Dulu aku pernah begitu yakin pada seseorang yang aku anggap kehadirannya dalam hidupku. Adalah jawaban dari
bait-bait doa yang tak pernah henti aku lantunkan disetiap penghujung sujudku.
Tapi nyatanya aku salah. Aku salah menaruh segala keyakinanku pada orang yang awalnya aku anggap. Bahwa, hanya dirinyalah yang paling tepat dan akan tetap menetap di sampingku. Sampai raga benar-benar kembali pada-Nya.
Aku masih ingat dengan jelas kalimat terakhir yang dia ucapkan padaku sebelum senyum manis terakhirnya hilang dari pandangan bola mataku. Dengan tiba-tiba dia datang padaku dan berkata seperti ini "Lupakanlah segala yang pernah terjadi dalam istana cinta kita. Karena mulai sekarang, aku hanya ingin sendiri dulu, aku lelah, maaf"
Maka untuk mewakili hati yang masih setia menyimpan namamu, aku ingin ucapkan terima kasih padamu yang sempat memberikan percikan api semangat padaku, ketika dihantam oleh cobaan hidup yang datang bertubi-tubi menguji diri ini.
Aku ikhlas dan menerima dengan lapang-dada semua keputusanmu. Aku akan melupakan semua yang pernah terjadi diantara kita sesuai dengan permintaanmu. Tapi perihal alasan yang kau layangkan padaku kala itu, sedikitpun tidak pernah memenangkan kepercayaanku.
Karena sudah berulangkali aku dihidangkan kalimat seperti itu. Dan itu sudah menjadi alasan klasik yang sering aku temui dalam kisahku. Jauh sebelum kehadiranmu, aku sudah pernah terima dari satu orang yang lebih dulu singgah dalam hidupku.
Dan alasan itu bagiku, hanyalah susunan kalimat dusta yang sudah kau rakit begitu apik untuk menggugurkan ketidakmampuanmu dalam mempertahankan benteng cinta yang kita bangun dengan susah-payah selama ini.
Katamu kau ingin hidup sendiri, hingga aku yang masih ingin setia berada di sampingmu harus kau paksakan untuk melepaskan dan melupakan semua jalan yang pernah kita lewatkan.
Tapi nyatannya! Setelah aku ikhlas bunuh segala perasaanku dan rela mengubur kisah kita, kau malah diam-diam memilih menerima gandengan tangan yang baru.
Kau memilih ingin hidup sendiri, atau ingin hidup bahagia sendiri?
Arghh...
Kediri, 25 November 2020
Buah Karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H