Setiap hari saya melalui Jl. Transyogie Cibubur dan hampir setiap hari pula bau tak sedap itu merasuk ke dalam tubuh saya, juga tubuh orang-orang yang melalui jalan tersebut. Sumbernya: cairan sampah yang terpapar di jalan setiap kali truk-truk sampah lewat. Tragisnya, bila truk-truknya sudah menjauh, menuju Bantar Gebang, Bekasi, jejak busuknya masih tertinggal.
“Hmm…sedap yah!” Demikian biasanya sindir saya seraya menutup hidup bila ada kawan yang baru pertamakali melewati jalan ini dan mendapati bau tak karuan. Saya tidak habis pikir, kenapa Pemda setempat tidak aware untuk urusan ini. Yang lebih tragis lagi, Jl. Transyogie adalah jalan utama yang dilalui Presiden SBY bila ia pulang ke rumahnya di Cikeas. Ah, tentu saja, Tuan Presiden tidak bakal mengendusnya. Ia lebih banyak duduk manis di dalam mobil RI 1 dengan jendela mobil tertutup rapat-rapat. Walhasil terimalah menjadi rakyat Cibubur dengan udara tak sehat hampir setiap hari. Dan terimalah menjadi tetamu daerah Cububur dengan udara yang memualkan.
Pasalnya, baunya tidak lagi meruap di jalan, tapi juga merangsek masuk ke komplek-komplek perumahan. Bahkan, kawasan pemukiman-pemukiman elit seperti Kota Wisata dan Legenda Wisata yang harganya muahal dan sangat kurang ajar dengan kantong saya itu pun tidak bebas dari kepungan aroma sampah. Dan itu tidak mengenal waktu. Bisa pagi, siang atau malam hari. Kalau tidak percaya, silakan cek sendiri ke para penghuni Kota Wisata atau komplek-komplek perumahan lainya yang berada di wilayah Cibubur dan sekitarnya. Atau bila ingin mengasah indera penciuman Anda, bolehlah sekali-kali berdiam sehari di Cibubur dan sekitarnya. [Hehe. Usul kurang kerjaan yah?].
Saya pernah tinggal di Cibubur. Alhamdulillah, sekarang tidak lagi. Kendati demikian, saya masih bolak-balik ke kantor yang kebetulan ada di wilayah Cibubur. Sungguh, saya khawatir lama-lama nafas saya, paru-paru saya, juga nafas dan paru-paru siapapun yang bermukim di Cibubur serta sekitarnya, akan berisi “aroma” sampah. Saya suka berpikir: di jalan-jalan kota Jakarta, saya menghirup polusi udara, di Cibubur saya menghirup bau sampah. Kombinasi nafas yang kalau diteliti pakai teleskop berisi genangan kuman. Wallahu’alam. Saya cuma mikir: saya pasti tidak sendirian.
Semestinya, pihak pemerintah [daerah] terkait memerhatikan problem ini. Seyogyanya, mereka juga peduli ihwal sistem pengangkutan sampah dan efeknya agar tidak menggangu publik. Itu kalau hidung mereka tidak mati rasa. Atau barangkali Pak SBY –yang notabene hidup di wilayah Cikeas--perlu turun tangan? Hmm. Mimpi kali yeh?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H