Pagi itu, langit cerah. Matahari bersinar menghiasi pemandangan di taman bunga. Orang-orang mulai berlalu lalang melintasi gedung-gedung megah di pelataran kota. Tampak laki-laki gagah itu memarkirkan mobilnya. Wajahnya cukup tampan, kulitnya kuning langsat dengan postur tubuh yang tinggi. Dia bernama Kardiman, seorang politisi muda milenial yang karirnya cukup melejit di tahun ini.Â
Dari kejauhan tampak dua motor menghampiri laki-laki tampan itu. Ternyata dia adalah Mat Solar dan Budi. Mereka berdua adalah sahabat lama Kardiman. Mat Solar berprofesi sebagai Kontraktor. Sedangkan Budi berprofesi sebagai wartawan. Tahun kemarin,mereka berdua yang mengantarkan Kardiman menuju Parlemen. Namun, hubungan mereka kini mulai retak. Pasalnya, Kardiman memberi harapan palsu.Kardiman pernah berjanji kepada mereka akan memberikan hadiah atas kerja kerasnya. Seolah pepesan kosong, janji itu tinggal janji, tak pernah ia tepati.Â
" Apa kabar Pak Dewan?"sapa Mat Solar pada Kardiman, yang duduk di depan mobil mewahnya.Â
" Baik Mat, gimana kabar kalian berdua?"tanya Kardiman, pada Mat Solar dan Budi.
" Ya kayak ginilah, bro!!" jawab Budi, sambil tersenyum. Sejak perhelatan pemilu usai, dan Kardiman dilantik, mereka berdua jarang sekali bertemu. Namun mereka berdua masih sempat hadir diperayaan syukuran di Rumahnya Kardiman.Â
Seiring waktu berlalu, hubungan mereka mulai tak harmonis lagi. Kardiman mulai berubah, sikapnya acuh tak acuh sejak dia menjadi Dewan. Kardiman mulai ingkar janji. Dulu, saat seusai dilantik, Kardiman pernah berjanji akan membelikan mereka motor dan HP baru. Mat Solar dan Budi berulang kali datang ke kantor Kardiman, menagih janji. Tapi, Kardiman jarang menemui mereka. Dengan alasan sibuk. Terakhir bertemu di undangan, Kardiman menghindari mereka berdua, mungkin Kardiman tak ingin dipermalukan dan ditagih janjinya itu di depan banyak orang.Â
" Ada apa nih, tiba-tiba ngajak ketemu Man??" Tanya Mat Solar pada Kardiman .Â
Pagi itu mereka berdua asyik ngobrol di taman bunga, taman yang rindang di pusat kota Sumenep.Â
 " Begini, saya butuh bantuan kalian lagi, tenanglah untuk yang itu saya takkan lupa kok" Sahut Kardiman, meyakinkan Mat Solar dan Budi.Â
" Aku mulai ragu bro pada janjimu, " sahut, Budi menjawab ajakan Kardiman.Â
" Begini saja, sekarang saya kasik DP dulu deh" Kardiman mulai mengambil amplop kecil dari dalam tasnya.Â
" Ini untuk uang rokok dulu kawan" uang itu disodorkan pada Mat Solar dan Budi.
"ini terima dulu. " Kata Kardiman, sambil tersenyum manis.Â
Mat Solar dan Budi terdiam, mereka mulai mencuri pandang satu sama lain. Dilihat dari wajah mereka berdua, sepertinya masih ada kekesalan yang tampak di raut wajah mereka.Â
" Maaf Man, saya tak bisa terima uang itu", Jawab Budi.Â
" Ya, simpan saja uang itu untuk perhelatan besok" tegas Mat Solar, menolak.Â
Kardiman mulai panas dingin, karena dia tahu kalau Mat Solar dan Budi adalah tim kuatnya di perhelatan pemilu kemarin. Dia merasa menyesal dan berusaha membujuk mereka lagi agar bisa bergabung.Â
" Jangan gitulah bro, kita kan sahabat. ayolah saling bantu lagi"Kardiman mulai membujuk Mat Solar dan Budi agar mau bergabung.Â
" Maaf Pak Dewan, silahkan cari orang lain, kami nyatakan mundur dari timmu" Mat Solar mulai beranjak, dan Budi juga mengikutinya. Mereka berdua pamit pergi meninggalkan Kardiman sendirian.Â
" Sudah siang bro, kami pamit dulu"Mat Solar dan Budi mulai melangkahkan kakinya menuju sepeda motornya.Â
Terlihat jelas kekecewaan dari wajah mereka. Kardiman lupa, kalau Mat Solar selain kontraktor dia juga menjadi ketua Komunitas Sepeda Motor di Sumenep. Sedangkan Budi, juga sama. Budi merupakan Ketua Komunitas Wartawan yang di segani di Kota Keris tersebut.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H