INI TENTANG LE PUTRA MARSYAH
Di ujung retinaku
Ada seberkas rinai mendesir pada batas cakrawala
Wajahnya redup mengulum seluruh purnama
Jeritan hati menyenandung di setiap terbitnya matahari
Langit ufuk baratpun membendung mata mendekamlah lautan berkaca kaca
Lintasan kalbu meng-intan teraura rapi di wajah kecilnya
Tangannya pun gemulai menglarai hidup
Sayap mengepak lembut mengusung kurcaci menggelayut manja
Samudra jiwanya mengalun teduh memancarkan resonansi penina bobokan
Dialah si Putra Marsyah,
Putra dari sang pesinden renta
Kini sedang mengais uthis untuk sekedar meronta dengan cahaya kecilnya
Meratap oleh usikan para kunang kunang malam menggoda
Hatinya pedih
Duduk sendiri membatangkara
Menepi di sudut bumi dalam gubuk sunyi cahaya
Maksud hati memeluk rasa
Rasa bara bergenderang perang
Kunang kunang malam jangan lupa daratan
Terbenamlah dalam mengusamkan selendang buruan
Fatamorgana kelopak matamu membelokan arah hakekat
Selendang buruan bersutra kalbu
Redupkan pejam matamu
Di kalbumu ada yang kau bumi hanguskan
Yang kau buru itu anakku
Dan aku kejora alam semesta
Selalu teringat pesan bapak
"Cinta akan datang ketika cinta membutuhkan cinta, kepada orang yang benar mencintai dia untuk yang dicintai, membuahkan cinta kepada Tuhan Sang Pencinta"
Kediri, 04 Oktober 2020
Buah Karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H