Kita harus tetap berkiblat ke pijakan dasar bahasa perkenalan. Kita harus saling mengenal antara satu sama lain lebih dalam lagi.
Kalau kau kecewa lantaran tak mau menerima kenyataan, maka aku memahami itu. Tapi, tetaplah menjalin komunikasi seperti biasanya. Aku tak mau kita harus menjadi musuh. Aku tak ingin kita memilih jadi kepingan lawan yang tak mau menggelorakan perdamaian.
Maka, berdamailah dengan tenang. Jangan kau terpana pada tatapan buta yang menghipnotis dirimu sampai tak bisa mengontol diri.
Kejarlah segala mimpi yang sedang menyapa. Mari memadukan rasa yang masih berselisih. Aku tetap mengukir bara bahagia.
Semua tergantung pada peran dan inginmu. Karena kunci keberanian dan prinsip dasarku, sedang berada di genggamanmu. Maka, jangan buang aku ke sembarang tempat. Aku tak tergoda pada dunia luar yang lebih menjanjikan. Aku mau tetap bersamamu dalam godaan sederhana dan rayuan dari bibir manis ibu peradaban.
#
Ainul Hidayah,
Hingga detik ini
Hati tak bisa bersembunyi
Kalau hadirmu adalah insiprasi
Tibamu adalah susunan puisi
Kediri, 05 November 2020
Buah Karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H