Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Seniman - Belajar menulis

Mencoba belajar dengan hati-hati, seorang yang berkecimpung di beberapa seni, Tari (kuda lumping), tetaer, sastra.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bahasa Akhir Tahun untukmu Pecinta Literasi

2 Desember 2020   07:37 Diperbarui: 2 Desember 2020   07:40 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbahagialah kita yang masih diberi kesempatan untuk tetap menghirup udara rasa. Adalah kita yang diberi peluang oleh semesta, agar tetap merawat temu. Dan, tak ada rasa bosan menyelimuti raga dalam menyusun cerita ditaburi kata-kata bernyawa.

Jemari-jemari menari dengan riang. Semangat kita tak pernah terkurung. Biar dalam keadaan tertekan, kita masih bisa merajut kata. Kita masih berusaha merawat ingatan.

Kemudian, menyiapkan pena dan secarik kertas untuk menulis dengan serius. Tak perlu banyak berbicara, kita hanya butuh waktu yang tepat untuk mengungkap segala bahasa. Sampai, gemuruh suara membangun komitmen "Kita ingin jadi orang-orang berani. Berani dalam mengungkapkan saran-pendapat. Berani dalam bertindak. Yang terpenting, segala yang kita perjuangkan, tetap setia berdiri pada kolidor garis kebenaran."

Setidaknya, sejarah dari sebuah permulaan telah dimulai dengan kata hati. Sebagai kaum terpelajar, kita percaya pada suara-kata hati. Dan, tak mau terjebak pada segala ajakan hanya untuk menyesatkan raga.

Kau dan aku tersenyum menjemput pagi. Mata-mata tetap melotot. Canda-tawa menghipnotis ruang rindu. Dan, tubuh-raga beragam mengirimkan aku kata-bahasa untuk dibaca. Meja sapa merayu dengan lembut. Dan, tangan ini kembali menulis coretan-coretan makna yang dibubuhi di tanah sejarah.

Jika, kata-bahasa yang disodorkan di meja temu ditulis ulang. Maka, susunannya akan seperti ini.

Hippmia
Oleh: Le

Sebuah organisasi yang terbentuk
Saat ini, aku sedang belajar
Dan berproses di dalam
Organisasi tersebut

Ayah
Oleh: Putra

Kau adalah sosok terhebat
Kau adalah cinta pertamaku

Bukan Pecundang
Oleh: Marsyah

Aku adalah orang yang sedang
Mencari jati diri dengan kekuatan belajar
Dan bukan sok-sok pintar
Tetapi aku adalah pria yang cengeng
Aku bukan pecundang
Dalam menghadapi cobaan
Dari tantangan dan rintangan
Yang sedang digeluti sekarang

Tidak Sempurna
Oleh: Abdul

Biar kita baik bagaimana pun
Kita tetap tidak sempurna
Di mata orang lain
Tidak ada
Manusia yang sempurna
Kecuali rokok sempurna

Kelahiran
Oleh: Azis

Tidak ada keluarga yang sempurna
Tapi, aku bangga lahir di keluargaku
Dari seorang perempuan
Yang mengagumkan

Perihal Rasa
Oleh: Putra Van Kedy

Melenium Ina Pelita
Sunyi mendekam dari bisu paling diam
Kakimu kudapati mencumbui senja
Dari balik kata paling lumrah
Sajak ini pun aku berbisik kepada Tuhan
Bahwa aku mencintaimu
Kubuatkan segala berdalil rindu
Untuk sedikit menyamankan rasaku

Kataku samar butuh kau kritisi dengan hati
Karena ini perihal rasa bukan sara
Jika tidak, hambar akan membumbui kataku
Aku resah menabung semua
Karena itu aku buatkan secangkir puisi
Agar kau teguk malam nanti
Dan sekiranya kau selimuti malammu
Dengan kata yang sempat kurahasiakan ini

Aku mencintai
Oleh: Reba

Tedemaking
Seseorang yang tak bisa kujelaskan
Lewat kata-kata
Tapi bisa kurasakan
Lewat perasaan yang ada

Keluarga
Oleh: Al-Pena

Keluarga adalah
Tempat dimana saya tumbuh berkembang
Tempat dimana saya dididik
Dari saya kecil sampai sekarang
Terima kasih
Untuk keluargaku
Yang selalu mendukung
Baik susah mau pun senang

Pantun
Oleh: Guido

Jalan-jalan ke Kota Makassar
Jangan lupa ke universitas Pejuang
Biar dia 'pu bapa kejar sa pake' busur
Demi cinta 'sa' tetap berjuang

Mari Belajar
Oleh: Dian Al Batami

Jalan-jalan ke Kota Daeng
Jangan lupa ke sekolah DDI Darul Ihsan
Kalau kamu mau belajar
Singgahlah di DDI Darul Ihsan

Terkadang
Oleh: Bung Erbe

Terkadang kita berkata
Biar Tuhan yang membalas
Tapi pernahkah kamu berpikir!
Yang kamu alami sekarang
Apakah balasan dari Tuhan?

Pengorbananmu
Oleh: TT Van De Karr

Ayah dan Ibu
Terima kasih
Atas pengorbananmu
Selama ini
Karena kalian
Telah mendidik saya
Dan membesarkan saya
Sampai saat ini
Saya berterima kasih
Bisa punya kalian berdua

Air Susu Mama

Oleh: Clara Van Semrg

Satu tetes air susu Mama
Terima kasih Mama
Untuk pengorbananmu
Selama ini
Mama yang selalu sabar
Yang kuat dalam mendidik
Dan membesarkan saya
Terima kasih Mama
_____________

Maka, belajarlah dengan tekun. Menulislah dengan rasa. Bumbuilah setiap kata-katamu dengan diksi-disksi yang sederhana nun memikat. Agar para pembaca tetap terpikat.

Sejarah zaman tetap mencatat. Sebab, kita adalah generasi perajut kata. Kita merawat segala bahasa dan kata-kata dalam bentuk karya. Biarkan sebagian orang mengatakan "Kertas lusuh atau pun sampah".

Tapi, bagi kita "Apa yang ditulis adalah sebuah pergulatan perjuangan. Yang kita tulis, akan melahirkan anak-anak zaman meletakan sejarah di zamannya sendiri."

Amiiin

Kediri, 02 Desember 2020
Buah Karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun