Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Seniman - Belajar menulis

Mencoba belajar dengan hati-hati, seorang yang berkecimpung di beberapa seni, Tari (kuda lumping), tetaer, sastra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Kehidupan Part 1

24 Oktober 2020   10:16 Diperbarui: 24 Oktober 2020   10:30 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

/01/
Lantunan lelagu terus berirama mengikuti kata hati. Mata ini terus memandang keringat lelah-gembiraanmu. Sorot matamu mengalahkan cahaya lampu malam yang tak mau tenggelam.  Dan, dalam lelah, kutegur dirimu dengan diksi paling manja yang sulit dielakan oleh bibirmu untuk memberi jawaban.

Kenapa kau tetap nyaman walau dalam keadaan lelah sekali pun? Apakah kota ini sedang mengerti dan merestui tentang langkah kaki demi menjawab harapan? Atau jiwamu tetap bergelora karena kutampar kau dengan buku, cerita, dan jemari berlumuran imajinasi?

Dalam senyum, kuperhatikan setiap gerak-gerik tubuhmu. Kau tetap fokus memainkan gawai putihmu dengan tangan lembutmu. Kau simak nyanyian yang didendangkan oleh tiga orang pengamen di depan warkop kota perjuangan.

Apakah hatimu iba melihat mereka? Atau kau suka berbagi kepada siapa saja lantaran hatimu terlalu mulia? Kau berikan mereka yang hadir dengan tawaran senyuman paling manis. Karena kau tak mau ada lagi air mata yang terus membanjiri pipi anak manusia di bumi ini dengan senang hati.

Atau ketika kau menatap mereka, ada jelmaan dari tentang sebuah ujian hidup. Kalau sebaik-baiknya profesi yang mereka geluti adalah dengan cara-cara halal. Mereka tak mau ditandingi dengan sepak terjang para pesohor yang namanya sering menggelegar.  Mereka tak mau diibaratkan seperti para wakil rakyat yang suka maling uang rakyat.

Kalau uang diibaratkan segalanya, maka banyak di antara kita pasti menolak. Sebab, hidup bukan hanya soal maling dan merampas hak orang lain. Hidup bukan soal mengiyakan penindasan dan kemiskinan terus merajalela.

Tapi, kita akan seiya sekata dan tetap sepakat pada ukiran aksara "Makanlah dari keringat dan jerih payahmu. Berbagilah kepada siapa saja yang sedang membutuhkan bantuan dengan keikhlasan. Biar orang yang tak waras sekali pun."

Murahkan senyumanmu kepada siapa saja. Jangan terlalu terjebak pada nuansa kota yang terus mengesampingkan moral. Dan, menghindarlah pada setiap ajakan yang tiba merugikan diri dan tenaga.

Cukup berbuat hal-hal kebajikan, tapi mampu membuat banyak orang tersenyum. Dari pada melakukan hal besar tapi dengan omong-kosong menggunung sampai merugikan banyak orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun