tinggi seperti Arman, sangat layak untuk diteladani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun