Ya Tuhan, lemas dan hampir tak berdaya seketika saya dibuatnya. Tanpa pikir panjang waktu itu, saya langsung menjual sapi saya untuk biaya Operasi. Karena saya tak ingin ibu menderita lama-lama.
Singkat cerita, setelah ibu melakukan operasi dan perawatan di rumah sakit. Ibu diperbolehkan pulang meski harus melakukan perawatan jalan. Saya menyanggupinya hingga setiap pagi dan sore saya sendiri yang membersihkan luka ibu.
Walaupun keadaan sakit, ibu tidak lupa dengan kebiasaan sehari-harinya. Ya, ibu adalah salah satu orang yang selalu mendukung saya menjadi penulis puisi. Memang sejak tahun 2010 saya sering membuat puisi tentang ibu, ayah, lingkungan dll.
Dari situ ibu tau, bahwa anaknya (saya) ingin menjadi penulis puisi. Meski ada beberapa keluarga yang bilang penulis puisi tak ada harganya, tapi ibu tetap menyemangati saya.
Jika saya sehari belum membuat puisi, ibu selalu menanyakan. "Le, ibuk kok belum baca 1 puisipun dari kamu? Kamu belum buat?"
Memang, setiap hari itu yang dilakukan oleh ibu. Mengingatkan saya untuk harus membuat puisi. Karena katanya semua cita-cita harus dilakukan berawal dari kedisiplinan.
Tak heran jika sejak tahun 2015 saya hampir membuat 3-5 puisi setiap harinya. Meski saya di perantauan pun saya harus mengirimkan puisi-puisi tersebut kepada ibu via SMS. Ibu selalu membacanya di depan orang-orang yang bekerja ditempat ibu (catering). Ya mungkin dengan cara itu ibu membuktikan bahwa beliau bangga dengan puisi-puisi saya.
Entah karena firasat apa, suatu ketika ibu sempat mengirimkan 1 puisi kepada saya. Ingat betul saya, ibu mengirimkan puisinya pada saya tanggal 4 November 2019. Saya membacanya penuh dengan haru, yang intinya kerinduan ibu untuk anaknya. Tak pikir panjang, saya ingin pulang dan selalu di sisi ibu.
Ibu selalu manja saat saya di rumah. Ibu selalu ingin dekat ke saya. Entahlah seperti anak kecil saja saya rasa. Kadang juga saya bercanda dengan menepuki badannya untuk tidur dan saya nyanyikan lagu nina bobo.
3 Februari 2020, ibu jatuh sakit lagi, kondisi ibu ngdrop. Dan yang paling saya sesali waktu itu saya nurut saja ketika ibu tak mau di bawa ke Rumah Sakit. Ibu ingin merawat sendiri sakitnya, ibu tak mau merepotkan lagi. Hingga pada akhirnya 2 hari sebelum hari raya ibu tak bisa melawan lagi sakitnya.
"Maaf bu, Azis tak bisa merawat ibu, maaf Azis telah gagal membahagiakan ibu. Bu pasti ibu tau kan, posisi Azis saat ini bagaimana?