Mohon tunggu...
Abdy Busthan
Abdy Busthan Mohon Tunggu... Administrasi - Aktivis Pendidikan

Penulis, Peneliti dan Dosen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berpikir Kritis: Reflektif dan Kreatif

27 Juni 2017   19:01 Diperbarui: 27 Juni 2017   19:15 11212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, timbul pertanyaan mendasar, apakah Pink harus menerima salah satu diantara mereka? Hitam atau Putih? Ataukah Pink harus menerima kedua-duanya? Pastinya ini suatu keadaan sulit! Dalam keadaan seperti ini, dibutuhkanlah pemikiran kritis-reflektif secara mendalam. Pink harus berpikir resisten dan mendalam. Sehingga melalui pemikiran yang tepat maka ia tidak merugikan semua pihak.

Pertanyaannya, jika Anda menjadi Pink, bagaimana Anda berpikir secara kritis-reflektif? Jawabannya adalah:

  1. Fokus berpikir dalam diri sendiri: Pink berpikir sendiri dalam dirinya, dengan fokus pada persoalanyang dihadapi
  2. Essensial (aktif dan resisten): Pink tidak berhenti untuk terus memikirkannya secara terus-menerus
  3. Menghindari masukan negatif: Pink menghindari masukan-masukan dari orang lain yang mungkin saja bisa pasif
  4. Meyakini hal yang masuk akal: Pink menimbang secara bijak, mungkin tentang sifat dan karakter positif dari kedua sahabatnya, atau keputusan apa yang tidak mengecewakan semuanya
  5. Mengajukan pertanyaan positif: Pink bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan positif, jika dia menerima Putih apa dampaknya? Begitupun sebaliknya
  6. Tidak terburu-buru memutuskan: dalam hal ini Pink lebih berpikir tenang dan tidak terburu-buru, sertamempertimbangkan berbagai faktor-faktor yang tidak merugikan dirinya dan orang lain
  7. Memutuskan dengan terampil: Pink mengambil keputusan yang tepat, melalui proses berpikir kritis-reflektif

Berpikir Kritis-Kreatif

Berpikir kritis adalah juga berpikir dengan kreatif. Dalam arti bahwa, berpikir kritis memerlukan kaidah-kaidah kreatif,sehingga mampu menciptakan kreatifitas dalam bernalar.

Jurgen Habermas (dalam McCharthy, 1982) menyatakan bahwa, ide tentang nalar kritis, meliputi beberapa hal berikut:

  • Kehendak untuk rasional: yaitu bertindak berdasarkan kehendak atau kecenderungan tertentu melalui nalar sehat---masuk akal
  • Kehendak untuk meraih mundigkeit: menuju konsep moral sebagai pengalaman moralitas, di mana dalam hal ini nalar membatasi dirinya pada kepentingan untuk mencapai keotonoman tanggung jawab (keseimbangan empiris-pengalaman dengan hal dari dalam diri)
  • Otonomi dan tanggungjawab dalam kehidupan: yaitu sistem "pemeliharaan diri" ketika menghadapi problem kehidupan. Hal ini disebutkan juga sebagai "refleksi-diri", di mana didalamnya, pengetahuan demi pengetahuan akan menemukan kesejajaran dengan kepentingan untuk otonomi dan tanggung jawab---dalam kekuasaan refleksi diri, pengetahuan dan kepentingan adalah satu.

Albert Einstein, ilmuan jenius berdarah Yahudi, menyatakan bahwa, berpikir adalah berimajinatif. Berpikir dalam berimajinatif itu seperti menulis dengan tangan keliru. Dalam pengertiannya, bahwa berpikir kreatif menuntut seseorang menghadirkan ide-ide berbeda dari yang biasanya, bahkan sekalipun harus bertolak-belakang dari yang biasanya, yaitu yang menggelikan oleh akal sehat (Thorpe Scott, 2002:25-27).

Beberapa prinsip berpikir kritis-kreatif yang ditawarkan Einstein adalah sebagai berikut:

  • Menemukan masalah tepat: yaitu masalah-masalah yang memungkinkan menemukan solusi imajinatif yang berbeda dari pemikiran semula. Sebab tak akan ada satu pun solusi seandainya seseorang "keliru" menemukan masalahnya.
  • Memecahkan pola: yaitu mempertimbangkan apapun, terutama ide-ide menggelikan (imajinatif)
  • Melanggar aturan: yaitu cara yang disengaja, dan terfokus untuk menemukan solusi. Jika selama ini, seseorang tidak menemukan solusi diantara sekian alternatif yang dapat diterima, maka ia harus memeriksa alternatif-alternatif yang mustahil, yaitu dengan melanggar aturan tertentu. Cara ini dibuktikan Einstein dalam menemukan teori relativitasnya yaitu dengan melanggar aturan.
  • Tumbuhkan Solusi: yaitu dengan cara menunda penilaian, dan mencari pertolongan, membuat kekeliruan-kekeliruan untuk menumbuhkan suatu ide hebat. Sebab solusi-solusi hebat jarang tampak hebat jika hanya sebatas dibayangkan saja. Tetapi haruslah diimplementasikan.

Einstein memang menggunakan prinsip-prinsip di atas untuk mengubah dunia. Di mana dia menggunakan masalah yang sedikitnya lebih memungkinkan, bermain-main dengan ide-ide liar, melanggar aturan spesifik, lalu kembangkan ide-idenya menjadi solusi yang unggul.

M. Neil Browne dan Stuart M Keleey (2007), menyatakan bahwa istilah berpikir kritis adalah kemampuan untuk membuat serangkaian pertanyaan kritis yang saling berkaitan, serta kemampuan dan kemauan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut pada saat yang tepat. Hal ini dapatlah dilakukan dengan dua pendekatan metode, yaitu:

  1. Metode spons, yaitu berpikir dengan menyerap informasi seperti spons yang merespon air dengan menyerapnya. Menekankan penyerapan pengetahuan.
  2. Metode mendulang Emas, yaitu dengan cara mendulang informasi seperti mendulang emas. Setelah informasi diserap pada langkah awal, maka informasi yang diserap tersebut harus dinilai dan dipertimbangkan dengan baik. Menekankan interaksi yang aktif dengan pengetahuan, seiring dicerapnya pengetahuan tersebut.

Berdasarkan pengertian dan prinsip-prinsip berpikir kritis dari beberapa ahli di atas, maka berpikir kritis-kreatif adalah berpikir dengan menggunakan kehendak rasional secara seimbang, yaitu dengan mengkombinasikan ide-ide lama ke dalam kombinasi baru dengan berimajinatif dan menyerap pengetahuan melalui interaksi aktif, sebagai upaya menemukan solusi tepat dan produktif, untuk menumbuhkan pertahanan diri. 

Dalam berpikir kritis-kreatif ini, Busthan Abdy (2016:132) menyarankan untuk dilakukan dengan prinsip-prinsip seperti berikut:

  •  Bertindak dengan nalar sehat---masuk akal
  •  Meraih pengalaman moralitas dalam nalar (keseimbangan empiris-pengalaman dengan hal dari dalam diri).
  •  Pemeliharaan diri (refleksi-diri)---dalam kekuasaan refleksi diri, pengetahuan dan kepentingan adalah satu.
  •  Menyusun kombinasi-kombinasi dari hal lama dengan hal baru dengan memilih apa yang penting
  •  Menemukan masalah tepat 
  •  Memecahkan pola dengan mempertimbangkan ide-ide imajinatif
  •  Melanggar aturan tertentu dengan cara disengaja untuk menemukan solusi baru yang kreatif dan imajinatif
  •  Tumbuhkan terus setiap solusi yang ada
  •  Penyerapan pengetahuan dengan interaksi aktif yang dilakukan bersamaan dengan menyerap pengetahuan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun