Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Seniman - Belajar menulis

Mencoba belajar dengan hati-hati, seorang yang berkecimpung di beberapa seni, Tari (kuda lumping), tetaer, sastra.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu Jarak dan Nasihat Waktu untukmu, Nak

22 November 2020   07:51 Diperbarui: 22 November 2020   08:28 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka adalah puisi yang baru mengenal dunia. Tak mengerti apa itu luka apa itu cinta. Yang mereka tahu, menawarkan tawa dan tangis kepolosan.

Mereka yang terlahir di atas kewatek Ina. Mereka yang tumbuh dan berpuisi diatas para-para Ama.

Bagi mereka itu adalah kebahagian paling hakiki di masanya. Reingkernasi antara waktu dan takdir, memacu mereka tumbuh dewasa. Untuk mengenal cinta dan luka yang penuh dengan devenisi nantinya.

Maka, rangkul mereka dalam puisi budaya dan kultur yang masih melekat erat di ingatan dan hati. Jangan biarkan mereka tumbuh atas dasar dengki dan dendam. Tawarkan mereka bahwa gelagat persodaraan satu sama lain, adalah keharusan yang diutamakan wajib dan tanpah syarat.

Jangan biarkan tawa dan tangis kepolosan mereka direnggut oleh kerunutan zaman. Sebab laju zaman adalah kekerasan yang paling membunuh sekaligus penindasan tanpah ampun. Jangan kalian ambil senyum polos itu dengan kata-kata dan nasehat serupa membentak manusia berwajah dua, sebab mereka hanyalah generasi yang baru mengenal dunia.

Penggalan-penggalan Kalimat ini adalah nasihat sebab jarak yang masih menjadi tirai rindu. Jika waktu mengiyakan kita saling menawarkan tawa sambil menikmati secangkir tuak ama dan sekantong jagung titi ina. Berjanjilah bahwa kita adalah sedarah yang mengabdi pada tetesan pertama tuak di atas tanah Ina.

Perihal tawa dan pertengkaran kita yang kemarin adalah hutang yang harus kita lunaskan di pertemuan berikutnya. Sebab harapan yang dulu harus kita catat kembali di masa sekarang.

Salam hormate Kaka, untuk kita yang harus merangkul anak merangkul budaya.

Kediri, 22 November 2020
Buah Karya: Le Putra Marsyah

Catatan:
- Ina = adalah sebutan sayang untuk anak perempuan (Prov NTT hingga Papua)
- Ama = adalah sebutan sayang untuk anak Laki-laki (Prov NTT hingga Papua)
- Kewatek = adalah nama kain tenun di daerah Lamaholot, Adonara, Papua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun