Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Seniman - Belajar menulis

Mencoba belajar dengan hati-hati, seorang yang berkecimpung di beberapa seni, Tari (kuda lumping), tetaer, sastra.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kita Anak Peradaban, Ketahuilah Pentingnya Pendidikan

9 Desember 2020   12:30 Diperbarui: 9 Desember 2020   12:31 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sudah memasuki penghujung Tahun 2020

Bagaimana kabar pendidikan Indonesia?

Sebagai pemerhati anak berkependidikan dan berbudaya di daerah. Saya sangat menyayangkan dengan pendidikan saat ini. Di mana, segalanya terhenti dengan dalil keamanan, karena adanya pandemi, katanya. Akan tetapi, jika semua kita telaah lebih dalam tentang pandemi ini, maka sangat kontradiktif dengan kenyataan.

Jujur saja, saya tidak pernah memahami cara kerja dari virus ini, walaupun banyak ahli yang mengatakan seseorang terdampak virus ini diakibatkan oleh bersentuhan, ataupun lainnya. Bahkan, ada ahli yang mengatakan bahwa seseorang dikatakan reaktif tanpa adanya gejala. Entahlah, teori seperti yang mereka pakai untuk membuktikan adanya virus ini.

Kita kembali ke masalah pendidikan. Seperti yang semua kita ketahui bersama, bahwasannya pendidikan saat ini (hampir 1 tahun) dalam kondisi gawat darurat. Saya analogikan seseorang yang tergantung di tepi jurang. Maka, dengan ini saya katakan, bahwasannya pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pendidikan harus mengembalikan pendidikan secara normal, guna menyelamatkan pendidikan di Indonesia.

Walaupun, pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pendidikan sudah mengeluarkan kebijakan untuk tidak melakukan aktivitas di sekolah, serta merubah metode pembelajaran secara tatap muka dengan metode pembelajaran secara during. Akan tetapi, metode pembelajaran seperti ini tidak begitu efektif.

Menurut saya, kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah terbilang absurd. Kenapa ? Karena menghentikan segala aktivitas belajar-mengajar akan mematikan pola pikir dan daya semangat belajar. Coba kita tilik artikel saya yang begitu banyaknya orang tua mengeluh karena anaknya semakin malas di sini.

Kemudian, metode pembelajaran secara during ini tidak efektif, karena hanya mampu di akses oleh sebagian daerah, tidak semua daerah. Sebab, pembangunan infrastruktur seperti layanan jaringan belum memadai dan belum merata.

Maka dengan ini saya katakan, Bapak Mentri Pendidikan telah gagal dalam mengambil kebijakan. Seharusnya, terlebih dahulu mensurvei seluruh Indonesia, sampai ke pelosok sekalipun. Jika dilapangan sudah stabil, baru kebijakan tersebut dikeluarkan. Sungguh, kondisi seperti ini sangat-sangat mengawatirkan. Apabila kondisi seperti ini berkelanjutan, sudah barang tentu Indonesia akan mendapatkan predikat sebagai Negara yang memiliki kemerosotan pendidikan di Dunia.

Untuk saat ini, solusi yang paling tepat ialah mengembalikan semua murid di Indonesia ke sekolahnya masing-masing, guna kestabilan belajar-mengajar.

Berbicara tentang pendidikan, sudah barang tentu kita tidak akan lepas dari yang namanya buku. Selain menjadi sumber segala ilmu, buku juga mampu membuka cakrawala berfikir kita, juga menambah wawasan pengetahuan kita.

" Buku adalah gudang ilmu, maka jadikanlah buku sebagai sahabatmu, dimana pun dan kapan pun itu "


Sepenggal kalimat diatas saya gambarkan bahwa buku layaknya seorang sahabat sejati, yang setia menemani kita dimana saja pun kapan saja.

Saya akan mencoba meramu beberapa hal terkait dengan buku, dengan landasan literasi dasar baca dan tulis

1. Membaca

Jika beberapa tahun lalu, Indonesia berada di peringkat kedua paling bawah, terkait dengan membaca. Hal ini membuktikan, bahwasannya di Indonesia buku merupakan hal tabu untuk dikonsumsi.

 Benar, terkadang membaca buku itu membuat jenuh, mulanya. Namun, ketika kita tanamkan niat, dan kita fokuskan hanya untuk membaca, perlahan-lahan kita akan ketagihan. Sebab, kita perlu melewati proses perjalanannya.

Saya analogikan seperti sambal petai, dalam pikiran kita beranggapan bahwa sambal petai ini akan menghasilkan bau yang tidak sedap tercium. Ketika kita mencoba untuk mencicipi sambal petai tersebut, dan walhasil semuanya keluar dari apa yang kita fikirkan. Sebab, tidak selamanya sambal petai itu menghasilkan bau yang tidak sedap, tergantung cara pengolahannya.

Membaca tidak membutuhkan metode apapun, yang terpenting adalah beranikan diri untuk membaca.

2. Menulis

Menulis merupakan sebuah kreativitas yang dimiliki oleh siapapun. Tapi tidak banyak orang yang mau mengembangkan kreativitasnya. Mungkin, banyak orang mau menulis, tapi masih memiliki rasa gengsi, dalam arti masih takut yang nantinya akan di katakan "Sok bijak lah, Sok puitis lah, dan bla bla bla". Pada dasarnya mereka yang mengatakan hal seperti itu, karena mereka tidak mampu menulis.

Dengan menulis, kita akan diketahui dan dikenal oleh banyak orang. Buktinya, banyak sekali penulis-penulis terkenal di dunia, yang hasil tulisannya masih kita konsumsi sampai saat ini. Sebab, dari buku lah penulis-penulis terkenal ini dilahirkan.

Jangan jauh-jauh. Saya telah membuktikan sendiri, ketika saya mencoba terus menerus untuk menulis. Saya telah dikenalkan oleh beberapa Penulis hebat di kanal Kompasiana. Sungguh suatu kehormatan dan kembanggaan untuk saya.

Beberapa Penulis Inspirasiana Squad (dokpri Inspirasiana)
Beberapa Penulis Inspirasiana Squad (dokpri Inspirasiana)
Kemudian, saya juga mengutip sebuah kata bijak, yakni ;

"Jika ingin mengenal dunia
Maka mulailah membaca
Apabila mau dikenal dunia
Maka mulailah menulis"

Pendidikan Non Formal adalah Salahsatu Cara Sukses

Sungguh, saya merasa risih dengan segala kebijakan yang ada. Apalagi, Pendidikan Formal saat ini belum bisa berjalan sesuai dengan semestinya, karena keadaan tidak kondusif, katanya. Sehingga, pendidikan Non Formal menjadi satu-satunya jalan dalam mempertahankan keutuhan pendidikan di Indonesia.

Ya, Pendidikan Non Formal merupakan sebuah wadah pembelajaran yang diadakan diluar waktu pendidikan formal. Saya sangat setuju dengan hal ini. Sering kali kita mendengar dan mengetahui banyak sekali anak-anak muda yang membangun sekolah alam, taman baca, pondok baca, lapak baca dan lainnya. Ini merupakan bukti, bahwa banyak sekali pemerhati pendidikan di Indonesia, selain itu juga menjadi wadah untuk mengembangkan kreativitas sesuai kemampuan yang dimiliki.

Namun, saya sangat menyayangkan banyak orang yang memandang buruk dengan adanya Pendidikan Non Formal tersebut. Maari kita lihat secara saksama gambar di bawah. 

Dokpri Azis (salah satu lapak baca yang ada di kediri)
Dokpri Azis (salah satu lapak baca yang ada di kediri)
Ini merupakan contoh dari Pendidikan Non Formal, di mana sekelompok anak sedang membaca buku.

Bukan hanya saja membaca buku, di sana juga kreativitas anak-anak di kembangkan, mulai menulis puisi, cerpen, dan lainnya. Jika kita menelaah, dalam Pendidikan Formal hal semacam ini sangat jarang kita dengar dan dapatkan. Jika ada pun cuma dilakukan pada hari-hari nasional saja.

Pada dasarnya dengan adanya wadah semacam ini sangat menguntungkan bagi anak-anak bisa mengembangkan kreativitasnya. Akan tetapi, semuanya mesti kembali pada diri kita sendiri untuk mengambil keputusan untuk mengembangkan kreativitasnya.

Jika kita berkaca, di kota-kota besar hal semacam ini sangat menguntungkan bagi mereka, karena mereka bisa membuka cakrawala berpikir dan menambah wawasan diluar waktu pendidikan formal. Tapi untuk di daerah-daerah, hal semacam ini dianggap biasa-biasa saja. Seperti yang saya gambarkan pada bait sebelumnya, tergantung keinginan dan kemauan.

Jalanan adalah Tempat Pendidikan yang Efisien

Teaterikal di Taman Kediri (dokpri)
Teaterikal di Taman Kediri (dokpri)
Jika ada yang mengatakan jalanan hanyalah sebidang lahan yang dijadikan sebagai jalan untuk roda dua dan empat, serta para pejalan, saya katakan itu sangat keliru. Kenapa saya katakan keliru? Karena tanpa kita sadari jalanan adalah sekolah yang paling besar dan memiliki ruang yang begitu banyak. Makanya, banyak orang menggunakan jalan sebagai lahan untuk mengembangkan kreativitasnya. Sebab, jalanan adalah sekolah yang paling mahal, dan segalanya bisa didapatkan di jalanan.

Selama berada di beberapa kota dalam kesibukan bekerja. Saya sering menyempatkan diri untuk melakukan kelana ke berbagai tempat, guna untuk mencari pengalaman dan teman. Suatu ketika saya pergi ke salah satu taman, di mana pada taman tersebut terdapat begitu banyak orang, ada yang main teater, ada yang berpuisi, bernyanyi dan lainnya. Saya pun bergegas menuju ke taman itu.

Dari tempat ini, saya mulai menaruh mimpi sebagai seorang penulis. Saya pun mulai merangkai kata-kata menjadi puisi, mulanya sih agak belepotan, karena belum tahu teknis penulisan itu seperti apa, hehehehe..... Tapi, satu hal yang saya dapatkan adalah keberanian untuk menulis. Lalu, perlahan-lahan saya mulai belajar tentang cara penulisan sebuah tulisan yang baik itu dari tempat yang membuat saya bermimpi untuk menjadi seorang penulis.

Alhasil, "maaf" sudah beberapa kali saya mengikuti antologi puisi bersama para penyair di luar daerah. Bagi saya, ini kebanggaan tersendiri untuk saya. Karena, apa yang saya lakukan berbuah manis.

Dari pelajaran di atas, saya ingin adik-adik yang masih duduk di bangku sekolah (SMP/SMA) belajarlah! jangan sampai merasa bosan. Karena, ilmu yang kita dapatkan hari ini akan menentukan masa depan kits. Sebab, mimpi adalah impian kita, maka raihlah. Dengan cara apa ? Dengan cara belajar dari siapapun, dengan teman, sahabat, Saudara dan lain sebagainya.

Kemudian, untuk adik-adik yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas ( SMA /SMK/ MA ) mimpi kita ditentukan saat menaruh kaki di depan pintu gerbang sekolah, belajarlah dengan giat. Sehingga, saat lulus nanti, kamu bisa bersaing menuju ke Perguruan Tinggi, bila perlu Perguruan Tinggi ternama di Indonesia, sebagai penuntun jalan menuju impian tersebut.

Dan seterusnya untuk rekan-rekan yang menyandang status Mahasiswa. Tolong jangan menjadi Mahasiswa yang memburu gelar sarjana. Karena, selangkah lagi akan menjadi orang yang benar-benar orang. Dimana kita akan menghadapi pelbagai rintangan. Memang sejatinya hidup seperti itu.

Ingat, dalam setiap perjalanan pasti ada persoalan. Hadapi segalanya, sebab pemenang adalah orang yang berani menerima tantangan.

Pondasi dari Impian Adalah Pendidikan.

Ya, itu yang semua kita ketahui bersama. Sebelum menaruh mimpi terlalu tinggi, pahami terlebih dahulu perihal pendidikan. Segalanya butuh proses panjang untuk meraih mimpi itu sendiri, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Intinya, semua kita tanamkan niat dalam diri kita masing-masing untuk melangkah untuk meraih impian tersebut.

Meskipun impian diidentikkan dengan hayalan, paling tidak semua kita menaruh satu tujuan untuk diraih. Walaupun banyak sekali rintangan yang akan datang menghadang langkah kaki kita. Namun, jangan pernah gentar, tetaplah melangkah ke depan, rintangan hanyalah secuil ujian yang diberikan oleh Tuhan. Maka, kuatkan langkah dengan iringan doa, tetap bersabar, dan kobaran semangat juang jangan sampai padam.

Dalam meraih sebuah impian, banyak sekali cara untuk meraihnya, semuanya kembali pada diri kita masing-masing. Akan tetapi, cara yang dilakukan harus secara sehat, mengedepankan pengetahuan untuk menggugah banyak orang. Sehingga, impian yang kita raih mampu menjadi motivasi untuk orang lain pula.

Maka dari itu, saya katakan bahwa pendidikan menjadi pondasi utama dalam meraih sebuah mimpi.

Pendidikan memiliki makna yang sangat luas dan dalam, bukan hanya kita dapatkan di sekolah, dimana pun dan kapan pun, semua kita bisa mendapatkan pendidikan tersebut. Sebab, segala sesuatu yang kita lakukan, ialah bentuk kecil dari pendidikan.

Satu hal yang harus kita ketahui, dasar dari pendidikan adalah rumah. Kenapa saya katakan rumah ? Menurut pandangan saya, ketika kita lahir ke dunia ini, kita disambut tangisan bahagia Ibu, kemudian disambut dengan sabda-sabda Tuhan yang dilantunkan oleh Bapak. Hari ke hari berubah mengikuti pertumbuhan kita, kita belajar merangkak, duduk, berdiri sampai berlari. Lalu, ketika masuk pada usia kanak-kanak kita diajarkan, di tanamkan dalam diri kita masing-masing tentang perkataan dan perbuatan.

Jika ada yang mengatakan, kegagalan seseorang dalam dunia pendidikan diakibatkan kurangnya perhatian dari lembaga pendidikan, bagi saya kegagalan itu sudah diciptakan dari luar, tidak mungkin dari rumah. Akan tetapi, lingkunganlah yang membuat seseorang itu gagal.

Maka tak pernah bosan saya mengingatkan untuk adik-adik yang masih duduk di bangku sekolah. Saya harapkan, seperti apa pergaulan yang kita lakukan, cobalah sekali-kali lihatlah wajah kedua orang tua kita. Seperti apa juga kenakalan yang kita perbuat, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar. Karena masa depan ada di tangan kita sendiri, bukan ditangan orang lain.

Bermimpi lah, sebab mimpi itu indah.

Seperti di ucap oleh Bapak Revolusi, Ir Soekarno "Bermimpilah setinggi langit, apabila kau terjatuh, niscaya kau terjatuh diantara bintang-bintang"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun