"Senjata kita adalah hati, senjata kita adalah gelora semangat, senjata kita adalah kata-kata. Setapak demi setapak dalam bab-bab juang. ketuk hati mereka, jadikan kata-kata seolah menjelma jadi penjara paling pengap. menderma jera di atas bantal pengantar mimpi-mimpi penuh gemetar.
Mereka boleh punya senjata berkelas. tapi kita orang punya adalah sihir yang sanggup mengobrak-abrik mulusnya senyum mereka. Kita juga punya segala, Putraku!."
Ayah mengakhirinya dengan senyum paling menyala
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!