Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Seniman - Belajar menulis

Mencoba belajar dengan hati-hati, seorang yang berkecimpung di beberapa seni, Tari (kuda lumping), tetaer, sastra.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Refleksi Akhir Tahun dari Seorang Pebisnis

20 Desember 2020   05:22 Diperbarui: 20 Desember 2020   05:52 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Variasi keunikan martabak D'Gaplek Ciamis (dokumen pribadi)

70% saya mengalami penurunan omset selama hampir 1 tahun ini, Pak. Bahkan tidak hanya saya saja, ada beberapa pebisnis UMKM lain di luar Desa yang juga mengeluh.

Kutipan di atas adalah jawaban singkat saya. Ketika pertanyaan keluh kesah warga selama pandemi, yang dilontarkan oleh Dinas  Kesehatan Kabupaten Kediri. Yang sedang berkunjung ke beberapa desa untuk memantau jalannya Peresmian kampung tangguh.

Selama tahun 2020, siapa yang tak mengeluh terhadap wabah ini. Sedangkan kita harus hidup dengan keterbatasan. Bahkan, saya sempat mendengar sendiri dari Anies Baswedan, bahwa menggunakan masker itu tidak nyaman. (Acara live streaming)

Mendengar curhatan beliau di sosial media, dalam hati saya langsung tersentak muncul pertanyaan. Seorang Gubernur saja merasakan tidak nyaman hidup di era pandemi ini. Lalu bagaimana yang menjadi rakyat, dan bekerja sebagai pengusaha UMKM?

Tidak usah menilik terlalu jauh. Saya mengawali karir sebagai pengusaha UMKM sejak tahun 2016.  Selama 3 tahun berjalan, saya selalu mengakhiri tahun dengan hati bungah, bahagia, bahkan karyawan saya selalu di ajak rekreasi.

Tahun ini? Bukan karenanya semakin lama memang usaha berkembang lantas menjadi pelit. Jangankan memikirkan rekreasi, memikirkan menurunnya omset tahun ini saja harus keluar masuk rumah sakit.

"Walah mas, mbok ya jangan terlalu dipikir, kita ini sudah bersyukur masih bisa bekerja" (tutur salah satu karyawan saya saat menjenguk saya di rumah sakit, beberapa waktu lalu)

Dokpri Azis (potret di balik layar mamik katering)
Dokpri Azis (potret di balik layar mamik katering)
Memang, tahun pandemi ini membuat saya tertantang. Dimana saya harus bisa tetap memperkerjakan tetangga melalui usaha saya. Mengingat, banyak karyawan lain di luar sana yang terkena korban PHK, sehingga bisa dikata dengan keluarga tangguh.

Seperti yang sudah pernah saya tulis di artikel saya yang berjudul Seni Melayani Pelanggan. Sebagai usahawan, kita harus bisa inisiatif memikirkan kreatif, dan inovatif.

Pun juga saat ini yang saya alami. Ketika usaha katering saya sedang surut-surutnya, perihal peraturan pemerintah tidak boleh mengadakan acara yang menghadirkan undangan lebih dari 15 Orang. Tentu ini sangat memberi efek terhadap penghasilan katering saya.

- Inovatif
Maka, hal pertama yang saya lakukan adalah inisiatif. Saya harus berani keluar dari zona nyaman ini. Tidak melulu harus menunggu orderan masuk, kami baru bekerja.

- Kreatif
Setelah saya memantapkan pikiran saya, bahwa harus membuka lapak. Saya harus berbikir kreatif atau unik.  Dalam pikiran saya, hal ini akan membuat menarik konsumen karena penasaran terhadap apa yang saya jual.

Ternyata, ini sangat menguji mental saya ketika saya harus terjun langsung ke lapangan. Dan semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena dari 3 usaha yang saya coba, hanya 1 yang bisa berjalan dengan lancar.

3 Usaha Saya Selain Katering.

1. Es Tombo Ngelak

Dokpri Azis
Dokpri Azis
Es yang saya beri nama sedikit unik memang sempat ramai. Tombo artinya (obat), sedangkan Ngelak artinya (haus). Jadi harapan saya si pembeli bisa menghilangkan rasa haus dan capek setelah minum es tersebut.

Dan lapak saya tempatkan yang strategis. Walau jalan satu arah, namun jalan tersebut jalur pulang dari pusat wisata gunung kelud. Jadi, sedikit menguntungkan ketika ada wisatawan yang lelah dan membelinya.

2. Tombo Ngelak dan Luwe

Dokpri Azis
Dokpri Azis
Setelah 1 bulan, tombo ngelak tidak begitu laris, saya coba untuk mengembangkan. Saya tambahi dengan menu makanan. Dan saya alihkan tempat lapak tersebut ke wilayah wisata.

Sempat menarik pengunjung. Namun memang sangat disayangkan ketika naik daun. Peraturan PSBB dijalankan, sehingga kunjungan dari wisatawan sangat berkurang. Akhirnya saya putuskan untuk tutup.

3. Martabak D'Gaplek Ciamis

Dokumen olah pribadi
Dokumen olah pribadi
Setelah saya berhenti jualan selama 2 bulan. Akhirnya pada bulan September kemarin saya memberanikan diri untuk berjualan lagi. Ya, ini pikiran saya yang terakhir. Jalan atau tidak, saya harus siap dan saya pertahankan.

Gaplek adalah singkatan Gampang Nemplek, atau artinya mudah nempel. Ini saya harap si pembeli selalu cocok dan mau kembali lagi.

Sedangkan Ciamis, singkatan dari Ciantik dan Manis. Hemm baru mendengar namanya saja pembeli semakin tertarik bukan?

Sempat usaha ini menjadi surut juga di bulan Oktober kemarin. Ketika ada yang berusaha untuk menyaingi saya. Namun kembali ke awal, seorang pebisnis harus menemukan ide-ide untuk usahanya.

Alhasil, terciptalah martabak seperti gambar di bawah ini. Saya terinspirasi dari Markobar nya mas Gibran Putra Presidan. Karena saya lihat, se Wates Raya belum ada martabak seperti ini. Jangankan Wates, salah satu Kompasianer domisili Tangerang saja waktu itu saya tanya belum pernah menemukan.

Variasi keunikan martabak D'Gaplek Ciamis (dokumen pribadi)
Variasi keunikan martabak D'Gaplek Ciamis (dokumen pribadi)
Dari 3 usaha dan yang masih berjalan saat ini hanya martabak saja. Tentu harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Sehingga pada akhir tahun ini, memang sangat menurun jika dilihat pada pembukuan saya.

Ah, bagi saya tak masalah. Yang terpenting 15 orang ini bisa terselamatkan dari sedihnya korban PHK. Walau tak seberapa, saya berusaha untuk terus menutup rantai kesedihan dan membuat keluarga tangguh.

Karena jujur, saya sangat bisa merasakan ketika mereka tak punya pekerjaan. Sedangkan tanggung jawab harus dipikul.

Saya harap cukup sampai di sini keresahan mereka. Dan cukup sampai di tahun 2020 penggiat UMKM merana. Ayo bantu mereka, agar selalu bisa mempertahankan keluarga tangguh. Katanya dimulai dari kita kan?

Banyak cara untuk membantu melariskan dagangan mereka. Seperti komunitas peduli UMKM yang ada di Kecamatan Wates Kabupaten Kediri. Membuat Grub Facebook yang sampai saat ini dihuni 200ribu akun.

Grub Sosial Media yang membantu UMKM (dokpri)
Grub Sosial Media yang membantu UMKM (dokpri)
Di grub tersebut mereka si penjual akan saling akrab. Dan pembelipun akan dimudahkan. Ketika kita ingin makanan dan malas keluar, kirim saja pesan di grub tersebut. Akan banyak komentar yang berdatangan.

Bukti kerjasama antara konsumen dan produsen (dokpri)
Bukti kerjasama antara konsumen dan produsen (dokpri)
Nah, dengan 1 contoh di atas. Kita sudah akan membantu pemasaran UMKM. Terlihat sepele, namun keuntungan yang didapat dari 1 grub Facebook tersebut akan berdampak besar.

Semoga UMKM yang kita kelola akan terus bisa berjalan. Dan yang terpenting tetap jaga kesehatan. Berdoa bersama agar wabah ini segera pulih, dan bisa hidup sehat tanpa ada batasan.

Akhir kata
Terimakasih, semoga kita diberi kesehatan. Dan pesan saya, dengan membeli 1kali produk hasil UMKM dalam sehari, kita  membantu mereka. Bukan karena iba, tapi kemanusiawian lah yang mendorong kita. Tentu, kita hidup bersosial kan?

#salam_ngilernya_JawaTimur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun