Ivan Petrovich Pavlov (1949-1936) adalah ahli pembelajaran behavioristik yang sangat berpengaruh hingga saat ini. Awalnya Pavlov hanyalah seorang fisiolog yang merangkap sebagai dokter di negara Rusia. Dia dilahirkan pada 14 September 1849, di daerah Ryazan, Rusia tengah, yakni di desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang Pendeta.Â
Pada masa kecil, Pavlov banyak mendapat didikan dalam ruang lingkup dan ajaran Gereja. Tentu keluarganya berharap kelak Pavlov bisa menjadi Pendeta untuk menggantikan ayahnya.Â
Pavlov kemudian disekolahkan pada Seminari Teologi yang ada pada saat itu. Namun suatu waktu Pavlov terinspirasi oleh ilmuan Charles Darwin dengan teori-teorinya, yang membuat Pavlov menyadari bahwa ia lebih banyak peduli terhadap pencarian ilmiah, daripada menjadi pelayan jemaat di Gereja. Sehingga akhirnya ia pun meninggalkan Seminari Teologi dan masuk di Universitas St. Petersburg. Di sana ia belajar bidang studi kimia dan fisiologi, dan menerima gelar doktor pada tahun 1879.
Bertitik dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan, maka Pavlov pun mengadakan eksperimennya dengan menggunakan seekor anjing.Â
Asumsi dasar yang dikembangkan oleh Pavlov ketika mengadakan eksperimen dengan seekor anjing adalah dengan menganggap binatang atau hewan memiliki kesamaan dengan manusia. Meskipun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia tetap berbeda dengan binatang (Hergenhann B. R., & Olson H Matthew, 2008:180-196); (Pavlov, 1927; 1928; 1941; 1955).
Untuk jelasnya, tahap-tahap eksperimen Pavlov dapat disimak pada gambar berikut:
Tahap Kedua, jika dibunyikan sebuah bel, maka anjing tidak merespon atau mengeluarkan air liur
Tahap ketiga, lebih lanjut lagi dalam eksperimen nya, anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu (berkali-kali), sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.Â
Tahap keempat, yaitu setelah perlakuan dari gambar ketiga tadi dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) dengan tanpa diberikan makanan, secara otomatis anjing tersebut akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Keempat tahapan ekperimen Pavlov di atas, bertujuan membentuk perilaku anjing, agar ketika bunyi bel diberikan, maka anjing tersebut akan merespon dengan mengeluarkan air liur, walaupun tanpa diberikan makanan.Â
Pada awalnya, anjing memang tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel. Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan, maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan "extinction" atau penghapusan.Â
Pavlov mengemukakan tentang 4 (empat) peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan, yaitu sebagai berikut:Â
Stimulus tidak terkondisi (UCS), adalah suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan.
Stimulus terkondisi (CS), adalah suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: bunyi bel adalah stimulus netral yang dipasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
Respons tidak terkondisi (UCR), yaitu refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
Respos terkondisi (CR), adalah suatu refleks yang dipelajari dan muncul akibat penggabungan CS dan UCS. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.
Pemahaman Teori Behavioristik PavlovÂ
Percobaan yang dilakukan Pavlov terkait dengan "tingkah laku" adalah rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya suatu proses kondisioning (conditioning proces), di mana refleks-refleks yang tadinya (sebelum) dihubungkan dengan rangsangan-rangsangan yang tak berkondisi, lama-kelamaan (dengan sendirinya) dapat terhubungkan dengan rangsangan yang berkondisi.Â
Dengan kata lain, bahwa, gerakan-gerakan refleks dapat dipelajari dan dapat berubah karena mendapat pengaruh dan latihan. Dengan demikian, dapat dibedakan dua macam refleks di sini, yaitu:
- Refleks wajar (unconditioned refleks), yaitu peristiwa keluarnya air liur dari anjing ketika melihat makanan yang lezat.
- Refleks bersyarat atau refleks dipelajari (conditioned refleks), yaitu peristiwa keluarnya air liur dari anjing, karena menerima atau bereaksi terhadap suara bunyi tertentu.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hal penting terkait teori belajar "behavioristik", yaitu:
- Kontrol pengetahuan berada di luar diri anjing, yaitu pada sang pemilik anjing---artinya, dalam pembelajaran, kontrol pengetahuan ada pada diri guru sebagai satu-satunya subjek pengetahuan (pemberi pengetahuan), dan bukan pada siswa.
- Anjing hanya sebagai objek uji coba dari pemilik anjing---dalam artian bahwa dalam pembelajaran, siswa hanya sebagai objek semata (tempat uji coba dari guru).
- Perolehan pengetahuan terkontrol dan tidak terletak pada anjing, tapi dipindahkan dari pemilik anjing---dalam artian bahwa, pada pembelajaran, guru bertindak sebagai pentransfer pengetahuan pada diri siswa (sistem bank). Artinya, apapun bentuk kelebihan yang dimiliki oleh siswa, setelah ia mengikuti pembelajaran, maka ia akan tetap menjadi sama persis dengan gurunya.
- Agar anjing dapat mengikuti apa yang diinginkan (keinginan) pemilik anjing, maka diberlakukanlah hukum pembiasaaan atau dibiasakan dengan disiplin---dalam artian bahwa agar pembelajaran berlangsung 'sesuai dengan keinginan' sang guru, maka guru harus memberlakukan pembiasaan (disiplin) dan aturan berdasarkan hierarki (keteraturan) kepada siswanya.
- Keinginan/kemauan si pemilik anjing dapat dikatakan berhasil, ketika diakhir eksperimennya, terlihat fenomena bahwa anjing menunjukkan perilaku yang berbeda (merespon)---dalam artian bahwa keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada hasil (stimulus yang diberikan, mampu menghasilkan respon pasif dari si belajar).
SEMOGA BERMANFAAT, WASSALAM .. HORMAT DI BRI
Sumber Buku:Â
Busthan Abdy (2017). Vygotsky versus Pavlov: Perbandingan Teori Belajar Behavioristik & Teori Belajar Konstruktivistik. Kupang: Desna Life Ministry
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H