Air mata ibu pertiwi masih lagi jatuh, Dik. Maka, sebagai generasi muda, kita tak boleh duduk diam melihat segala kerumitan yang terus terjadi di negeri ini. Masih banyak yang harus kita perbuat-lakukan.
Semua adalah demi kebajikan dan pengabdian yang tulus. Ketimbang bercerita perihal rasa dan cinta yang terlalu kolot. Suara-suara kebenaran masih saja dibungkam dengan senjata yang begitu kejam. Hukum yang diterapkan masih tumpang-tindih.
Sementara kebebasan menyampaikan pendapat dihentikan oleh represif keamanan yang tak berperikemanusiaan. Dan, dengungan "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" hanya menjadi teks berdebu yang tersusun rapi.
Sudah tujuh puluh lima tahun bangsa ini merdeka. Tapi kita belum merdeka-merdeka, Dik. Tanah kita dirampas atas nama pembangunan. Banyak para petani kehilangan lahan bercocok tanam. Dan, tidak sedikit banyaknya para buruh yang diberhentikan kerja.
Dik, hidup bukan hanya persoal isi perut saja. Bukan pula goyangan di dalam aplikasi tik tok penuh kegelian. Tetapi, bagaimana melakukan kebajikan untuk hajat
hidup banyak orang. Dan, tetap setia memberi dengan ikhlas. Membantu tanpa memandang ras, golongan, agama, dan budaya adalah petuah dari tanah Sabdo Palon yang masih dipegang teguh.
Dik, percacayalah bahwa segala kesulitan selalu ada jalan kemudahan. Setiap tantangan perlu dihadapi dengan lapang dada. Tak perlu takut, apalagi lari menjadi pencundang. Kita tidak diajarkan menjadi seorang pengecut.
Yang benar patut dibela. Dan, yang salah jangan dijadikan budaya. Teruslah berpijak pada kebenaran. Dan, percayalah! Bahwa Tuhan dan Leluhur selalu merestui setiap jalan kebaikan!
Kediri, 21 November 2020
Buah Karya: Le Putra Marsyah.
#Catatan:
- Sabdo Palon adalah sebutan lain dari tokoh Semar. Menurut cerita, Sabdo Palon adalah tokoh yang memegang tanah Jawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H