Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Seniman - Belajar menulis

Mencoba belajar dengan hati-hati, seorang yang berkecimpung di beberapa seni, Tari (kuda lumping), tetaer, sastra.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ranting Pohon Kayu Cina

24 November 2020   20:10 Diperbarui: 24 November 2020   20:24 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang kemudian menyadarkan aku untuk kembali lagi. Adalah ketika engkau mencoba memberiku kesempatan. Aku tidak pernah mengerti atau begitu yakin akan ini semua.

Tapi mungkin itu sebuah jalan tersendiri bagi kita untuk tetap bisa kemudian menjadi sesuatu. Yang entah aku harus menjadikannya sebuah framing lengkap pada mayapada kegelisahan jiwaku. Akan sosok yang entah itu mampu kemudian mengindahkan atau setidaknya bisa menerimaku sebagai seseorang.

Aku menyukai keanggunannya, mendambakan kehangatan pelukan tubuhnya. Jika memang kelak nanti wanitaku itu bisa menjadi kekasih di atas  kegersangan hati. Apakah jika kemudian, ketika aku minta ia datang untuk menghabiskan malam-malam yang penuh suntuk ini dapat menjadi malam seribu bulan penuh gairah?

Aku tak menyerah meski terkadang menyerah juga untuk memaksakan diri. Aku mencoba berjalan pelan lalu kemudian sedikit cepat. Ada segenang air sisa hujan, aku berkaca lalu terlihat wajahmu. Aku menemukan sebuah gelang yang mirip dengan apa yang sempat engkau kenakan saat bersama.

Saat itu, sejak engkau putuskan untuk mengakhiri ini. Seolah-olah sunyi, seperti didekap rindu serta kasih sayang. Rindu pandai menyusup, hingga aku tidak tahu lagi membagi kemungkinan atas diriku. Kita sulit sayang, dan kemudian rumit juga.

Lalu, aku mencoba memikirkan kemungkinan lainnya. Ada sedikit ketakutan padaku, tentang sesuatu yang mungkin saja itu dapat membuat kita tidak akan lagi bersama. Atau mungkin akan memisahkan kita untuk selamanya.

Jika mencintaimu dan tidak harus memilikimu, adalah sebuah pilahan agar masih tetap bisa untuk menikmati diskusi sederhana di warung kopi bersamamu. Tolong tetap bersamaku dan tetaplah menjadi seperti wanita yang pertama aku lihat. Jangan engkau mengatakan bahwa ini sebuah awal saja.

Tolong izinkan aku untuk menjaga keintiman itu. Menjadi keindahan tertentu. Apakah kemudian engkau bisa berdamai dengan kerumitan itu.

Tetaplah menjadi kekasih meski tidak bersamaku lagi.
Angin.
Beringin.
Tak ingin.
Dan jam dinding.
Tolong sapa aku sekali lagi. Dan tetaplah merayu untukku.

Jangan berpaling dan tetaplah anggun pada setiap senyum dan diammu yang manja itu. Tetap pada suara kerinduan yang lembut itu. Entah apa dan bagaimana. Tetaplah merdu dan semangat.

Karena jika tak ada sesuatu yang mungkin membuat sebuah bulu halus burung-burung kecil yang hinggap diranting-ranting pohon kayu cina yang mulai mengering. Tetaplah baik-baik saja. Dan doakan untukku juga. Untuk tetap cinta dan untuk tetap mencintai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun